B. Tempat dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada Sub DAS Ciomas - DAS Cidanau, Serang – Banten. Pengambilan data dan pengolahan data dimulai dari
bulan Februari 2007 sampai dengan Juli 2007.
C. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah seperangkat komputer, alat hitung kalkulator dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain : 1. Peta wilayah Sub DAS Ciomas – DAS Cidanau, berupa Peta Rupa Bumi
Indonesia dengan skala 1 : 25.000 yang diperoleh dari Balai Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional BAKOSURTANAL Bogor dengan nomor-
nomor peta 1109-542, 1109-631, dan 1109-631 2. Peta tanah skala 1 : 250.000 yang didapat dari Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat Bogor 3. Data curah hujan harian tahun 2002 - 2006 Sub DAS Ciomas
4. Data debit harian tahun 2002 - 2006 Sub DAS Ciomas 5. Data evapotranspirasi harian tahun 2002 – 2006 Stasiun Klimatologi
Serang – Banten 6. Data kependudukan Sub DAS Ciomas tahun 2007
7. Data kondisi sosial ekonomi Sub DAS Ciomas tahun 2007
D. Tahapan Penelitian 1.
Pengumpulan Data
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memanfaatkan data–data sekunder yang diperoleh dari instansi yang terkait
dalam upaya pembangunan daerah infrastruktur yang dilakukan di Sub DAS Ciomas, Balai Pengelolaan Sumber Daya Air BPSDA Serang-Banten,
Research Unit Biological and Resources Development RUBRD-IPB, Stasiun Klimatologi Serang-Banten, maupun instansi-instansi terkait dengan
pengelolaan dan karakteristik Sub DAS Ciomas.
2. Analisis Sub DAS Ciomas
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam analisis Sub DAS Ciomas antara lain:
a. Wilayah administrasi dan lokasi Sub DAS Ciomas b. Kondisi sosial ekonomi meliputi keadaan penduduk, pertanian, industri,
peternakan, perikanan saat ini, dimana terdiri dari data sekunder yang diperoleh dari Kecamatan Ciomas dan data aktual yaitu yang diperoleh
dari hasil survei dan dianalisis lebih lanjut dalam Andriyanto 2007 c. Menganalisis penampang sungai yang meliputi penampang memanjang
dan penampang melintang sungai, serta elevasinya untuk menentukan letak dan posisi bendung kecil
d. Keadaan iklim dan hidrologi Sub DAS Ciomas yang meliputi data iklim curah hujan dan evapotranspirasi dan data debit sungai, dimana terdiri
dari data sekunder yang diperoleh dari Kecamatan Ciomas dan Stasiun Klimatologi Serang
3. Analisis Kebutuhan Air
Secara umum kebutuhan air di Sub DAS Ciomas terdiri dari lima sektor, yaitu :
a. Kebutuhan air untuk penduduk b. Kebutuhan air untuk industri
c. Kebutuhan air untuk pertanian d. Kebutuhan air untuk peternakan
e. Kebutuhan air untuk perikanan Semakin meningkatnya kebutuhan sumberdaya air sejalan dengan
peningkatan jumlah penduduk, taraf hidup serta peningkatan proses industrialisasi.
Estimasi kebutuhan air adalah perkiraan banyaknya air yang dibutuhkan oleh tanaman, penduduk, industri, peternakan dan perikanan
dalam m
3
hari. Data yang digunakan dalam perhitungan kebutuhan air untuk digunakan dalam neraca air diperoleh dari hasil survei yang kemudian dapat
dimodelkan dan dianalisis lebih lanjut dalam Andriyanto 2007.
4. Neraca Air Berdasarkan Metode Simulasi
a. Ketersediaan air total
Potensi pasokan air dapat diartikan sebagai banyaknya air berlebih dari hujan yang jatuh kemudian menjadi aliran permukaan run
off setelah tanah dalam kondisi jenuh. Adanya kondisi tersebut sewaktu-
waktu dapat menyebabkan terjadinya debit puncak sehingga dapat menyebabkan banjir pada musim penghujan dan selain itu dapat
menyebabkan kekeringan pada musim kemarau. Jumlah ketersediaan air total dapat dihitung dari penjumlahan total air yang tersedia di
tampungan setiap harinya. b. Analisis Neraca Air
Besarnya air yang tersedia dalam suatu DAS dapat dinyatakan dalam neraca air. Neraca air dianggap sebagai penjelasan yang rinci dari
hukum kekekalan massa air, yaitu massa tidak bertambah atau tidak berkurang tetapi hanya berubah bentuk atau berpindah tempat. Persamaan
hidrologi yang merupakan pernyataan secara sederhana dari hukum kekekalan massa, dinyatakan pada persamaan 1 Asdak, 2004 :
E
o
= I-O-? s .................................................... 1 Dimana :
E
o
= Evaporasi permukaan air tebuka m
3
detik I
= Aliran masuk m
3
detik O
= Aliran keluar m
3
detik ?s
= Perubahan terhadap simpanan. Menurut Dandekar dan Sharma 1991 dalam Gunawan, 2006
sumber utama dari aliran masuk adalah curah hujan, dan sumber–sumber aliran keluar adalah aliran permukaan, evaporasi, transpirasi, intersepsi
dan sebagainya. Perubahan simpanan adalah pengaruh dari perubahan keluaran lengas tanah, simpanan cekungan dan simpanan sementara.
