Penerapan Konservatisme Akuntansi dalam Perusahaan

laba dalam periode kini yang dapat mengarahkan pada overstatement terhadap laba pada periode-periode berikutnya. Konservatisme merupakan prinsip akuntansi yang jika diterapkan akan menghasilkan angka-angka laba dan aset cenderung rendah, serta angka-angka biaya dan utang cenderung tinggi. Kecenderungan seperti itu terjadi karena konservatisme menganut prinsip memperlambat pengakuan pendapatan serta mempercepat pengakuan biaya. Akibatnya, laba yang dilaporkan cenderung terlalu rendah understatement Juanda, 2007.Konservatisme sebagai reaksi kehati-hatian dalam menghadapi ketidakpastian yang melekat dalam perusahaan mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko dalam lingkungan bisnis sudah cukup dipertimbangkan. Selain merupakan konvensi penting dalam laporan keuangan, konservatisme mengimplikasikan kehati-hatian dalam mengakui dan mengukur pendapatan dan aktiva. Konsep konservatisme menyatakan bahwa dalam keadaan yang tidak pasti, manajer perusahaan akan menentukan pilihan perlakuan atau tindakan akuntansi yang didasarkan pada keadaan, harapan, kejadian, atau hasil yang dianggap kurang menguntungkan Dewi, 2004.

