BAB II KAJIAN PUSTAKA
II.1 Paradigma Penelitian
Lincoln dan Guba mendefenisikan paradigma sebagai serangkaian keyakinan-keyakinan dasar basic beliefs atau metafisika yang berhubungan
dengan prinsip-prinsip pokok. Paradigma ini menggambarkan suatu pandangan dunia worldview yang menentukan. Bagi penganutnya, sifat dari “dunia”
sebagai tempat individu dan kemungkinan hubungan dengan dunia tersebut beserta bagian-bagiannya Sunarto dan Hermawan, 2011:4.
Macam paradigma itu sendiri ternyata bervariasi. Guba dan Lincoln menyebutkan empat macam paradigma, yaitu: positivisme, post positivisme,
konstruktivisme dan kritis. Neuman menegaskan tiga paradigma dalam ilmu pengetahuan sosial, yaitu positivisme, interpretif dan kritis. Sedangkan Cresswel
membedakan dua macam paradigma, yaitu kuantitatif dan kualitatif Sunarto dan Hermawan, 2011: 9. Paradigma menuntun kepercayaan seorang peneliti
mengenai dunia West dan Turner, 2009: 55. Secara filosofis Cresswell menggambarkan, peneliti membuat pernyataan
tentang apa itu pengetahuan ontologi, bagaimana kita mengetahui itu epistimologi dan nilai apa yang terkandung di dalamnya aksiologi, bagaimana
kita menuliskan tentang itu retorik dan proses mempelajarinya metodologi. Paradigma memberikan cara pandang umum mengenai komunikasi antarmanusia,
sementara teori memberikan penjelasan yang lebih spesifik terhadap aspek tertentu dari perilaku komunikasi West dan Turner, 2009: 55.
Memilih paradigma penelitian adalah hal mendasar yang harus dilakukan oleh seorang peneliti, dimana paradigma ini berfungsi sebagai pendekatan atau
strategi penelitian yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum mengkonstruksi desain penelitian. Elvinaro dan Bambang 2007 membagi paradigma penelitian
kepada empat bagian yaitu: positivisme, post-positivisme, kritis, konstruktivisme. Dalam penelitian ini digunakan paradigma konstruktivis yang akan melandasi
pelaksanaan penelitian. Paradigma konstruktivisme atau sering disebut konstruktivis berpandangan
bahwa pengetahuan bukanlah potret langsung dari realitas, namun ada konstruksi
Universitas Sumatera Utara
di dalamnya. Paradigma ini berkeyakinan bahwa semesta adalah suatu konstruksi, yang berarti semesta tidak dipahami sebagai semesta yang otonom, namun
dikonstruksi secara sosial Ardianto dan Q-Anees, 2007:152. Paradigma konstruktivis ini mendasarkan pada penafsiran teks yang
menjadi objek dalam penelitian. Penafsiran tersebut akan menjadi pintu bagi peneliti untuk menyelami teks dan menyingkap makna di baliknya. Dalam proses
penafsiran teks, pengalaman, latarbelakang hingga perasaan peneliti dapat mempengaruhi hasil penelitian. Adapun gagasan dalam paradigma konstruktivis
Ardianto dan Q-Anees, 2007:155 adalah: 1.
Pengetahuan bukan merupakan gambaran dunia nyata belaka, tapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.
2. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang
perlu untuk pengetahuan. 3.
Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Suatu struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi berlaku dalam berhadapan
dengan pengalaman-pengalaman seseorang. Penelitian ini dikategorikan dalam penelitian kualitatif konstruktif. Hal ini
dikarenakan dalam penelitian ini, peneliti diarahkan untuk dapat menganalisis tanda, menafsirkan teks maupun pembacaan tanda yang dikaitkan dengan konteks
sosial, budaya, ekonomi dan historis. Melalui paradigma ini, penelitian akan membahas bagaimana persepsi mahasiswa tentang komunikasi nonverbal dosen
Ilmu Komunikasi FISIP USU.
II.2 Uraian Teoritis