77
Tabel 3. Parameter Biologi Perikanan Pelagis di Lokasi Penelitian
Parameter Biologi Lokasi
Pertumbuhan Intrisik r
Koefisien Daya Tangkap q
Carrying Capacity K
Karawang 0.554 0.019
6.176,720 Subang 0.811
0.053 4.228,545
Cirebon 0.593 0.013
6.316,018 Indramayu 0.730
0.020 27.980,053
Pantura Jawa Barat 0.596
0.003 79.082.018
Tabel 3 di atas memperlihatkan bahwa antara satu wilayah dengan wilayah lainnya memiliki nilai parameter biologi yang berbeda. Dari nilai parameter di
atas yang sangat memberikan warna terhadap kondisi perikanan suatu wilayah perairan adalah nilai carryng capacity. Karena nilai ini memberikan gambaran
tentang sampai sejauh mana stok perikanan di wilayah tersebut. Kabupaten Indramayu memiliki nilai carrying capacity yang paling tinggi 27.980
dibandingkan dengan 3 wilayah kabupaten lainnya. Hal ini seperti dijelaskan dibagian terdahulu, bahwa kontribusi sub sektor perikanan terhadap total PDRB
Kabupaten Indramayu selama 10 tahun terkhir ini rata-rata mencapai 105 milyar rupiah. Nilai ini berarti hampair 3 kali lipat lebih dibandingkan dengan 3
Kabupaten Karawang, Subang dan Cirebon.
5.4 Estimasi Sustainable Yield
Dari hasil perhitungan parameter biologi yang telah dilakukan, maka analisis selanjutnya adalah menduga fungsi produksi tangkap lestari. Produks
kata lain meru ng sesuai dengan daya dukung lingkungan
rhadap potensi ikan dalam perairan tersebut. Sedangkan produksi aktual merupakan hasil tangkapan nelayan yang secara resmi dicatat pada statistik
Sebaga Metodologi Penelitian, bahwa untuk
mengestimasi fungsi produksi lestari dari perikanan tangkap pelagis di lokasi i
lestari merupakan keseimbangan tangkapan ikan jangka panjang. Atau dengan pakan tingkat produksi ya
te
perikanan. imana dijelaskan dalam Bab
78 peneltian dilakukan dengan menggunakan fungsi produksi lestari Gompertz da
Logistik. Dari hasil perhitungan untuk kedua fungsi produksi lestrai terseb ternyata diperoleh hasil yang berbeda antara fungsi
n ut
Gompertz dan fungsi logistik. Dimana fungsi produksi lestari Gompertz nilainya lebih reliable dibandingkan
dengan fungsi logistik. Oleh karena itu, dalam penelitian ini fungsi produksi lestari yang digunakan adalah fungsi produksi lestari Gompertz.
Tabel 4 berikut ini memberikan gambaran hasil analisis dari sustainable yield dengan menggunakan parameter sebagaimana disajikan pada Tabel 3 untuk
masing-masing lokasi penelitian diperoleh persamaan sebagai berikut:
Tabel 4. Fungsi Produksi Lestari Gompertz No Lokasi
Persamaan Gompertz
1 Kabupaten Karawang
t
E t
t
E h
03429 ,
exp 3577
, 117
−
=
2 Kabupaten Subang
t
E t
t
E h
065367 ,
exp 1126
, 224
−
=
3 Kabupaten Indramayu
t
E t
t
E h
01258 ,
exp 70762
, 142
−
=
4 Kabupaten Cirebon
t
E t
t
E h
02193 ,
exp 10826
, 82
−
=
5 Pantai
t t
E h
exp 7657
, 267
=
Utara Jawa Barat
E 005681
, −
t
Tabel 4 di atas memperlihatkan bahwa nilai persamaan fungsi lestari Gompertz antara satu lokasi dengan lokasi lainnya sangat berbeda. Hal ini dapat
dipahami karena kontribusi dan upaya yang dilakukanpun berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dan ini berakibat kepada hasil tangkapan berbeda.
Kemudian dengan menggunakan persamaan pada Tabel 4 atas, maka nilai sustainable yield-effort dapat diperoleh.
