Efisiensi Teknis, mencerminkan kemampuan perusahaan untuk mencapai Efisiensi Ekonomis, merupakan gabungan efisiensi teknis dan efisiensi

33 dal berproduksi pada tingkat output tert et al. 1998 m mbar 6. am masalah kemiskinan, lingkaran setan kemiskinan telah menyebabkan tidak keterbelakangan dan tidak berkembangnya sumberdaya-sumberdaya, 3 kekuatan-kekuatan pasar yang bebas nilai free play of market forces serta efek multipliernya , dan 4 ketidaksempurnaan pasar.

2.6 Konsep Pengukuran Efisiensi

Farrel 1957 dalam Coelli et al. 1998 mengemukakan bahwa ada tiga komponen efisiensi yang dapat diukur, yaitu :

1. Efisiensi Teknis, mencerminkan kemampuan perusahaan untuk mencapai

output maksimum pada penggunaan input tertentu. Efisiens 2. i Alokatif, menggambarkan kemampuan perusahaan untuk entu dengan menggunakan input pada biaya minimum.

3. Efisiensi Ekonomis, merupakan gabungan efisiensi teknis dan efisiensi

alokatif. Pada prinsipnya konsep pengukuran efisiensi dapat didekati dari dua sisi, yaitu pendekatan dari sisi input dan pendekatan dari sisi output. Berkaitan dengan pendekatan dari sisi input Coelli engilustrasikan idenya secara sederhana seperti diperlihatkan pada Ga X 2 y Gambar 6. Konsep Pengukuran Efisiensi Dari Sisi Input X 1 y S P A` • S` Q` Q R A • • • 34 Gambar 6 memperlihatkan, misalkan ada suatu unit produksi yang menggunakan dua input x 1 dan x 2 untuk memproduksi output y. Kita asumsikan produksi y=fx 1 ,x 2 yang mempunyai ciri Constant Return to Scale sehingga fungsi dan titik P pada Gambar 6 menggambarkan kombinasi input- output ut y dapat dihasilkan oleh OQ yang jelas menggunakan bih sedikit input dibandingkan OP. Selanjutnya, titik R mempunyai tingkat biaya produksi yang sama dengan tik Q` karena terletak pada isocost yang sama. Dilain pihak tingkat biaya roduksi pada titik R lebih rendah dari titik Q yang walaupun secara teknis efisien tapi secara alokatif tidak lebih efisien dibandingkan dengan titik Q`. Dengan emikian dapat disimpulkan bahwa rasio OROQ mengukur inefisiensi alokatif. Berdasarkan konsep Farrel, ukuran efisiensi dapat dirumuskan sebagai erikut : Efisiensi Teknis ET : juga bahwa hubungan antara output dan input mengikuti fungsi tersebut dapat ditulis sebagai 1 = x 1 y,x 2 y. Misalkan unit produksi tersebut menggunakan input x 1 ,x 2 untuk memproduksi y x 1 y ,x 2 y . Inefisiensi teknis dicerminkan oleh rasio OQOP karena sebenarnya tingkat outp le ti p te d b OP OQ ET = 1. 2.15 . Efisiensi Alokatif EA: OQ OR EA = 2 2.16 3. Efisiensi EkonomisEE : OP OR OR OQ EE = × = OQ OP 2.17 Kopp dan Diewert 1982 dalam Kumbhakar 2003 mengembangkan konsep efisiensi Farrel dengan cara mengkaitkan dengan fungsi biaya sehingga diperoleh konsep efisiensi dual. Mereka menetapkan v sebagai vektor dari harga- harga input garis isocost AA` pada Gambar 6. Biaya total untuk memproduksi output observasi y dengan kombinasi input yang tidak efisien P adalah vP, sedangkan biaya total untuk memproduksi output observasi y dengan kombinasi input yang efisien secara teknis Q adalah vQ. Selanjutnya pengukuran efisiensi dapat dirumuskan sebagai berikut : 35 1. Efisiensi Teknis ET : OP w OQ v ET × × = 2.18 Efisiensi Alokatif EA : 2. OQ v OR v EA × × = 2.19 Menurut Kopp dan Diewert, karena sifat alamiah dari konsep dual terhadap ukuran-ukuran efisiensi, maka dapat digunakan hubungan berikut : OP OQ OP w OQ v = × × dan OQ OR OQ w OR v = × × 2.20 dengan pengembangan Kopp dan Diewert, ukuran efisiensi teknis dan alokatif dapat diperoleh dengan menggunakan sekaligus fungsi produksi batas dan fungsi biaya d dimisalkan ada su Gambar 7 menggambarkan kombinasi output-input y 1 x , y 2 x . Inefisiensi ualnya. Pendekatan efisiensi dari sisi output dapat diilustrasikan secara sederhana seperti pada Gambar 7. y 2 x 1 D Gambar 7. Konsep Pengukuran Efisiensi Dari Sisi Output Gambar 7 atu unit usaha yang memproduksi dua output y 1 dan y 2 dengan menggunakan input tertentu, x. Unit usaha tersebut dianggap menghasilkan output y 1 ,y 2 dengan menggunakan input x dan titik A pada • Z • C • • D` B A B` Y 1 x 1 Z` 36 teknis dicerminkan oleh rasio OAOB karena sebenarnya