Salah satu persamaan yang digunakan untuk mengetahui fluktuasi
volume bendung kecil adalah dengan menggunakan metode neraca air DWGR-JICA, 1994 dalam Maulani, 2005 :
V
1
= V
2
+ I + R x A – E – Sp – KAP – KAI – Etc ................ 2
Dimana : V
1
= Volume air pada bendung kecil diawal periode harian m
3
V
2
= Volume air pada bendung kecil diakhir periode harian m
3
R = Jumlah curah hujan harian m
A = Luas permukaan bendung kecil m
2
I = Aliran air ke dalam bendung kecil selama periode harian m
3
E = Kehilangan air akibat evapotranspirasi di bendung kecil m
3
Sp = Kehilangan air akibat rembesan selama periode harian m
3
KAP = Kebutuhan air penduduk selama periode harian m
3
KAI = Kebutuhan air industri selama periode harian m
3
Etc = Kebutuhan air untuk pertanian selama periode harian m
3
c. Analisis Data Aliran Data aliran berupa debit yang digunakan adalah data yang
diperoleh dari kantor Kecamatan Ciomas. Curah hujan dan evapotranspirasi yang digunakan data curah hujan yang terukur di Stasiun
Klimatologi Serang. d. Analisis Dimensi Bendung Kecil
Besarnya daerah genangan berdasarkan ketersediaan air yang dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan air dan memperhitungkan
kontur yang ada. Sedangkan dimensi bendungnya meliputi tinggi dan lebar bendung, dimana tinggi bendung berdasarkan analisis trial and
error dalam neraca air dan lebar bendung mengikuti topografi setempat dan lebar penampang sungainya.
V
h
= Vi +10 A
kt
Rj atau Vh = Vj
5. Analisis Neraca Air Berdasarkan Hujan dan Debit Aliran Masuk pada
Musim Hujan
a. Ketersediaan Air Debit aliran masuk ke dalam bendung kecil berasal dari hujan
yang turun di dalam daerah cekungan. Sebagian dari hujan tersebut menguap, sebagian lagi turun mencapai permukaan tanah. Hujan yang
turun mencapai tanah sebagian masuk ke dalam tanah infiltrasi, yang akan mengisi pori-pori tanah sebagian mengalir menuju dam penahan
sebagai aliran bawah permukaan, sedangkan sisanya mengalir di atas permukaan tanah run off. Jika pori tanah sudah mengalami kejenuhan,
air akan mengalir masuk ke dalam tampungan air tanah. Gerak air ini disebut sebagai perkolasi. Sedikit demi sedikit air dari tampungan air
tanah mengalir keluar sebagai mata air menuju alur dan disebut aliran dasar. Sisa dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan, disebut
aliran permukaan, bersama aliran dasar bergerak menuju bendung kecil. Ketersediaan air dapat dinyatakan sebagai air yang masuk ke
dalam kolam bendung kecil yang terdiri atas dua kelompok, yaitu air permukaan dari seluruh daerah tadah hujan, dan air hujan efektif yang
langsung jatuh di atas permukaan kolam. Dengan demikian jumlah air yang masuk ke dalam bendung kecil dapat dinyatakan sebagai berikut :
S S
S .................. 3
Dimana : V
h
= Volume air yang dapat mengisi kolam bendung selama musim hujan m
3
V
j
= Aliran bulanan pada bulan j m
3
bulan
S Vi = Jumlah aliran total selama musim hujan m
3
R
j
= Curah hujan bulanan pada bulan j mmbulan S Vj
= Curah hujan total selama musim hujan mm, curah hujan musim kemarau diabaikan
A
kt
= Luas permukaan kolam bendung ha
V
n
= V
u
+ V
e
+ V
i
+ V
s
b. Analisis Dimensi Bendung Kecil
1 Kapasitas tampung bendung
Bendung yang akan dibangun harus mampu menampung penuh air di musim penghujan dan kemudian dioperasikan selama
musim kemarau untuk melayani berbagai kebutuhan, dimana kapasitas tampung yang diperlukan V
n
adalah : ..…………………… 4
Dimana : V
n
= Kapasitas tampung total yang diperlukan suatu wilayah m
3
V
u
= Volume hidup untuk melayani berbagai kehidupan m
3
V
e
= Jumlah penguapan kolam selama musim kemarau m
3
V
i
= Jumlah resapan melalui dasar, dinding, dan tubuh bendung selama musim kemarau m
3
Vs = Ruangan yang disediakan untuk sedimen m
3
Namun dalam menentukan kapasitas total suatu bendung harus pula mempertimbangkan volume atau debit air yang tersedia
V
h
dan kemampuan topografi untuk menampung air V
p
. Apabila air yang tersedia atau kemampuan topografi kecil, bendung harus
didesain dengan kapasitas yang lebih kecil daripada kebutuhan maksimum suatu wilayah. Demikian juga untuk memenuhi kebutuhan
maksimum suatu wilayah diperlukan pembangunan lebih dari satu bendung.