Gambar 20 di bawah ini menunjukkan bagaimana keragaan Pantai Utara Jawa Barat dan keempat kabupaten lokasi penelitian dilihat dari fungsi produksi
lestari Gompertz. Gambar 20 Juga memperlihatkan bahwa kontribusi sumberdaya perikanan pelagis antara satu wilayah dengan wilayah lainnya berbeda. Hal ini
dapat dilihat secara jelas antara Kabupaten Karawang dan Cirebon. Walaupun
79 kedua lokasi ini memiliki parameter biologi misalnya carryng capacity yang
hampir sama, tetapi memberikan kontribusi yang berbeda terhadap total agregrat sumberdaya perikanan pelagis Pantura Jawa Barat.
2000 4000
6000 8000
10000 12000
14000 16000
18000
200 400
600 800
1000 1200
Effort trip Pro
duk si to
n
20000
Pantura Karaw ang
Subang I ndramayu
Cirebon
Ga
ertz di Pantai Utara Jawa Barat.
Tabel 5. Keragaan Effort, Produksi Aktual dan Produksi Lestari Gompertz di Pantai Utara Jawa Barat.
mbar 20. Fungsi Produksi Lestari Gompertz di Lokasi Penelitian
Analisis selanjutnya untuk melihat sejauh mana performance keragaan dari produksi perikanan tangkap di Pantai Utara Jawa Barat selama periode 22
tahun 1980-2001 dilakukan perbandingan antara produksi aktual dan produksi lestari. Tabel 5 berikut ini memperlihatkan perkembangan perbandingan produksi
aktual dan lestari dari fungsi produksi lestari Gomp
80
Tahun Effort
Produksi Aktual Produksi Lestari
1980 48.986,88 8.587,40
9.930,36 1981 71.694,75 11.872,65
12.774,49 1982 40.011,39
7.826,23 8.535,22
1983 53.821,21 9.257,25
10.614,77 1984 64.593,32 13.532,30
11.983,01 1985 54.618,41 11.513,56
10.723,32 1986 77.299,93 15.228,09
13.341,52 1987 80.937,94 13.767,54
13.683,65 1988 93.619,30 15.044,62
14.727,37 1989 118.827,19
20.545,22 16.198,62
1990 137.246,99 20.628,22
16.850,64 1991 103.
15.388,45 427,36
14.252,29 1992 114.419,35
14.897,40 15.993,28
1993 129.464,97 18.345,19
16.613,72 1994 175.252,96
22.116,92 17.338,18
1995 139.160,99 37,50
16.900,84 16.3
1996 158.075,42 .159,43
17.241,94 15
1997 249. ,21
260,24 16.027,43
16.195 1998 121.
1 16.315,91
561,23 14.210,5
1999 176.073,50 18.223,61
17.338,34 2000 132.927,89
14.848,05 16.725,78
2001 104.980,17 13.458,46
15.482,30
abel 5 di atas memperlihatkan bahwa nilai produksi lestari hampir sepanjang periode pengamatan lebih rendah dari produksi aktual, kecuali untuk
periode pengamatan tahun 1984 - 1988 dan peiode tahun 1994 – 1998. Penomena di atas secara grafis dapat dilihat dengan jelas pada Gambar 21 berikut ini.
T
81
2500 5000
7500 10000
12500 15000
17500 20000
22500 25000
1980 1982
1984 1986
1988 1990
1992 1994
1996 1998
2000 2002
Tahun Produks
i ton
Produksi Aktual Produksi Lestari
Gambar 21. Produksi Aktual dan Produksi Lestari Gompertz di Pantai Utara Jawa Barat
ra kurva produksi aktual dan produksi lestari ternyata memberikan fenomena yang
berbeda. Walaupun semua kabupaten yang dianalisis memperlihatkan kecenderungan produksi aktual telah melebihi dari keseimbangannya. Hal ini
dapat dilihat secara grafis pada Gambar 22, 23, 24 dan 25 berikut ini. Kemudian kalau kita analisis secara parsial, perbandingan anta
82
200 350
500 650
19 80
19 82
19 84
19 86
19 88
19 90
19 92
19 94
19 96
19 98
20 00
20 02
Tahun P
r 800
950 1100
1250 1400
1550 1700
oduksi ton
Produksi Aktual Produksi Lestari
Gambar 22. Produksi Aktual dan Produksi Lestari Gompertz di Kabupaten Karawang
alau kita perhatikan Gambar 22 di atas, pola yang terjadi antara produksi aktual dan lestari di Kabupaten Karawang hampir sama dengan Pantura Jabar.