penggunaan input x dapat menghasilkan OB yang jelas menghasilkan lebih banyak output dibandingkan OA. Selanjutnya, titik C mempunyai tingkat penerimaan sama engan itik B ma. Dilain pihak, tingkat pen rim g walaupun secara teknis fisien tetapi secara alokatif tidak lebih efisien dibandingkan titik B`. Dengan sio OBOC mengukur inefisiensi alokatif. h d plikas peneliti untuk s e Atkinson, metode utilitarian, etode lton am Fauzi, 2002. Metode-metode mengenai seberapa efisien suatu arakat dalam konteks ketidak- merata Pada prinsipnya DEA merupakan pengukuran efisiensi yang bersifat bebas nilai mming untuk mengukur keragaan optimal berkaitan dengan sejumlah kendala yang ada. Dengan kata lain DEA bertujuan untuk mengukur elative pe formance dari unit analisis pada kondisi keberadaan multiple inputs dan outputs Beasley, 2000. d t ` karena terletak pada isorevenue yang sa e da titik C lebih tinggi dari titik B yan aan pa e demikian dapat disimpulkan bahwa ra Ada berbagai metode yang tela ia ikan oleh para mengukur efi iensi, diantaranya dengan metod m Da , dan lain-lain Simkin, 1998 dal tersebut pada dasarnya lebih kepada penilaian kebijakan terhadap perubahan kesejahteraan masy an inequality. Penilaian terhadap kebijakan yang menyangkut efisiensi, pada dasarnya dapat dilakukan juga dengan menggunakan Data Envelopment Analysis DEA, biasa disebut juga sebagai frontier analysis. Teknik DEA pertama sekali diperkenalkan oleh Michael Jamer Farell 1957. Namun selanjutnya ditemukan kembali oleh Charnes, Chooper dan Rhodes atau CCR 1978 yang menggunakan metode pemrograman matematis dalam mengukur teknik efisiensi sebagai Data Envelopment Analysis. Paper CCR telah mengawali banyaknya paper yang menggunakan DEA yang sebagian besar untuk ilmu manajemen atau jurnal riset operasi. Teknik DEA merupakan pengukuran atau penialaian terhadap performance untuk mengevaluasi efisiensi relatif dari unit pengambilan keputusan dalam suatu aktivitas. value free karena didasarkan pada data yang tersedia tanpa harus mempertimbangkan penilaian judgement dari pengambil keputusan Dinc and Haynes, 1999a. Dimana teknik ini didasarkan pada pemrograman metematis mathematical progra keragaan relatif r r 37 Pengukuran efisiensi pada dasarnya adalah merupakan rasio antara output dan input, atau: input outpu Effisiensi = t 2.21 tput yang sudah dibobot Seperti dijelaskan di atas, pengukuran efisiensi ini menjadi tidak tepat apabila kita berhadapan dengan data multiple inputs dan outputs yang berkaitan dengan sumberdaya, faktor aktivitas dan laingkungan yang berbeda. Meskipun pengukuran efisiensi yang menyangkut multiple input dan output dapat diatasi dengan menggunakan pengukurab efisiensi relatif yang dibobot seperti berikut : Jumlah ou Efisiensi = Jumlah input yang sudah dibobot Atau secara matematis dapat ditulis : Efisiensi dari unit j ... ... 2 2 1 1 2 2 1 1 + + + + = j j j j x v x v y w y w 2.22 Keterangan : w 1 = Pembobotan untuk output 1 bobotan untuk output 1 x 1j = Jumlah dari input 1 ke unit j Namun demikian, pengukuran di atas masih tetap memiliki keterbatasan berupa sulitnya menentukan bobot yang seimbang untuk input dan output. Pendekatan ekonometrik tradisional tidak cukup untuk menjelaskan isu tentang siens Y 1j = Jumlah output 1 dari unit j v 1 = Pem efi i, terutama apabila entiti yang sedang dipertimbangkan mempunyai multi input dan output Sieford Thrall, 1990. Salah satu teknik pengukuran efisiensi yang cukup berguna dan telah digunakan secara luas adalah dengan Data Envelopment Analysis DEA. Dimana DEA ini merupakan suatu teknik matematika programming, yang memberikan suatu pendekatan non-parametrik untuk pengukuran efisiensi relatif dari entiti-entiti ini. DEA mengukur efisiensi relatif dari suatu Decicion Making Unit DMU, Dengan rektrisi yang sederhana bahwa semua DUM berada tepat atau dibawah efisiensi frontir Sieford Thrall, 1990. Dalam DEA, efisiensi diartikan sebagai target untuk mencapai efisiensi yang maksimum dengan kendala relatif efisiensi dari seluruh unit yang tidak boleh 38 melebihi 100. Secara matematis, efisiensi dalam DEA merupakan solusi dari persamaan berikut : Max E