Sulfadoksin-pirimetamin Obat antimalaria di Indonesia

2.3.1. Sulfadoksin-pirimetamin

Sulfadoksin-pirimetamin merupakan obat anti malaria kombinasi antara sulfonamidasulfon dengan diaminopirimidin yang bersifat skizontosida jaringan P.falciparum, skizontosida darah dan sporontosida untuk keempat jenis Plasmodium manusia Tjitra, 2000. Sulfadoksin bekerja berkompetisi dengan paraamino benzoic acid PABA, dengan menghambat enzim dihydropteroate synthase sehingga pembentukan asam folat terganggu. Asam folat dibutuhkan oleh parasit untuk pembentukan asam nukleat yang berguna untuk pembentukan inti parasit. Pirimetamin bekerja dengan menghambat enzim dihydrofolate reductase dari plasmodium sehingga secara tidak langsung akan menghalangi pembentukan asam nukleat pada parasit malaria Tjitra, 2000; WHO, 2006. Obat ini dengan cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, berikatan dengan plasma protein kemudian dimetabolisme di hati dan diekskresikan melalui urin. Konsentrasi puncak dalam darah dicapai dalam 2 – 4 jam, dengan waktu paruh sulfonamida adalah 180 jam dan pirimetamin adalah 90 jam. Obat ini dapat melalui plasenta dan dapat dijumpai dalam air susu ibu Tjitra, 2000; WHO, 2006. Sulfadoksin Pirimetamin Gambar 5. Struktur Kimia Sulfadoksin-pirimetamin WHO, 2006. Indira Julia : Perbandingan Efikasi Terapi Kombinasi Artesunat + Sulfadoksin – Pirimetamin Dengan Artesunat…, 2007 USU e-Repository © 2008 Sulfadoksin-pirimetamin dikemas dalam bentuk tablet untuk pemberian per-oral dan setiap tabletnya mengandung 500 mg sulfadoksin atau sulfalen dan 25 mg pirimetamin. Dosis yang diberikan untuk pengobatan malaria falciparum tanpa komplikasi adalah sulfadoksin 25 mgkgBB dan pirimetamin 1,25 mgkgBB dosis tunggal Tjitra, 1993; WHO, 2006. Obat ini sangat praktis karena dapat diberi dalam dosis tunggal, namun obat ini mempunyai kelemahan karena mudah mengalami resisten. Oleh karena itu, kombinasi obat ini digunakan secara selektif untuk pengobatan radikal malaria falciparum di daerah yang resisten terhadap klorokuin. Efek samping yang pernah dilaporkan adalah kulit kemerahan dengan gatal dan sindroma Steven Johnson Tjitra, 1993; Tjitra, 2000.

2.3.2. Artesunat

Dokumen yang terkait

Perbandingan Efikasi Kombinasi Artesunat- Klindamisin dengan Kinin-Klindamisin pada pengobatan Malaria Falsiparum tanpa komplikasi pada anak

0 60 80

Perbandingan Efikasi Kombinasi Artesunat-Klindamisin Dengan Kinin-Klindamisin Pada Pengobatan Malaria Fasiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak

0 43 82

Efikasi Gabungan Artemeter-Lumefantrin dan Artesunat-Amodiakuin sebagai Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi pada Anak

0 26 67

Perbandingan efikasi Kombinasi Artesunat-Amodiakuin Dengan Kinin-Klindamisin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi pada Anak

0 37 70

Perbandingan Efikasi Terapi Kombinasi Sulfadoksin-Pirimetamin + Artesunat Dengan Sulfadoksin-Pirimetamin + Amodiakuin Pada Penderita Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi

1 33 77

Perbandingan Efikasi Kombinasi Artesunat-Sulfadioksin Pirimetamin Dengan Artesunat-Amodiakuin Pada Penderita Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi

1 41 65

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA - Perbandingan Efikasi Kombinasi Artesunat- Klindamisin dengan Kinin-Klindamisin pada pengobatan Malaria Falsiparum tanpa komplikasi pada anak

0 0 16

Perbandingan Efikasi Kombinasi Artesunat- Klindamisin dengan Kinin-Klindamisin pada pengobatan Malaria Falsiparum tanpa komplikasi pada anak

0 0 16

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA - Perbandingan Efikasi Kombinasi Artesunat-Klindamisin Dengan Kinin-Klindamisin Pada Pengobatan Malaria Fasiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak

0 0 16

Perbandingan Efikasi Kombinasi Artesunat-Klindamisin Dengan Kinin-Klindamisin Pada Pengobatan Malaria Fasiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak

0 0 16