2.2.2. Penerapan Konservatisme Akuntansi dalam Perusahaan

Konservatisme merupakan salah satu prinsip yang dapat digunakan perusahaan dalam menyusun laporan keuangannya. Penerapannya akan mengakibatkan angka-angka yang berbeda dalam laporan keuangan yang pada akhirnya akan menghasilkan laba yang konservatif. Apabila perusahaan memilih satu diantara dua teknik akuntansi yang ada, maka harus dipilih alternatif yang kurang menguntungkan bagi ekuitas pemegang saham. Teknik yang dipilih adalah teknik yang menghasilkan nilai aset dan pendapatan yang rendah atau yang menghasilkan nilai utang dan biaya yang tinggi Chariri dan Ghozali, 2003. Dengan demikian, apabila terdapat kondisi yang kemungkinan menimbulkan kerugian, biaya danhutang, maka kerugian, biaya dan hutang tersebut harus segera diakui. Sementara itu, jika terdapat kondisi yang memungkinkan laba, pendapatan atau aset, maka laba, pendapatan atau aset tidak dapat langsung diakui sampai kondisi tersebut benar-benar telah terjadi. Watts 2003 menguraikan ada empat hal yang menjadi penjelas tentang pilihan perusahaan dalam menerapkan konservatisme akuntansi: a. Contracting Explanation Konservatisme merupakan upaya untuk membentuk mekanisme kontrak yang efisien antara perusahaan dan berbagai pihak eksternal. Atas dasar penjelasan kontrak, konservatisme akuntansi dapat digunakan untuk menghindari moral hazard yang disebabkan oleh pihak-pihak yang mempunyai informasi asimetris, pembayaran asimetris, horizon waktu yang terbatas, dan tanggung jawab yang terbatas. Masalah tersebut terjadi karena pihak-pihak di luar perusahaan investor mendelegasikan tugas dan kewenangannya kepada manajer tetapi investor tidak dapat sepenuhnya memantau manajer dalam melaksanakan pendelegasian tersebut. b. Litigation terhadap perusahaan Risiko litigasi berkaitan dengan posisi kreditor dan investor sebagai pihak eksternal. Investor dan kreditor adalah pihak yang memperoleh perlindungan hukum. Risiko potensial terjadinya litigasi dipicu oleh potensi yang melekat pada perusahaan berkaitan dengan tidak terpenuhinya kepentingan investor dan kreditor. Dalam rangka memperjuangkan hak-haknya, investor dapat saja melakukan litigasi atau tuntutan hukum karena informasi yang tersaji dalam laporan keuangan disajikan secara overstatement. Untuk menghindari harapan yang berlebihan dari pemakai laporan keuangan tentang kondisi keuangan perusahaan, maka perusahaan menerapkan akuntansi yang konservatif. c. Taxation Penerapan akuntansi konservatif dilakukan dalam upaya memperkecil pajak penghasilan perusahaan. Manajemen perusahaan dapat memilih metode yang cenderung konservatif dalam rangka menekan biaya pajak sepanjang diperbolehkan dalam SAK yang berlaku. Ada peraturan yang diperbolehkan dalam standar akuntansi namun tidak diperbolehkan dalam perpajakan, seperti biaya sumbangan yang tidak boleh dibebankan dan harus dikoreksi dengan cara merekonsiliasi antara laba akuntansi dengan laba fiskal. Meskipun demikian aspek perpajakan tetap menjadi pertimbangan manajemen perusahaan untuk menerpakan akuntansi konservatif. d. Regulation Regulator membuat serangkaian insentif bagi pelaporan keuangan agar laporan keuangan disusun secara konservatif. Negara-negara dengan regulasi tinggi memiliki tingkat konservatisme yang lebih tinggi daripada negara-negara dengan tingkat regulasi rendah. Manajemen diberi beberapa pilihan untuk menyelenggarakan akuntansi konservatif. Pilihan perusahaan dalam menerapkan akuntansi konservatif didukung oleh SAKyang menyebutkan ada beberapa metode yang dapat dipilih dalam menerapkan prinsip konservatisme. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia IAI SAK menyebutkan ada beberapa metode yang menerapkan prinsip konservatisme Deviyanti, 2012: 1. PSAK No. 14 Revisi 2008 yang mengatur perlakuan akuntansi untuk persediaan. Perhitungan biaya persediaan dengan menggunakan metode First InFirst OutFIFOadalah perhitungan yang dapat menghasilkan laba lebih besar daripada metode Last In First Out LIFOdan rata-rata tertimbang. Hal ini disebabkan biaya persediaan yang besar menyebabkan harga pokok penjualan yang kecil, sehingga laba yang dihasilkan besar. Oleh karena itu, metode FIFO merupakan metode yang optimis jika dibandingkan dengan metode LIFO yang menghasilkan angka laba lebih rendah Dewi, 2004. Karena laporan laba rugi hanya mengakui dua metode penyusutan yaitu metode FIFO dan rata-rata tertimbang maka metode rata-rata tertimbang merupakan metode yang paling konservatif. Hal itu dikarenakan biaya persediaan akhir lebih kecil yang mengakibatkan harga pokok penjualan menjadi besar sehingga laba yang dihasilkan menjadi kecil. 2. PSAK No.17 1994 tentang akuntansi penyusutan yang diganti oleh PSAK No. 16 Revisi 2007 mengenai aset tetap dan pilihan dalam menghitung biaya penyusutannya. Metode yang dapat digunakan antara lain metode garis lurus straight line method, metode saldo menurun diminishing balancing method, dan metode jumlah unit sum of the unit method. Apabila metode penyusutan yang digunakan untuk menilai aset tetap perusahaan memiliki periode yang semakin pendek, maka prinsip akuntansi yang diterapkan akan semakin konservatif. Hal tersebut dikarenakan biaya penyusutan menjadi lebih besar sehingga laba yang dihasilkan menjadi lebih kecil.Metode penyusutan saldo menurundiminishing balancing method merupakan metode yang lebih konservatif jika dibandingkan dengan metode garis lurus straight line method danmetode jumlah unit sum of the unit method. Hal ini karena metode saldo menurun memiliki kos yang lebih besar, sehingga angka laba yang tersaji menjadi rendah. 3. PSAK No.19 Revisi 2009 untuk menentukan perlakuan akuntansi bagi aset tidak berwujud yang tidak diatur secara khusus pada standar lainnya. Pernyataan ini juga mengatur cara mengukur jumlah tercatat dari aset tidak berwujud dan menentukan pengungkapan yang harus dilakukan bagi aset tidak berwujud. Metode amortisasi untuk mengalokasikan jumlah aset tidak berwujud yang serupa dengan penyusutan pada aset tetap meliputi: a. Metode garis lurus b. Metode saldo menurun berganda c. Metode jumlah unit produksi Jika periode amortisasi aset tidak berwujud semakin pendek makaakuntansi yang diterapkan juga semakin konservatif, sebaliknya bila periodeamortisasi semakin panjang maka semakin tidak konservatif Dewi, 2004.Periode amortisasi yang semakin pendek menyebabkan biaya amortisasi yangsemakin besar pada tiap periodenya sehingga berakibat pula pada laba yangmenjadi kecil.Dari ketiga metode amortisasi tersebut, metode saldo menurun bergandamerupakan metode yang paling konservatif. Lebih lanjut, apabila amortisasi aset tidak berwujud diakui sebagai bagian dari harga pokok aset lainnya makamembuat laba yang dihasilkan menjadi besar yang berarti tidak konservatif.Namun apabila amortisasi tersebut diakui sebagai beban, maka laba yangdihasilkan menjadi lebih kecil atau dapat dikatakan konservatif. 4. PSAK No.20 tentang Biaya Riset dan Pengembangan. Apabila biaya riset dan pengembangan diakui sebagai beban daripada sebagai aset maka akuntansi yang diterapkan cenderung konservatif. Jika biaya yang terjadi diakui sebagai beban, maka laba yang dihasilkan di dalam laporan keuangan menjadi kecil. Sebaliknya, bila biaya yang terjadi diakui sebagai aset, maka laba yang dihasilkan besar dan akuntansi menjadi tidak konservatif.

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan Konservatisme

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Dewan Komisaris Independen, Leverage, dan Komite Audit Pada Perusahaan Perbankan Terdaftar di BEI

3 79 92

Analisis pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba (studi empiris perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di BEI)

2 33 138

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor Akuntan Publik terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011)

0 9 136

Pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance : studi empiris pada sektor perbankan yang terdaftar di bei periode tahun 2009-2013

0 15 0

Pengaruh struktur kepemilikan manajerial, leverage, growth opportunities dan ukuran perusahaan terhadap konservatisme akuntansi : Studi pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

3 44 121

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI

0 20 54

PENGARUH KOMITE AUDIT, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 2 30

Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Dewan Komisaris Independen, Leverage, dan Komite Audit Pada Perusahaan Perbankan Terdaftar di BEI

0 0 14

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN K

0 2 80

Pengaruh Kualitas Audit, Dewan Direksi, Komisaris Independen, Komite Audit, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional Terhadap Konservatisme - Unika Repository

0 0 17