Merapikan Tempat Duduk Setelah Digunakan Antri Keluar Kelas Ketika Akan Pulang Sekolah

81 dari keseluruhan anak berdoa dengan tertib setelah selesai belajar namun dengan mengganggu temannya dan ribut dengan persentase 28. Pada kriteria tidak berdoa dengan tertib setelah selesai belajar ada 6 anak dengan persentase 6. Sebagian besar anak ketika berdoa sudah mampu untuk bersikap tenang, dan tidak ribut karena guru sudah menjelaskan secara jelas dan spesifik bahwa ketika berdoa mereka sedang meminta atau berhadapan dengan Tuhan, dengan penjelasan yang seperti itu akan mendorong anak untuk berperilaku sesuai dengan permintaan guru. Hasil penelitian diatas sesuai dengan pernyataan dari Rimm 2003: 47 bahwa tujuan disiplin adalah mengarahkan anak agar anak belajar mengenai hal- hal baik dan benar. Sehingga tingkat kedisiplinan aspek berdoa setelah selesai belajar pada anak kelompok B di TK Se-Gugus Pelangi Kecamatan Tegalrejo Yogyakarta berada dalam kategori berkembang sangat baik BSB dengan persentase 86,67.

7. Merapikan Tempat Duduk Setelah Digunakan

Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa tingkat kedisiplinan anak aspek merapikan tempat duduk pada anak kelompok B di TK Se-Gugus Pelangi Kecamatan Tegalrejo Yogyakarta adalah dari keseluruhan anak 58 anak merapikan tempat duduk setelah dipakai dengan persentase 58 . Dari 36 anak dari keseluruhan anak merapikan tempat duduk setelah dipakai namun dengan peringatan guru dengan persentase 36. Kegiatan merapikan tempat duduk setelah digunakan merupakan kegiatan yang dilakukan anak sebelum pulang sekoah, guru membuat peraturan apabila sebelum pulang guru memberikan 82 penjelasan bahwa sebelum pulang anak diminta merapikan tempat duduknya masing-masing, sehingga anak secara tidak langsung akan merapikan tempat duduknya sebelum pulang sekolah. Hasil penelitian diatas sesuai dengan dengan pernyataan Maria J. Wantah 2005: 150 bahwa peraturan merupakan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan untuk menata tingkah laku dalam kelas. Namun ada 6 anak yang tidak merapikan tempat duduk setelah dipakai dengan persentase 6. Sehingga tingkat kedisiplinan aspek merapikan tempat duduk pada anak kelompok B di TK Se- Gugus Pelangi Kecamatan Tegalrejo Yogyakarta berada dalam kategori berkembang sangat baik BSB dengan persentase 84.

8. Antri Keluar Kelas Ketika Akan Pulang Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa tingkat kedisiplinan anak aspek antri keluar kelas pada anak kelompok B di TK Se-Gugus Pelangi Kecamatan Tegalrejo Yogyakarta adalah dari keseluruhan anak 63 anak antri keluar kelas ketika akan pulang sesuai aturan guru dengan persentase 63 . Dari 30 anak dari keseluruhan anak antri keluar kelas ketika akan pulang sesuai aturan guru namun dengan ribut dengan persentase 30. Pada kriteria tidak antri keluar kelas ketika akan pulang sesuai aturan guru ada 7 dengan persentase 7. Pada aspek ini guru sudah membuat kebiasaan-kebiasaan atau kegiatan yang sudah dilakukan secara berulang-ulang setiap akan pulang sekolah dengan berbagai cara atau metode pada masing-masing TK di Gugus Pelangi, sebagian besar metode yang digunakan secara berulang-ulang tersebut bertujuan yang sama yaitu membuat anak untuk tertib ketika akan pulang sekolah. Hal ini sesuai dengan 83 pendapat Ali Imron 2012: 172 bahwa salah satu unsur dari disiplin adalah kebiasaan dimana kebiasaan ini dilakukan secara terus-menerus sehingga akan menjadikan kebiasaan pada anak. Sehingga tingkat kedisiplinan aspek antri keluar kelas pada anak kelompok B di TK Se-Gugus Pelangi Kecamatan Tegalrejo Yogyakarta berada dalam kategori berkembang sangat baik BSB hal dengan persentase 58,33. Delapan aspek kedisiplinan yang sudah dijelaskan maka dapat disimpulkan bahwa aspek kedisiplinan tertinggi adalah aspek berpakaian sesuai atribut sekolah dengan persentase 95,67 dan aspek kedisiplinan terendah yaitu ketika anak datang ke sekolah dengan persentase 69,33. Tingkat kedisiplinan anak kelompok B di TK Se-Gugus Pelangi Kecamatan Tegalrejo Yogyakarta terdapat 74 anak 74 berada pada kategori berkembang sangat baik BSB, sedangkan 17 anak 17 berada pada kategori berkembang sesuai harapan BSH, dan 9 anak 9 berada pada kategori mulai berkembang MB.

C. Keterbatasan Penelitian

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN KEDISIPLINAN ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN MAKRO PADA TAMAN KANAK-KANAK Pengembangan Kedisiplinan Anak Melalui Metode Bermain Peran Makro Pada Taman Kanak-Kanak Pertiwi Wanglu Kelompok A Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran

0 0 17

PENGEMBANGAN KEDISIPLINAN ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN MAKRO PADA TAMAN KANAK-KANAK Pengembangan Kedisiplinan Anak Melalui Metode Bermain Peran Makro Pada Taman Kanak-Kanak Pertiwi Wanglu Kelompok A Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten Tahun Pelajar

0 0 14

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN KONSTRUKTIF PADA ANAK KELOMPOK B DI TAMAN KANAK-KANAK UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN KONSTRUKTIF PADA ANAK KELOMPOK B DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL-ANIS, KARTASURA, TAHUN PELAJAR

0 1 14

PENGARUH TOKEN ECONOMY TERHADAP DISIPLIN ANAK KELOMPOK B DI TAMAN KANAK-KANAK.

1 1 149

KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERCERITA PADA ANAK KELOMPOK A TAMAN KANAK-KANAK SE-GUGUS IIIPURWOMARTANIKALASAN SLEMAN YOGYAKARTA.

0 0 206

PENGARUH KINERJA GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK KELOMPOK B SEKOLAH TAMAN KANAK-KANAK DHARMA WANITA SE KECAMATAN KEDU KABUPATEN TEMANGGUNG.

0 2 210

Pendidikan Taman Kanak Kanak

0 0 6

Pendidikan Taman Kanak Kanak

0 1 3

TINGKAT KEMAMPUAN MOTORIK KASAR PADA ANAK KELOMPOK B TAMAN KANAK-KANAK DI GUGUS SIDO MULYO KECAMATAN MANTRIJERON KOTA YOGYAKARTA.

0 0 123

TINGKAT KESIAPAN TAMAN KANAK-KANAK DALAM IMPLEMENTASI MUATAN LOKAL KARAWITAN SE-KOTA YOGYAKARTA.

0 0 157