2 Ruang sedimen Ruang untuk sedimen perlu untuk disediakan di kolam
bendung mengingat daya tampungan kecil, walaupun daerah tadah hujan
disarankan agar
ditanami vegetasi
rumput untuk
mengendalikan erosi. Berdasarkan pengamatan beberapa bendung yang ada, secara praktis ruang sedimen setinggi 1 m di atas dasar
kolam yang telah cukup untuk menampung sedimen V
s
. Ruang ini
masih dapat dimanfaatkan selama masih belum terisi sedimen. Ruang inilah yang menentukan umur ekonomis bendung tersebut.
3 Jumlah penguapan V
e
Di daerah semi kering penguapan dari kolam bendung akan relatif besar jumlahnya apalagi aliran masuk di musim kering tidak
ada. Dengan demikian jumlah penguapan selama musim kemarau perlu diperhitungkan dalam penentuan kapasitas atau tinggi bendung.
Penguapan di permukaan kolam bendung dapat dihitung secara sederhana seperti berikut :
......................................... 5 Dimana :
V
e
= Jumlah penguapan kolam selama musim kemarau m
3
A
kt
= Luas permukaan kolam bendung pada setengan tinggi ha E
kt
= Penguapan bulanan dimusim kemarau pada bulan ke-t mmbulan
4 Jumlah resapan V
i
Air di dalam kolam bendung akan meresap masuk ke dalam pori atau rongga dasar dan dinding kolam bendung. Besarnya resapan
secara praktis dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : .......................................... 6
Dimana : R
= Jumlah resapan m
3
hari L
= Luas daerah genangan m
2
P = Perkolasi mhari
5 Menentukan kapasitas tampung desain V
d
Untuk menentukan atau memilih kapasitas tampung desain suatu bendung V
d
harus membandingkan ketiga hal yaitu : V
e
= 10 . A
kt
. S E
kt
R = L x P
a Volume tampungan yang diperlukan V
n
untuk menyediakan : - kebutuhan penduduk, pertanian dan industri V
u
di suatu desa - volume cadangan untuk kehilangan air karena penguapan V
e
dan resapan V
i
- ruangan penampung sedimen V
s
diperkirakan 0.05–0.1 Vu b Volume tampungan air yang tersedia musim hujan V
h
c Daya tampung potensi selama musim hujan V
p
, yaitu volume maksimum kolam yang terbentuk karena dibangunnya
suatu bendung. Dari ketiga besaran tersebut yaitu : V
n,
V
h,
dan V
p
dipilih yang terkecil sebagai volumekapasitas tampung desain suatu bendung
V
d
. Bilamana V
h
atau V
p
yang menentukan, maka kemampuan bendung yang melayani penduduk akan berkurang yaitu tidak sebesar
yang diperlukan V
n
.
6. Optimasi Pola Tanam
Optimasi pola tanam dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan air agar jumlahnya tidak melebihi jumlah air yang tersedia atau dapat
dimanfaatkan. Optimasi pola tanam berdasarkan pola tanam sering digunakan oleh petani yang ada di Sub DAS Ciomas pada saat ini dan
untuk perencanaan diprioritaskan tanaman padi sebagai prioritas pertama, karena dengan pertumbuhan penduduk maka kebutuhan padi akan semakin
meningkat. Dari beberapa pola tanam, dipilih yang paling maksimal dalam produksi namun sesuai dengan ketersediaan air di Sub DAS Ciomas tersebut
dan komoditas yang dipilih adalah komoditas yang bernilai tinggi yang nantinya dapat meningkatkan hasil pertanian dan secara otomatis akan
menambah pendapatan masyarakat. Dengan mengolah hasil pertanian tersebut, maka dapat mengikutsertakan masyarakat sekitar didalamnya,
sehingga dapat menambah lapangan pekerjaaan bagi masyarakat sekitar.