Dimana pada sepuluh tahun pertama periode pengamatan, produksi aktual masih dibawah produksi lestarinya. Sementara memasuki tahun 1990 sampai dengan
tahun 1998 produksi aktual telah melampaui produksi lestarinya. Indramayu
Gambar 23 dan 2 terjadi adalah awal periode
pengam K
Tetapi lain halnya dengan Kabupaten Subang, dan Kabupaten 4 dimana terajektori yang
atan sampai awal tahun 1990 an, produksi aktual hampir tepat berada pada produksi lestari. Tetapi memasuki periode 10 tahun terakhir pengamatan, produksi
aktual dengan cepat mengalami kenaikan. Sehingga kondisi yang terjadi adalah produksi aktual semakin menjauhi keseimbangan.
83
300 600
900 1200
1500 1800
2100 2400
2700
1980 1982
1984 1986
1988 1990
1992 1994
1996 1998
2000 2002
Tahun P
r o
duks i
to n
Produk si Aktual Produksi Lestari
Gambar 23. Produk Lestari Gompertz
di Kabupaten Subang si Aktual dan Produksi
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500 4000
4500 5000
5500 6000
1980 1982
1984 1986
1988 1990
1992 1994
1996 1998
2000 2002
Tahun P
r o
duks i
to n
Produksi Ak tual Produk si Lestari
ambar 24. Produksi Aktual dan Produksi Lestari Gompertz di Kabupaten Indramayu
G
84 ementara untuk Kabupaten Cirebon trajektori yang terjadi adalah sejak
awal periode pengamatan produksi aktual sudah melebihi produksi lestari. Dan hal ini sulit sekali untuk kembali ke keseimbangan.
S
1500 1800
2100 2400
2700
i to
n
1200 r
o
300 600
900
1980 1982
1984 1986
1988 1990
1992 1994
1996 1998
2000 2002
Tahun 3000
P duks
Produksi Le stari Produksi Aktual
Gambar 25. Produksi Aktual dan Produksi Lestari Gompertz di Kabupaten Cirebon
Dari sisi lain Gambar 21, 22, 23 24 dan 25 di atas memperlihatkan fenomena gradasi produksi, dimana baik secara agregrat Pantai Utara Jawa
Barat maupun secara parsial Kabupaten memberikan gambaran adanya
atas keseimbangan produksi lestari. Terutama pada lokasi penelitian di ana kondi
al jauh di atas produksi lestari. Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena jum
an menan
ikan sang ggi, seh
telah bakan te
ya overfis
Analis u
melihat tori at
p kontraksi dan si dari
effort, da tudi ini, dianalisis dengan metode Copes Eye
Ball. Metode Copes eye Ball ini diperoleh dengan cara melakukan overlay antara kecenderungan jumlah ikan hasil tangkapan yang didaratkan aktual melebihi
b Kabupaten Cirebon, dim
sinya produksi aktu lah effort y
g digunakan untuk
gkap at tin
ingga menye
rjadin ecomic
hing. is selanjutnya
ntuk trajek
au loo ekspan
input lam s
85 produksi aktu
gan produ tari. Ha
ng dipe al den
ksi les sil ya
roleh dapat dilihat pada Gambar 26 di bawah ini.
Effo
50 1
200 25
350 40
500
Pr od
uksi to
n
00 150
300 450
1500 3000
4500 6000
7500 9000
10500 12000
13500 15000
16500 18000
19500 21000
22500 24000
80 81
82 83
84 85
86 87
8 94
6 9
99 8
91 92
9 98
00 01
8990 93
95 7
rt
Gambar 26. Kurva Lestari Gompe n Prod
ktual di Pantai Utara Jawa Barat
Gambar 26 di atas, garis biru solid m sustainable yield,
erah untuk
ampuan untuk recovery dari sumberdaya perikanan i stagnasi.
