Belajar Pembelajaran TINJAUAN PUSTAKA

14

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Belajar

Menurut Slavin dalam Anni 2011: 82, belajar merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman. Menurut Gagne dalam Anni 2011: 82, belajar merupakan perubahan disposisi atau kecapakan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Menurut Anni 2011: 82, belajar mengandung tiga unsur utama, yaitu sebagai berikut. 1. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku. 2. Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman. 3. Perubahan perilaku karena belajar itu bersifat relatif permanen. Dari definisi yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha untuk memperoleh perubahan melalui pengalaman. Perubahan itu dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan serta perubahan aspek-aspek lain. Perubahan itu dapat berupa sesuatu yang baru atau perubahan itu hanya penyempurnaan atau pengembangan terhadap hal-hal yang dipelajari.

3.2 Teori Belajar

3.2.1 Teori Belajar Vigotsky

Menurut Anni 2011: 34, teori Vygotsky mengandung pandangan bahwa pengetahuan itu dipengaruhi situasi dan bersifat kolaboratif, artinya pengetahuan didistribusikan di antara orang dan lingkungan yang mencakup obyek, alat, buku, dan komunitas tempat orang berinteraksi dengan orang lain sehingga dapat dikatakan bahwa fungsi kognitif berasal dari situasi sosial. Vygotsky mengemukakan beberapa ide tentang zone of proximal development ZPD. ZPD adalah serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara mandiri, tetapi dapat dipelajari dengan bantuan orang dewasa atau anak yang lebih mampu Anni, 2011: 35. Selain itu, juga terdapat scaffolding yang erat kaitannya dengan ZPD yaitu teknik untuk mengubah tingkat dukungan Anni, 2011: 35. Melalui scaffolding ini, orang yang lebih ahli guru akan memberikan tugas dan bimbingan sesuai dengan kemampuan anak peserta didik. Dengan demikian, teori Vygotsky yang penting dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan membentuk kelompok akan membantu peserta didik untuk mentransfer pengetahuan yang dimiliki kepada peserta didik lain. Guru berperan sebagai fasilitator memberikan tugas sesuai dengan kemampuan peserta didik dan indikator pembelajaran yang ingin dicapai.

3.2.2 Teori Belajar Bermakna Meaningful

Teori ini dikemukakan oleh David Ausubel sebagai pelopor aliran kognitif. Menurut Dahar dalam Anni 2011: 210 menyatakan bahwa belajar bermakna adalah proses mengkaitkan informasi baru dengan konsep-konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Menurut Ausubel dalam Anni 2011: 210 terdapat empat prinsip pembelajaran: 1. Kerangka Cantolan Advance Organizer Pengatur awal atau bahan pengait dapat digunakan pendidik dalam membantu mengaitkan konsep lama dengan konsep baru yang lebih tinggi maknanya. Penggunaan pengatur awal yang tepat dapat meningkatkan pemahaman berbagai macam materi pelajaran, terutama materi pelajaran yang telah mempunyai struktur yang teratur. 2. Diferensiasi progresif Dalam proses belajar bermakna perlu ada pengembangan dan elaborasi konsep-konsep. Caranya unsur yang paling umum dan inklusif diperkenalkan dahulu kemudian baru yang lebih mendetil, berarti proses pembelajaran dari umum ke khusus. 3. Belajar superordinat Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami pertumbuhan kearah diferensiasi. Ini terjadi sejak perolehan informasi dan diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Belajar superordinat terjadi bila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya merupakan unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas dan inklusif. 4. Penyesuaian integratif Pada suatu saat peserta didik kemungkinan akan menghadapi kenyataan bahwa dua atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama atau bila nama yang sama diterapkan pada lebih satu konsep. Untuk mengatasi pertentangan kognitif itu, Ausubel, mengajukan konsep pembelajaran penyesuaian integratif. Caranya, materi pelajaran disusun sedemikian rupa, sehingga pendidik dapat menggunakan hirarki-hirarki konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan. Menurut Ausubel Hudojo, 2003: 84 bahan pelajaran yang dipelajari haruslah “bermakna” meaningful, artinya bahan pelajaran itu cocok dengan kemampuan peserta didik dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik. Dengan perkataan lain, pelajaran baru haruslah dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada sedemikian hingga konsep- konsep baru benar-benar terserap. Dengan demikian, intelektual-emosional peserta didik terlibat di dalam kegiatan belajar-mengajar. Teori belajar bermakna berkaitan dengan model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran Advance Organizer. Kemudian pembelajaran diperluas dengan diberikan soal-soal yang bervariasi sehingga peserta didik dapat menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

3.3 Pembelajaran

Gagne dalam Anni 2011: 192 menyatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa penting eksternal peserta didik yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Peristiwa belajar ini dirancang agar memungkinkan peserta didik memproses informasi nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perolehan tujuan belajar sebetulnya juga dapat dilakukan secara alamiah dimana peserta didik membaca buku-buku, majalah, surat kabar atau mengamati peristiwa di lingkungannya. Namun dalam aktivitas belajar yang dirancang, disebut dengan pembelajaran, maka perolehan tujuan belajar itu dirancang secara baik. Tujuan belajar tersebut memberikan arah terhadap proses belajar. Setiap komponen belajar hendaknya saling berhubungan dan berkaitan dengan proses internal belajar peserta didik agar terjadi peristiwa belajar. Untuk mencapai tujuan belajar, pendidik hendaknya benar-benar menguasai cara- cara merancang belajar agar peserta didik mampu belajar optimal. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara pendidik dengan peserta didik, atau antar peserta didik. Dalam proses komunikasi itu dapat dilakukan secara verbal lisan, dan dapat pula secara nonverbal, seperti penggunaan media computer dalam pembelajaran. Namun demikian apapun media yang digunakan dalam pembelajaran itu, esensi pembelajaran adalah ditandai oleh serangkaian kegiatan komunikasi Anni, 2011: 193.

3.4 Model Pembelajaran Kooperatif

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PQ4R BERBANTUAN KARTU MASALAH TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VIII

1 17 276

KEEFEKTIFAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN CRH BERBANTUAN KARTU MASALAH DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIK SISWA SMP KELAS VII

0 11 367

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH.

5 17 48

Implementasi PBL Berbantuan GSP Software Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa

0 0 8

Peningkatan kemampuan representasi matematik peserta didik dengan menggunakan model problem based learning (PBL) berbantuan media software Geogebra

0 1 10

Korelasi antara motivasi belajar dengan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik menggunakan model problem based learning (PBL)

0 1 8

Peningkatan kemampuan koneksi matematik peserta didik menggunakan model problem based learning (PBL) dengan berbantuan Software Geogebra

0 5 6

Korelasi kemampuan komunikasi matematik dengan kemampuan pemecahan masalah matematik terhadap peserta didik melalui model pembelajaran Logan Avenue Problem Solving (LAPS)-Heuristic

0 1 6

Perbandingan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik antara yang menggunakan model problem based learning (PBL) dengan problem solving

0 0 8

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK - Raden Intan Repository

0 0 125