3.2 Teori Belajar
3.2.1 Teori Belajar Vigotsky
Menurut Anni 2011: 34, teori Vygotsky mengandung pandangan bahwa pengetahuan itu dipengaruhi situasi dan bersifat kolaboratif, artinya
pengetahuan didistribusikan di antara orang dan lingkungan yang mencakup obyek, alat, buku, dan komunitas tempat orang berinteraksi dengan orang lain
sehingga dapat dikatakan bahwa fungsi kognitif berasal dari situasi sosial. Vygotsky mengemukakan beberapa ide tentang zone of proximal
development ZPD. ZPD adalah serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara mandiri, tetapi dapat dipelajari dengan bantuan orang dewasa
atau anak yang lebih mampu Anni, 2011: 35. Selain itu, juga terdapat scaffolding yang erat kaitannya dengan ZPD yaitu teknik untuk mengubah
tingkat dukungan Anni, 2011: 35. Melalui scaffolding ini, orang yang lebih ahli guru akan memberikan tugas dan bimbingan sesuai dengan kemampuan
anak peserta didik. Dengan demikian, teori Vygotsky yang penting dalam penelitian ini
adalah pembelajaran dengan membentuk kelompok akan membantu peserta didik untuk mentransfer pengetahuan yang dimiliki kepada peserta didik lain.
Guru berperan sebagai fasilitator memberikan tugas sesuai dengan kemampuan peserta didik dan indikator pembelajaran yang ingin dicapai.
3.2.2 Teori Belajar Bermakna Meaningful
Teori ini dikemukakan oleh David Ausubel sebagai pelopor aliran kognitif. Menurut Dahar dalam Anni 2011: 210 menyatakan bahwa belajar
bermakna adalah proses mengkaitkan informasi baru dengan konsep-konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Menurut Ausubel dalam Anni 2011: 210 terdapat empat prinsip pembelajaran:
1. Kerangka Cantolan Advance Organizer
Pengatur awal atau bahan pengait dapat digunakan pendidik dalam membantu mengaitkan konsep lama dengan konsep baru
yang lebih tinggi maknanya. Penggunaan pengatur awal yang tepat dapat meningkatkan pemahaman berbagai macam materi
pelajaran, terutama materi pelajaran yang telah mempunyai struktur yang teratur.
2. Diferensiasi progresif
Dalam proses belajar bermakna perlu ada pengembangan dan elaborasi konsep-konsep. Caranya unsur yang paling umum dan
inklusif diperkenalkan dahulu kemudian baru yang lebih mendetil, berarti proses pembelajaran dari umum ke khusus.
3. Belajar superordinat
Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami pertumbuhan kearah diferensiasi. Ini terjadi sejak
perolehan informasi dan diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Belajar superordinat terjadi bila
konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya merupakan unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas dan inklusif.
4. Penyesuaian integratif
Pada suatu saat peserta didik kemungkinan akan menghadapi kenyataan bahwa dua atau lebih nama konsep digunakan untuk
menyatakan konsep yang sama atau bila nama yang sama diterapkan pada lebih satu konsep. Untuk mengatasi
pertentangan kognitif itu, Ausubel, mengajukan konsep pembelajaran penyesuaian integratif. Caranya, materi pelajaran
disusun sedemikian rupa, sehingga pendidik dapat menggunakan hirarki-hirarki konseptual ke atas dan ke bawah selama
informasi disajikan. Menurut Ausubel Hudojo, 2003: 84 bahan pelajaran yang dipelajari
haruslah “bermakna” meaningful, artinya bahan pelajaran itu cocok dengan kemampuan peserta didik dan harus relevan dengan struktur kognitif yang
dimiliki peserta didik. Dengan perkataan lain, pelajaran baru haruslah dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada sedemikian hingga konsep-
konsep baru benar-benar terserap. Dengan demikian, intelektual-emosional peserta didik terlibat di dalam kegiatan belajar-mengajar.
Teori belajar bermakna berkaitan dengan model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran Advance
Organizer. Kemudian pembelajaran diperluas dengan diberikan soal-soal yang bervariasi sehingga peserta didik dapat menerapkan konsep tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.
3.3 Pembelajaran