rtz da uksi A
enunjukan kurva sedangkan kurva dengan garis dot m
produksi aktual. Kalau kita telaah secara cermat maka gambar di atas memberikan gambaran yang kuat lagi tentang
keragaan produksi perikanan laut di Pantai Utara Jawa barat. Dimana telah terjadi kontraksi dan ekspansi dalam dua periode . Kontraksi dan ekspansi pertama
terjadi pada awal-awal periode sampai periode awal tahun 90 an, dimana pergerakannya mendekati titik maksimum sustaineble yield. Ekspansi berikutnya
terjadi pada awal tahun 90 an hingga menajuhi kurva sustainable yield, yang pada akhirnya terjadi kontraksi yang sangat kuat pada tahun 1995 dimana produksi
aktual berada pada titik dibawah kurva sustainable yield. Trajektori ini menjadi sulit untuk kembali ke titik keseimbangan, hal ini mungkin diakibatkan oleh
kondisi sumberdaya perikanan di Pantai Utara Jawa Barat telah terjadi eksploitasi yang berlebihan, sehingga kem
itu sendiri mengalam
86 Melihat pola di atas, bila dilihat dengan menggunakan Copes Eye Ball
method G an dengan
ekstraksi sumberday kspnasi yang dikuti oleh
op k
Gambar 27. Copes Eye Ball Loop Untuk Fungsi Produksi Lestari
Gompertz di Pantai Utara Jawa Barat
Pola yang hampir sama juga dapat kita lihat untuk masing-masing kabupaten lokasi penelitian berikut ini.
ambar 27, maka ada dua loop yang terjadi yang berkait a pelagis. Loop pertama yaitu loop e
lo ontraksi pendek yang menuju ke titik keseimbangan yang terjadi pada
periode 80 an sampai pada peiode akhir 90 an. Sementara loop kedua adalah loop ekspansi yang diikuti loop kontraksi yang kuat, ini terjadi pada periode awal 90 an
sampai dengan periode pertengahan tahun 2000 an.
Prod uksi
Effort Ekspansi
Kontraksi
87
1 0 2 0
3 0 4 0
5 0 6 0
7 0 8 0
9 0
Pr o
duksi mt
1 0 0
E ffo rt
2 0 0 3 0 0
4 0 0 5 0 0
6 0 0 7 0 0
8 0 0 9 0 0
1 0 0 0 1 1 0 0
1 2 0 0 1 3 0 0
1 4 0 0 1 5 0 0
1 6 0 0
8 0 8 1
8 2 8 3
8 4 8 5
8 6 8 7
8 8 8 9
9 0 9 1
9 2 9 3
9 4 9 5
9 6 9 7
9 8 9 9
0 0 0 1
ekspansi. Kemudian memasuki periode tahun 1990 an terjadi kontraksi yang sangat kuat, sehingga produksi aktual kembali ke titik keseimbangannya. Tetapi
Gambar 28. Kuva Lestari Gompertz dan Produksi Aktual di Kabupaten Karawang
Gambar 29. Copes Eye Ball Loop untuk fungsi Gompertz di Kabupaten Karawang
Untuk Kabupaten Karawang, pada awal periode pengamatan telah terjadi
Prod uksi
Effort
88 kondisi ini sulit bertahan, dan pada akhir periode pengamatan kembali terjadi
ekaspansi yang sangat kuat dan menjauhi titik keseimbangan.
Effo rt
5 10
15 20
25 30
35 40
150 300
450 600
750 900
1050 1200
1350 1500
1650 1800
1950 2100
2250 2400
2550
80 81
82 83
84 85
86 87
88 89
90 91
92 93
94 95
96 97
98 99
00 01
Pro duksi ton
Gambar 30. Kurva Lestari Gompertz dan Produksi Aktual di Kabupaten Subang
ng, dimana pada awal periode pengamatan produksi aktual berada pada titik keseimbangannya. Tetapi begitu
Effort Prod
uksi
Gambar 31. Copes Eye Ball Loop untuk fungsi Gompertz di Kabupaten Subang
Lain halnya yang terjadi di Kabupaten Suba
89 memasuki periode tahun 1995 di Kabuapaten Subang telah terjadi peningkatan
t yang s produksi aktualnya.