m ∑ ij i m y w = ∑ k ij k i m x v engan kendala : D ∑ ∑ k ij k i ij i m m x v y w ≤ 1 untuk setiap unit ke j 2.23 ε ≥ k i v w , Pemecahan masalah permrogaman matematis di atas akan menghasilkan ilai E m yang maksimum sekaligus nilai bobot w dan v yang mengarah ke fisiensi. Jadi jika nilai E m =1, maka unit ke m tersebut dikatakan efisien relative rhadap unit lainnya. Sebaliknya jika nilai E m lebih kecil dari 1, maka unit yang in dikatakan lebih efisien relatif terhadap unit m, meskipun pembobotan dipilih ntuk memaksimisasi unit m. Salah satu kendala dari pemecahan persamaan 2.23 adalah persamaan erbentuk fractional sehingga sulit untuk dipecahkan melalui melakukan emrograman linier. Namun demikian, dengan melakukan linierisasi, persamaan di atas dapat diubah menjadi persamaan linier sehingga pemecahan melalui emograman liniear linear programming dapat dilakukan. Linierisasi persamaan i atas menghasilkan persamaan sebagai berikut : 2.24 dengan kendala : k kj k v w x v y w x v m , 1 n e te la u b p 9 p d ∑ = i ij i m m j w E max ε ϖ ≥ ≤ − = ∑ ∑ ∑ k kj k i ij i m m k i Dalam penelitian ini, input yang berorientasi pada model BBC Banker et al., 1984 digunakan untuk menghitung pengaruh skala pengembalian di dalam grup DMU yang dianalisis. Model ini mensyaratkan bahwa titik 39 referensi pada fungsi produksi untuk DMUk adalah suatu kombinasi cembung dari efisiensi DMU yang teramati. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasikan skala ukuran yang paling efisien untuk setiap DMU dan pada saat yang sama mengidentifikasikan efisiensi teknisnya. Untuk melakukan hal ini, model BCC memberikan kendala, yaitu kecembungan, dalam batas ini. Hal ini akan memberikan DMU tersebut rasio input-output yang tertinggi atau yang terbaik diantara skala DMU yang sama. Pada “bobot yang terbaik” ini setiap DMU tidak dibandingkan terhadap semua DMU tetapi terhadap DMU dengan ukuran yang sama. Ini adalah model yang paling banyak digunakan dan merupakan model yang sesuai untuk efisiensi sektoral suatu negara karena terdapat variais skala antar sektor dan nampak bahwa efisiensi dipengaruhi oleh skala ekonominya. 40 aka penelitian akan mengikuti alur penelitian seperti di perlihatkan bar 8. Alur pikir ini dikembangkan berdasarkan penilaian bahwa untuk melahirkan suatu pilihan kebijakan pengelolaan pembangunan perikanan yang komprehensif maka diperlukan suatu penilaian assesment penggunaan sumberdaya tersebut dari berbagai aspek secara terintegrasi. Pendekatan terhadap keragaan dari sumberdaya perikanan didasarkan pada karakteristik dan kelimpahan dari sumberdaya tersebut. Atas dasar tersebut diyakini bahwa sumberdaya pesisir akan merupakan salah satu prime mover dalam rangka pemulihan dan pengembangan ekonomi Indonesia yang selama lima tahun terakhir ini mengalami keterpurukan. Seperti kita ketahui bahwa cakupan sektor perikanan dan kelautan cukup luas yaitu meliputi berbagai sektor ekonomi. Sehingga selama ini pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan tidak dilakukan oleh satu koordinasi lembaga negara, tetapi dilakukan secara parsial oleh beberapa lembaga negara setingkat dengan departemen. Oleh sebab itu bidang perikanan dan kelautan bukanlah merupakan sektor tetapi merupakan multi sektor. Sementara selama ini yang dijadikan growth center adalah sektor perikanan. Untuk itu lingkup penelitian ini dibatasi pada sub-sektor perikanan, khusunya perikanan tangkap. Kemudian apabila dibandingkan dengan kegiatan studi sebelumnya, penelitian ini memberikan sumbangan dalam hal pemahaman keterkaitan antara sumberdaya, sektoral dan regional. Selama ini penelitian yang telah dilakukan adalah mengembangkan apa yang disebut dengan Lumped model, yaitu suatu model yang dikembangkan secara agregrat apakah secara wilayah keseluruhan atau secara spesies keseluruhan. Memang ada kelebihan-kelebihan dari lumped model ini, diantaranya adalah 1 model relatif sederhana, 2 biaya komputasional relatif rendah. Tetapi disisi lain ada kelemahan dari lumped model tersebut yaitu tidak dapat memilah-milah kontribusi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya.

3. METODE PENELITIAN