Kelompok Perlakuan Analisa Data Definisi Operasional

3.7. Kelompok Perlakuan

Penelitian ini terdiri dari 2 kelompok perlakuan sebagai berikut : 1. Kelompok I : diberikan kombinasi artesunat dengan sulfadoksin pirimetamin, dosis artesunat 1x 4 tablet selama 3 hari , dosis sulfadoksin-pirimetamin 1x3 tablet pada hari pertama. 2. Kelompok II : diberikan kombinasi artesunat dengan doksisiklin, dosis artesunat 1x 4 tablet selama 3 hari, dosis doksisiklin 2x 1 kapsul selama 7 hari. 3.8. Variabel yang diamati 3.8.1. Variabel Tergantung Variabel tergantung adalah Plasmodium falciparum.

3.8.2. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah kelompok perlakuan pengobatan.

3.9. Analisa Data

Analisa statistik dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 10.0. - Untuk melihat perbedaan kepadatan parasit dan komponen hematologi sebelum dan sesudah pengobatan antar kelompok, digunakan uji t tidak berpasangan bila data berdistribusi normal, tetapi bila data tidak berdistribusi normal maka digunakan uji Mann-Whitney. - Untuk melihat perubahan kepadatan parasit dan komponen darah sebelum dan sesudah pengobatan pada kelompok yang sama, maka uji statistik yang Indira Julia : Perbandingan Efikasi Terapi Kombinasi Artesunat + Sulfadoksin – Pirimetamin Dengan Artesunat…, 2007 USU e-Repository © 2008 digunakan adalah uji t berpasangan bila data berdistribusi normal. Sementara itu bila data tidak berdistribusi normal maka digunakan uji Wilcoxon. - Untuk melihat efek samping pengobatan pada kedua kelompok dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square.

3.10. Definisi Operasional

1. Penderita malaria falciparum tanpa komplikasi adalah penderita dengan gejala klinis malaria dan pada pemeriksaan darah tepi dengan metode standar ditemukan bentuk P.falciparum aseksual dan penderita tidak menunjukkan tanda dan gejala malaria berat sejak awal pemeriksaan sampai selesai pengobatan. 2. Malaria berat adalah suatu kondisi malaria dengan faktor pemberat seperti : penurunan kesadaran, anemia berat Hb 5 gr atau hematokrit 15, gagal ginjal akut urine 400 ml24 jam atau 12 mlkgBB atau kreatinin 3 mg , edema paru, hipoglikemia KGD 40 mg, syok, perdarahan spontan, kejang, hemoglobinuria, hiperparasitemia 5 pada daerah hipoendemik, ikterus bilirubin 3 mg dan hiperpireksia temperatur rektal 40 C. 3. Pemeriksaan apusan darah tepi adalah tehnik pemeriksaan standar untuk menegakkan diagnosa malaria, yaitu dengan menentukan Plasmodium dalam darah penderita. 4. Kepadatan parasit adalah jumlah Plasmodium per-200 lekosit atau per-1000 eritrosit yang ditemukan pada pemeriksaan apusan darah tepi. 5. H0 adalah hari pertama pengamatan dan didiagnosa sebagai penderita malaria. 6. H1,H2,H3,H7,H14,H28 adalah hari ke-n pemberian obat dan pengamatan lanjutan pada penderita malaria. Indira Julia : Perbandingan Efikasi Terapi Kombinasi Artesunat + Sulfadoksin – Pirimetamin Dengan Artesunat…, 2007 USU e-Repository © 2008 7. Parasite Clearance Time PCT adalah lamanya waktu yang diperlukan sampai tidak ditemukannya lagi plasmodium dalam bentuk aseksual dalam darah penderita. 8. Demam adalah suatu kenaikan suhu tubuh 37,5 C yang diukur dengan termometer pada aksila. 9. Anemia adalah suatu penurunan kadar Hb darah di bawah nilai standar normal yang diukur dengan menggunakan metode cyan. 10. Komponen hematologi pasien diperoleh dengan melakukan pemeriksaan darah rutin untuk melihat kadar leukosit, trombosit, eosinofil, eritrosit dan beberapa komponen darah lainnya. 11. Hipoglikemi adalah suatu keadaan penurunan kadar gula darah 40 mg. 12. Ukuran limpa adalah hasil pengukuran limpa secara palpasi dengan metode Hackett: - Hackett 0 H.0 : tidak teraba pada inspirasi maksimal. - Hackett 1 H.1 : limpa teraba pada inspirasi maksimal. - Hackett 2 H.2 : limpa teraba dari garis datar bawah arcus kosta sampai setengah antara arkus kosta dan umbilikus pada garis mammilaris kiri. - Hackett 3 H.3 : limpa teraba antara garis setengah kosta-umbilikus sampai garis datar umbilikus. - Hackett 4 H.4 : limpa teraba dari garis datar umbilikus sampai setengah umbilikus dan simfisis pubis. - Hackett 5 H.5 : limpa teraba di bawah garis H.4 13. Early Treatment Failure ETF, bila terjadi salah satu kriteria di bawah ini : a. Ditemukan tanda-tanda bahaya malaria berat pada HI, H2, dan H3 serta dijumpai parasitemia ≥ 5. Indira Julia : Perbandingan Efikasi Terapi Kombinasi Artesunat + Sulfadoksin – Pirimetamin Dengan Artesunat…, 2007 USU e-Repository © 2008 b. Kepadatan parasit parasitemia pada H2 H0. c. Kepadatan parasit parasitemia pada H3 ≥ 25 H0. 14. Late Treatment Failure LTF, dibagi atas dua golongan, yaitu : a. Late Clinical and Parasitological Failure LCPF Bila terjadi salah satu kriteria di bawah ini pada hari ke 4 sampai ke 28 : ̇ Terjadi gejala malaria berat ̇ Masih terdapat gametosit disertai demam 37,5 C b. Late Parasitological Failure LPF Bila masih terdapat parasit bentuk aseksual pada hari ke 7, 14, 21 dan 28 walaupun tidak disertai dengan demam. 15. Adequate Clinical and Parasitological Response ACPR Penderita yang pada kunjungan ulangankontrol H3, H7, dan H28 tidak ada keluhan demam dan hasil pemeriksaan darah parasit negatif. Indira Julia : Perbandingan Efikasi Terapi Kombinasi Artesunat + Sulfadoksin – Pirimetamin Dengan Artesunat…, 2007 USU e-Repository © 2008