Sehingga kondisi yang terjadi tujuah tahun terakhir periode pengamatan, produksi aktual telah jauh melampaui titik keseimbangannya.
effor ignifikan, hal ini berakibat kepada peningkatan
Effort
20 40
60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300
Produksi t on
300 600
900 1200
1500 1800
2100 2400
2700 3000
3300 3600
3900 4200
4500 4800
5100 5400
5700 6000
80 81
82 83
84 85
86 87
88 89
90 91
92 93
94 95
96
97 98
99 00
01
Gambar 32. Kuva Lestari Gompertz dan Produksi Aktual di Kabupaten Indramayu
Gambar 33. Copes Eye Ball Loop untuk fungsi Gompertz di Kabupaten Indramayu
Effort Prod
uksi
90 Fenomena yang sama juga terjadi di Kabuapten Indramayu, dimana pada
awal periode pengamatan produksi aktual masih berada pada titik keseimbangannya, dan memasuki periode 1994 terjadi ekspansi yang sangat kuat.
Kemudian memasuki periode 1997, dimana merupakan awal dari krisis moneter di Indonesia, baik langsung maupun tidak langsung berpengaruh secara signifikan
terhadap nelayan di Indramayu, sehingga pada tahun tersebut terjadi kontraksi yang sangat kuat jauh di bawah titik keseimbangannya. Tetapi kondisi ini tidak
berlangsung lama dan memasuki tahun 1998 terjadi lagi ekspansi yang sangat kuat menjauhi titik keseimbangannya.
Effort
20 40
60 80
100 120
140 160
180
Produ k
s i ton
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
1800 2600
2800 3000
2000 2200
2400 84
85 9092
93 96
97 86
88 94
99 00
87 89
9195 98
01
80 81
82 83
Gambar 34. Kuva Lestari Gom di Kabupaten Cire
pertz dan Produksi Aktual bon
91
Gambar 35. Copes Eye Ball Loop untuk fungsi Gompertz di Kabupaten Cirebon
Sementara untuk Kabupaten Cirebon, sebagaimana hasil analisis sebelumnya, dimana sejak awal periode pengamatan telah terjadi ekspansi yang
sangat hebat, sehingga yang terjadi adalah produksi aktual telah melampaui titik
.5. Analisis Degradasi
Konsekuensi dari hasil tangkapan aktual yang telah melebihi dari produksi
ada di lokasi penelitian. Eksploitasi su berdaya alam perikanan yang melebihi titik keseimbangannya ini akan menyebabkan terdegradasinya sumberdaya alam
itu sendiri. Degradasi diartikan sebagai penurunan kualitas atau kuantitas sumberdaya alam dapat diperbahurui, dalam hal ini sumberdaya alam dapat
diperbarukan berkurang kemampuan alaminya untuk bergenerasi sesuai kapasitas produksinya.
Sehingga tingkat degradasi sumberdaya perikanan akan memberikan suatu gambaran yang menunjukkan adanya gejala penurunan potensi
dari sumberdaya perikanan itu sendiri. Tabel 6 berikut ini memperlihatkan nilai tingkat degradasi yang telah terjadi di Pantai Utara Jawa Barat selama 22 tahun
1980-2001 periode pengamatan.
Effort Prod
uksi
keseimbangann k kembali ke titik kesembangan.
ya dan kondisi ini sulit untu
5
lestarinya adalah menyebabkan terjadinya tereksploitasinya sumberdaya ikan yang m
92
Tabel 6. Perkembangan Tingkat Degradasi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di Pantai Utara Jawa Barat Tahun 1980 – 2001.
