Latar Belakang Pemanfaatan Air pada Bendung Kecil di Sub DAS Ciomas - DAS Cidanau, Banten

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Krisis air akhir-akhir ini hampir selalu terjadi setiap tahun di Indonesia. Umumnya pada musim hujan, banyak daerah dilanda banjir dan juga tanah longsor karena aliran air permukaan akibat curah hujan yang tinggi tidak tertahan oleh vegetasi yang memadai. Sementara itu pada musim kemarau terjadi kekeringan di lahan pertanian maupun di pemukiman karena hampir tidak ada lagi air yang mengalir dari hulu sungai, cadangan air di waduk relatif sedikit, serta permukaan air tanah yang semakin dalam. Permasalahan air yang umum adalah ketidaksesuaian antara kebutuhan dan pasokan pada waktu dan tempat tertentu. Permasalahan air di negeri ini menjadi semakin kompleks karena tingkat kebutuhan yang berubah dengan cepat, baik dari segi jumlah maupun mutu, yaitu mengikuti peningkatan jumlah penduduk, industrialisasi, pendapatan, dan konflik antar pengguna, untuk pertanian dan bukan pertanian, serta di daerah perkotaan dan pedesaan. Tekanan penduduk terhadap lahan juga telah mengakibatkan penurunan kapasitas sumber air dan faktor penyebab kelangkaan air terutama di pulau Jawa Pasandaran, 2006. Air merupakan faktor produksi yang tidak dapat disubsitusi, memegang peranan penting untuk mendukung keberhasilan sistem produksi pertanian, sehingga air dapat dikategorikan sebagai faktor pembatas produksi pertanian Hilman Manan, 2005 dalam Pasandaran., 2006 Daerah Aliran Sungai DAS merupakan suatu sistem ekologis atau ekosistem alamiah yang memiliki unsur-unsur flora, fauna, dan manusia dengan segala aktivitasnya. Daya tampung alami DAS di Indonesia terus merosot akibat peningkatan permukaan kedap air, penebangan tanaman permanen dan intensifnya usaha tani tanaman semusim yang kurang memperhatikan tindakan konservasi tanah dan air. Rusaknya kondisi DAS bagian hulu pada saat ini dicirikan dengan besarnya selisih debit air di DAS pada musim kemarau dan hujan. Kondisi ini dapat terjadi karena hujan yang jatuh di kawasan hulu belum dikelola dengan baik. Kegiatan perambahan hutan terjadi di kawasan Cidanau hulu, yaitu pemanfaatan kayu untuk bangunan dan bahan bakar, kemudian lahannya dijadikan lahan pertanian. Akibat perubahan penggunaan lahan tersebut akan berpengaruh terhadap kondisi sumber daya air dan aktivitas lain di hilirnya. Masalah yang perlu mendapat prioritas adalah pemulihan kemampuan berbagai sumber daya alam yang mengalami degradasi pada DAS Cidanau hulu tersebut. Konsep pemulihan kemampuan DAS perlu dilihat dalam perspektif jangka panjang sebagai upaya pemeliharaan kemampuan optimal DAS secara berlanjut. Salah satu konsep yang perlu diperhatikan adalah membangun bangunan-bangunan air baik yang meredam pengaruh banjir maupun yang menahan sedimentasi adalah contoh-contoh yang sering dipraktekkan disamping pendekatan yang mengutamakan penanaman berbagai vegetasi. Salah satu upaya pengelolaan air yang dapat dilakukan di DAS Cidanau bagian hulu adalah dengan pembangunan bendung kecil, yaitu bangunan yang yang dapat mengendalikan endapan dan aliran air permukaan dari daerah tangkapan air dibagian hulu serta menstabilkan debit sungai dan juga meningkatkan permukaan air tanah di bagian hilirnya. Upaya pembangunan bendung kecil diarahkan terutama pada DAS Cidanau bagian hulu yang juga dapat dilakukan pada Sub DAS Ciomas bagian hulu yang menjadi salah satu anak dari DAS Cidanau tersebut untuk meningkatkan daya tampung air hujan serta membantu tindakan konservasi.

B. Tujuan