Gambar 3.1. Diagram Alir Tahapan Penelitian Analisis Neraca Air :
Volume Tampungan, Debit Tersedia, Realisasi Kebutuhan Air, Potensi Debit Sungai
Selesai Arahan Penggunaan Lahan
dengan Pola Tanam - Delinasi Peta
- Pembuatan Profil Memanjang dan
Melintang Sungai
Analisis Letak Bendung Kecil
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Kebutuhan Air Penduduk, Pertanian, Industri,
Peternakan, Perikanan Simulasi Pertanian
Data Sekunder : - Data curah hujan
- Data debit - Data evapotranspirasi
- Data kependudukan
Input Data : ETo, CH, Debit
Input Data : Peta Dasar
Sub DAS Ciomas Input Data :
Data Kependudukan Mulai
Pengumpulan Data
IV. KONDISI UMUM SUB DAS CIOMAS
A. Keadaan Biofisik 1. Letak dan Luas Sub DAS Ciomas
Sungai Cidanau merupakan sungai utama DAS Cidanau yang mempunyai sekitar 21 Sub DAS dan semuanya bermuara di Rawa Danau
kemudian airnya mengalir melalui Sungai Cidanau ke laut. Salah satu Sub
DAS tersebut adalah Sub DAS Ciomas yang menjadi daerah penelitian ini.
Berdasarkan delinasi Up Dating Peta Digital DAS Cidanau dari Peta Rupa Bumi Indonesia wilayah DAS Cidanau, dapat diketahui bahwa luas
keseluruhan Sub DAS Ciomas kurang lebih 3.290 Ha. Batas administrasi Sub DAS Ciomas sebelah Utara berbatasan dengan
Kecamatan Pabuaran, sebelah Selatan berbatasan dengan Gunung Karang, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Padarincang dan Ciomas, sebelah
Timur berbatasan dengan Kecamatan Ciomas dan Padarincang. Wilayah Sub DAS Ciomas sebagian besar hanya melewati dua kecamatan saja yaitu
Kecamatan Ciomas dan Padarincang. Kecamatan Ciomas terdapat sepuluh desa tetapi yang masuk dalam wilayah Sub DAS Ciomas hanya lima desa.
Pada Kecamatan Padarincang terdapat 13 desa dan yang masuk wilayah Sub DAS Ciomas hanya dua desa. Dari semua desa-desa tersebut, kemudian dibagi
lagi menjadi beberapa kampung. Keterangan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3.
2. Iklim
Wilayah Sub DAS Ciomas menurut data fisik yang ada termasuk Tipe Iklim B2 Oldeman, dalam hubungan dengan pertanian khususnya tanaman
pangan telah dijabarkan menurut tipe iklim daerahnya pada Lampiran 4. Memiliki suhu berkisar antara 18
o
– 32
o
C dengan pH rata-rata 4,8 – 6. Curah hujan hampir merata sepanjang tahun, rata-rata curah hujan lima tahun
terakhir 2457.2 mmtahun, data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.
4. Jenis Tanah
Sebagian Kecamatan Ciomas dan Padarincang adalah yang menjadi wilayah Sub DAS Ciomas. Berdasarkan analisis Peta Tanah yang didapatkan
dari Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor serta Forum Komunikasi DAS Cidanau 2007 dapat diketahui bahwa pada kedua kecamatan tersebut
memiliki dua jenis tanah yaitu Latosol Coklat, Latosol Coklat Kemerahan dan Regosol Kelabu Kekuningan. Pada Tabel 4.1 menyajikan jenis tanah dan sifat
fisik jenis tanah tersebut. Tabel 4.1. Jenis Tanah dan Sifat Fisik Tanah Sub DAS Ciomas
No Jenis Tanah
Sifat Fisik Tanah
1. Regosol
Tanah ini bertekstur kasar, bahan induknya dari batuan
vulkanik atau
reduksial, karena
teksturnya kasar maka daya untuk menyimpan air kecil.
2. Latosol
Tanah ini mempunyai solum dangkal sampai dalam, warna tanah kuning sampai coklat.
Bahan induk vulkan atau plutonik, bersifat intermidier sampai biasa. Pada umumnya
kesuburan tanahnya rendah sampai sedang sehingga tidak mudah tererosi dan tidak mudah
longsor.
Sumber: Forum Komunikasi DAS Cidanau 2007
Jenis tanah Regosol dapat dijumpai sekitar daerah pegunungan, tepatnya di dataran rendah kaki bukit sedangkan jenis tanah Latosol dapat
dijumpai pada bentuk lahan dengan topografi mulai dari bergelombang, berombak, berbukit sampai bergunung Lembaga Penelitian Tanah, 1969
dalam Maulani, 2004
B. Keadaan Sosial Ekonomi