Lokasi Penelitian Tahun
Pantura Jabar Karawang
Subang Cirebon
Indramayu
1980 0.16 0.25 0.16 0.10 0.18
1981 0.23 0.26 0.10 0.16 0.22
1982 0.14 0.25 0.14 0.18 0.24
1983 0.18 0.27 0.16 0.17 0.23
1984 0.26 0.27 0.17 0.29 0.23
1985 0.22 0.29 0.17 0.30 0.23
1986 0.28 0.28 0.17 0.25 0.25
1987 0.26 0.24 0.19 0.30 0.25
1988 0.28 0.30 0.25 0.27 0.26
1989 0.33 0.29 0.23 0.31 0.27
1990 0.23 0.29 0.28
0.33 0.26
1991 0.27 0.27 0.26 0.31 0.26
1992 0.28 0.26 0.28 0.29 0.27
1993 0.29 0.27 0.29
0.31 0.26
1994 0.34 0.29 0.32 0.33 0.31
1995 0.29 0.26 0.29 0.31 0.28
1996 0.28 0.23 0.37 0.29 0.33
1997 0.29 0.18 0.37 0.29 0.25
1998 0.27 0.30 0.37 0.30 0.31
1999 0.31 0.29 0.35 0.27 0.31
2000 0.28 0.31 0.38 0.25 0.30
2001 0.26 0.29 0.40 0.31 0.31
Rataan 0.26 0.26 0.24 0.26
0.26 Dari Tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa di Wilayah Pantai Utara Jawa
masing kabupaten memberikan warna kontribusi yang sama dengan kisaran nilai Barat sumberdaya ikan selama periode 22 tahun 1980-2001 telah terdegradasi
rata-rata 26 persen per tahun. Kondisi ini ternyata kalau kita lihat untuk masing-
93 koefisien degradasi yang tidak jauh berbeda kecuali untuk kabupaten Subang,
nilainya relatif lebih rendah yaitu sebesar 24 persen. Hal ini sejalan dengan nalisis sebelumnya dimana pada umumnya hampir semua kabupaten di Pantai
tara Jawa Barat, penangkapan ikan telah jauh melampui titik keseimbangannya. a
arat d ihat pada Gambar 36 dan 37
berikut. a
U Secara grafis trajektori nilai degradasi sumberdaya ikan di Pantai Utara Jaw
B an di empat kabupaten terpilih dapat dil
- 0.05
0.10 0.15
0.20 0.25
0.30 0.35
0.40
1980 1982
1984 1988
1990 1994
1996 2000
TA K
o efisi
e n D
e gradasi
1986 1992
1998 HUN
Gambar 36. Perkembangan Nilai Koefisien Degradasi d
i Utara arat
mbar tas t
bahwa al peri
gamatan i
pada awal tahun 1990 an nilai koefisien degradasi semakin tinggi. Peningkatan i seiring dengan peningkatan produksi yang cukup signifikan. Sementara
i Panta Jawa B
Ga 36 di a
ampak pada aw
ode pen sampa
in memasuki periode 1991 sampai tahun 2001 ada kecenderungam menurun,
walaupun penurunan itu berfluktuasi. Sementara itu untuk kabupaten Karawang Gambar 37a nilai koefisien
degradasi terjadi hampir tidak memperlihatkan suatau gejala yang meningkat. Hal ini disebabkan oleh karena kondisi perairan kabupaten Karawang yang relatif
94 telah tereksploitasi sumberdaya perikanannya. Fenomena yang sama dapat kita
lihat di Kabupaten Cirebon, dimana memasuki tahun 1984, nilai koefisien degradasi yang dihasilkan cenderung stagnan. Hal ini juga diakibatkan oleh
kondisi sumberdaya perikanan di Kabupaten Cirebon yang telah terkuras, nelayan Cirebon melakukan fleet migration ke
wilayah yang lebih luas. sehingga yang terjadi adalah
- 0 .0 5
0 . 10 0 . 15
0 .2 0 0 .2 5
0 .3 0 .3 5
T A H UN -
0 .0 5 0 .10
0 .15 0 .2 0
0 .2 5 0 .3 0
0 .3 5 0 .4 0
0 .4 5
T A H UN
a Karawang
b Subang
- 0 . 0 5
0 .10 0 .15
0 . 2 0 5
0 . 2 0 . 3 0
0 . 3 5
T A H UN -
0 . 0 5 0 .10
0 .15 0 . 2 0
0 . 2 5 0 . 3 0
0 . 3 5
T A H UN
c Indramayu
d Cirebon
ambar 37. Grafik Perkembangan Nilai Koefisien Degradasi di Lokasi Penelitian
Sedangkan untuk Kabupaten Subang trend yang terjadi adalah semakin eningkatnya nilai koefisien degradasi, mulai dari periode awal sampai akhir
engamatan. Dan peningkatan ini semakin terlihat tajam ketika memasuki tahun
G
m p
95 1995. gajala ini dapat dipahami, karena memasuki periode 1995 ini telah terjadi
eningkatan produksi yang sangat signifikan dibandingkan dengan periode ebelumnya.
