II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Manajemen Lingkungan
Keterkaitan antara dunia usaha dan lingkungan telah disadari sejak dilaksanakannya Conference on Human and Enviromental oleh PBB pada tahun 1972 di
Stockholm. Konferensi tersebut melahirkan konsep pembangunan berkelanjutan Djajadiningrat, 1997. Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai pembangunan
yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan generasi yang akan datang untuk dapat memenuhi kebutuhannya WCED, 1987. Komisi Brundtland
menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan bukanlah suatu kondisi yang kaku mengenai keselarasan, tetapi lebih merupakan suatu proses perubahan yang mana
eksploitasi sumberdaya, arah investasi, orientasi perkembangan teknologi, dan perubahan institusi dibuat konsisten dengan masa depan seperti halnya kebutuhan saat
ini. Pembangunan berkelanjutan mencakup pengertian bahwa kalangan industri harus mulai mengembangkan sistem manajemen lingkungan yang dilaksanakan secara efektif.
Dalam pengelolaan lingkungan dikenal tiga standar, yaitu 1 British Standard BS 7750: 1994 yang berlaku di Inggris; 2 Environmental Management Audit Scheme,
EMAS yang berlaku di Uni Eropa; dan 3 ISO seri 14000. ISO seri 14000 merupakan standar internasional yang menjadi sarana penting dalam perdagangan global yang
terbuka dan tidak memihak, khususnya berkaitan dengan pemberian perlakuan yang tepat dalam penanganan masalah lingkungan Simatupang, 1995.
Penerapan ISO seri 14000 dalam perdagangan global adalah salah satu bentuk konkrit dari implementasi konsep pembangunan berkelanjutan. Simatupang 1995
mengatakan terbitnya ISO seri 14000 pertengahan 1996 merupakan babak baru dalam standarisasi perdagangan dunia setelah diterapkan ISO seri 9000 yang dianggap cukup
handal dalam bidang Sistem Manajemen Kualitas QMS. Dengan demikian, standar ISO seri 14000 dapat digunakan sebagai sarana meningkatkan daya saing dalam menembus
pasar internasional dan sekaligus dijadikan faktor penggiat dalam mengembangkan upaya pengelolaan lingkungan.
Standar ISO seri 14000 bertumpu pada prinsip perbaikan terus-menerus continous improvement dengan membawa elemen baru bagi peningkatan manajemen organisasi,
yaitu pendekatan sistem manajemen untuk mengoptimalkan seluruh kinerja lingkungan dan menengahi setiap kerusakan lingkungan. Penerapan ISO seri 9000 difokuskan pada
kepuasan pelanggan dan persyaratan kualitas internal, sedangkan penetapan ISO seri
14000 membuat perusahaan bukan saja mampu memuaskan pelanggan dan masyarakat tetapi sekaligus dapat memenuhi persyaratan peraturan lingkungan yang diberlakukan.
Dalam ISODIS Draft of International Standard 14001, perbaikan terus-menerus ini harus dapat mengoptimalkan lima bidang kegiatan dalam model Sistem Pengelolaan
Lingkungan EMS yang saling berhubungan dan bersamaan, yaitu 1 peninjauan manajemen; 2 kebijakan lingkungan, 3 perencanaan: aspek lingkungan; aspek hukum,
persyaratan sasaran dan target; program pengelolaan lingkungan; 4 implementasi dan operasi: struktur dan pertanggungjawaban; pelatihan dan kepatuhan; komunikasi;
dokumentasi sistem pengelolaan lingkungan; pengendalian dokumen; pengendalian operasional; kesiapan dan reaksi pada keadaan darurat; dan 5 pemeriksaan dan
tindakan perbaikan; monitoring dan pengukuran; tanpa konfirmasi dan tindakan korektif dan pencegahan; pencatatan; audit sistem pengelolaan lingkungan.
Manfaat yang diperoleh perusahaan sesudah menerapkan SML ISO 14001 tergantung cara menerapkan standar ISO 14001. Dampak positif penerapan ISO 14001
yang paling baik bagi lingkungan adalah pengurangan limbah. Sertifikasi diberikan bila lembaga sertifikasi yang melakukan penelitian atau audit terhadap proses dan
dokumentasi pabrik tersebut melihat kesesuaian pelaksanaan SML di pabrik tersebut dan berpendapat bahwa pabrik mempunyai SML yang memenuhi standar ISO 14001 dan
menerapkan SML terus menerus secara aktif dalam kegiatan sehari-hari di pabrik. Sekali sertifikat sudah diberikan, kegiatan SML perlu dilaksanakan dan diawasi dengan cara
audit di lapangan minimal 2 kali setahun oleh lembaga sertifikasi SML yang telah memperoleh akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Hadiwiardjo, 1997.
2.2 Produksi Bersih