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan pada 826 orang penduduk. Dari jumlah penduduk yang diperiksa, hanya 723 orang yang menderita demam atau riwayat demam satu minggu terakhir yang bersedia untuk dilakukan pemeriksaan darah. Dari jumlah tersebut 412 orang penduduk tidak menderita malaria, 311 orang menderita malaria dimana 238 orang terinfeksi P.falciparum, 7 orang terinfeksi P.vivax, dan 66 orang terinfeksi P.falciparum dan P. vivax. Dari 238 orang menderita malaria falciparum yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 83 orang, kemudian dengan random sederhana dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok artesunat - sulfadoksin-pirimetamin Ar-SP sebanyak 46 orang, dan kelompok artesunat - doksisiklin Ar-Dx sebanyak 37 orang. Sampai akhir penelitian 4 orang dikeluarkan dari penelitian pada kelompok Ar-SP, dan 6 orang dari kelompok Ar-Dx karena tidak minum obat dan tidak bersedia memeriksa darah ulangan pada hari yang telah ditentukan. Jumlah sampel sampai akhir penelitian sebanyak 73 orang, yaitu 42 orang pada kelompok Ar-SP dan 31 orang pada kelompok Ar-Dx. Indira Julia : Perbandingan Efikasi Terapi Kombinasi Artesunat + Sulfadoksin – Pirimetamin Dengan Artesunat…, 2007 USU e-Repository © 2008

Dokumen yang terkait

Perbandingan Efikasi Kombinasi Artesunat- Klindamisin dengan Kinin-Klindamisin pada pengobatan Malaria Falsiparum tanpa komplikasi pada anak

0 60 80

Perbandingan Efikasi Kombinasi Artesunat-Klindamisin Dengan Kinin-Klindamisin Pada Pengobatan Malaria Fasiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak

0 43 82

Efikasi Gabungan Artemeter-Lumefantrin dan Artesunat-Amodiakuin sebagai Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi pada Anak

0 26 67

Perbandingan efikasi Kombinasi Artesunat-Amodiakuin Dengan Kinin-Klindamisin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi pada Anak

0 37 70

Perbandingan Efikasi Terapi Kombinasi Sulfadoksin-Pirimetamin + Artesunat Dengan Sulfadoksin-Pirimetamin + Amodiakuin Pada Penderita Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi

1 33 77

Perbandingan Efikasi Kombinasi Artesunat-Sulfadioksin Pirimetamin Dengan Artesunat-Amodiakuin Pada Penderita Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi

1 41 65

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA - Perbandingan Efikasi Kombinasi Artesunat- Klindamisin dengan Kinin-Klindamisin pada pengobatan Malaria Falsiparum tanpa komplikasi pada anak

0 0 16

Perbandingan Efikasi Kombinasi Artesunat- Klindamisin dengan Kinin-Klindamisin pada pengobatan Malaria Falsiparum tanpa komplikasi pada anak

0 0 16

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA - Perbandingan Efikasi Kombinasi Artesunat-Klindamisin Dengan Kinin-Klindamisin Pada Pengobatan Malaria Fasiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak

0 0 16

Perbandingan Efikasi Kombinasi Artesunat-Klindamisin Dengan Kinin-Klindamisin Pada Pengobatan Malaria Fasiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak

0 0 16