Hal yang menarik dari fenomena nilai degradasi di atas adalah terlihat
erbeda te kualitas dan kuantitas sumberdaya perikanan di
Pantai Utara J arat. K
hal rik
dala y
jad upat
d a
pe an ku
erdaya perikanan s pe
rt pe
tahun litas
ya perikanan di Kabupaten Subang telah me
n dua ban
ngan eb
Kemudian analisis
andingan antara laju degradasi dengan pr
i aktu ar 3
agre p
ju d me
i pola de
ksi a al
liha laj
radasi sei
n pen p
l. D jug
tika t urun
si m ngikuti pola
penurunan produksi walau tidak sedrastis penurunan produksi lihat kondisi tahun 1994-2001.
asil gre
an a ro
den degradasi di Pantai Utara Jawa Barat mem
n sebes
Se ra ap
nal ayah
en tara
aktual dengan das
an ni be
pi n diperoleh berada di atas nilai korelasi Pantura secara agregrat, Karawang
R=0,81, Subang R=0,80, Indramayu R nil
atas sik
ore in
su ikan pelagis di Pantai Utara Jawa Barat sangat erat kaitannnya dengan tingkat
ek asi sum
kan p
s
secara jelas bahwa masing-masing kabupaten memberikan kontribusi yang rhadap menurunnya
b awa B
emudian yang mena
lainnya a h degradasi
ang ter i di Kab
e ,
n Subang i
d mana pa
t 4
ahun 199 te
i lah terjad
nurun alitas sumb
ebesar 46 rsen, ini bera i memasuki
riode 1994 kua
sumberda nuru
kali lipat di dingkan de
periode s elumnya.
dalam perb
oduks al Gamb
8 secara grat nam ak bahwa la
egradasi milik
yang sama ngan produ
ktual. H ini dapat kita t bahwa
u deg meningkat
iring denga ingkatan roduksi aktua
emikian a ke
erjadi pen an produk
aka laju degradasi me
H analisis re
si hubung ntara p duksi aktual
gan laju berikan ilai korelasi
ar 0,67. menta
abila kita a isis per wil
kabupat , korelasi an
produksi laju degra
i memberik lai yang
rbeda. Teta ilai yang
=0,76 dan Cirebon R=0,87. Nilai- ai di
mengindika an bahwa k
lasi terjad ya degradasi mberdaya
sploit berdaya i
.
96
0.00 0.05
0.10 0 15
0.20 0.25
0.30 0.35
0.40
19 80
19 82
19 84
19 86
19 88
19 90
19 92
19 94
19 96
19 98
20 00
TAHUN K
o e
fi s
ie n D
e g
rad as
i
5000 10000
15000 20000
25000
P rod
uk s
i A k
tua l
to n
.
Koefisen Degradasi Produksi Aktual
Gambar 38. Perbandingan Perkembangan Laju Degradasi dengan Produksi Aktual di Pantai Utara Jawa Barat
Pola yang sama juga dapat kita lihat untuk masing-masing kabupaten Gambar 39, 40, 41 da 42. Diamana adanya kecenderungan pergerakan yang
sama antara laju degradasi dengan produksi aktual.
- 0.05
0.10 0.15
19 80
19 82
19 84
19 86
19 88
19 90
19 92
19 94
19 96
19 98
20 00
TAHUN K
o ef
is ie
200 400
P rod
uk 0.20
0.25 0.30
0.35 0.40
0.45 0.50
n D
e g
rad as
i 800
1000 1200
1400 1600
k tu
al t
on
600 s
i A
Koefisien Degredasi Produksi Aktual
Gambar 39. Perbandingan Perkembangan Laju Degradasi dengan Produksi Aktual di Kabupaten Karawang
97
0.000 0.050
0.100 0.250
0.300
82 19
90 19
92 19
98 TAHUN
K o
e e
g rad
1000 1500
2000 3000
P rod
A k
tu a
l 0.350
0.400 as
i 2500
0.450 0.500
0.150 0.200
fi s
ie n D
uk s
i
50
19 80
19 19
84 19
86 19
88 19
94 19
96 20
00
K redasi
oefisien Deg Produksi Aktual
Gambar 40. Perbandingan Perkembangan Laju Degradasi dengan Prod
l di Ka n S
uksi Aktua bupate
ubang
0.000 0.050
6000 0.500
0.450
0.100 0.150
0.200 0.250
0.300 0.350
0.400
19 80
1 9
8 2
19 90
1 9
9 2
1 9
9 8
TAHUN K
o e
fi s
ie n
D e
g rad
a s
i
P rod
uk s
i A k
tua l
to n
5000 4000
3000
1000 2000
84 86
8 8
94 9
6 00
19 19
1 9
19 1
9 20
Koefisien Degredasi Produksi Aktual
Gambar 41. Perbandingan Perkembangan Laju Degradasi dengan Produksi Aktual di Kabupaten Indramayu
98
0.000 0.050
0.100 0.150
0.200 0.250
0.300 0.350
0.400 0.450
0.500
19 80
19 82
19 84
19 86
19 88
19 90
19 92
19 94
19 96
19 98
20 00
TAHUN K
o e
fi s
ie n D
e g
rad as
i
500 1000
1500 2000
2500 3000
P rod
uk s
i A k
tua l
to n
Koefisien Degredasi Produksi Aktual
Gambar 42. Perbandingan Perkembangan Laju Degradasi dengan Produksi Aktual di Kabupaten Cirebon
Kemudian kalau kita bandingkan antara laju degradasi dengan effort, ternyata memberikan pola yang sama juga baik secara agregrat pantai Utara Jawa
Barat maupun secara parsial kabupaten. Tetapi walaupun demikian hasil analisis regresi memperlihatkan bahwa korelasi antara laju degradasi dengan
tingkat upaya yang dikeluarkan tidak memberikan nilai yang cukup kuat. Hal ini dapat dipahami karena nilai koefisien degradasi itu sendiri merupakan derivatif
dari nilai produksi aktual dan lestari. Jadi korelasinya dengan effort tidak secara langsung Pantura Jabar R=0,35, Karawang R=0,32, Subang R=0,53,
Indramayu R=0,56, Cirebon R=0,35. Secara grafis, hubungan antara laju degradasi dan tingkat effort yang
digunakan dapat dilihat pada Gambar 43, 44, 45, 46, dan 47 berikut ini.
99
0.00 0.05
0.10 0.15
0.20 D
e g
r 150000
o rt
t 0.25
0.30 0.35
0.40
19 80
19 84
19 90
19 92
19 96
HUN o
ef is
e n
ad as
i
5 100000
200000 250000
300000
E ff
ri p
K 0000
82 86
88 94
19 19
19 TA
19 1
20 9
98 00
Koefisen Degradasi Effort
Gambar 43. d
emban engan
di Pantai Utara Jawa Bara Perban ingan Perk
gan Laju Degradasi d Effort
t
- 0.05
0.10 0.15
0.20 0.25
0.30 0.35
0.40 0.45
0.50
19 19
90 92
19 96
TAH 5000
10000 15000
20000 25000
30000
as i
p
80 82
19 19
19 19
84 86
88 19
19 UN
94 19
20 98
00 K
o e
fi s
ie n D
e g
rad t
ri E
ff o
rt
Koefisien Degredasi Effort
Gambar 44. Perbandingan Perkembangan Laju Degradasi dengan Effort di Kabupaten Karawang
100
0.000 0.050
0.1 0.200
0.350 0.400
0.450
1984 1990
1992 1998
TAHUN K
ie n Degr
00 15000
25000 30000
35000
ff o
rt t
0.500
i 0.250
0.300 adas
20000 ri
p E
oef is
50 10000
.100 50
1980 982
1 1986
1988 1994
996 1
2000 Koefisien Degredasi
Effort
Effort Ga
r 45. in
bang Degradasi dengan
mba Perband gan Perkem
an Laju di Kabupaten Subang
0.000 0.0
0.1 0.1
0.2 0.2
0.3 0.3
0.4 0.4
0.500
1990 1992
TAHUN 00
00 00
00 000
000
E ffor
t trip
120 50
100 00
50 00
50 00
50 00
50
1980 1982
1984 1986
1988 1994
1996 1998
2000
Koefisien D egradasi
800 600
400 200
Koefisien Degredasi Effort
Gambar 46. Perbandingan Perkembangan Laju Degradasi dengan Effort di Kabupaten Indramayu
101
0.000 0.050
0.100 0.200
199 199
6 TAHU
ien Degr 100
20 30000
00
E ffo
.150 0.250
0.300 40000
rt tri p
0.350 0.400
0.450 0.500
adasi 500
60000 70000
Koefis 00
000
198 19
8 2
198 198
198 4
6 8
199 199
2 4
199 200
8 N
Koefisien Degredasi Effort
Ga r 47.
emban j
engan E bon
5.6 rukt