BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan dalam rangka tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk
hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pengelolaan berbagai sumber daya pemerintah maupun masyarakat
dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut, sehingga dapat disediakan pelayanan kesehatan yang efisien, bermutu dan terjangkau. Komitmen yang tinggi terhadap
kemauan, etika dan dilaksanakan dengan semangat pemberdayaan yang tinggi dengan prioritas kepada upaya kesehatan dan pengendalian penyakit disamping
penyembuhan dan pemulihan sangat mendukung bagi tercapainya tujuan tersebut Depkes, RI, 2004.
Upaya mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah untuk meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya. Derajat kesehatan yang optimal
adalah tingkat kesehatan yang tinggi dan mungkin dapat dicapai suatu saat sesuai dengan kondisi dan situasi serta kemampuan yang nyata dari setiap orang atau
masyarakat dan harus diusahakan peningkatannya secara terus-menerus Depkes, RI, 2004.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi membawa perubahan terhadap pengetahuan dan sikap ibu terhadap gizi yang mengalami perubahan positif,
namun perubahan tersebut belum maksimal sebagaimana yang diharapkan. Dibeberapa pelayanan kesehatan masih ditemukan ibu-ibu yang kurang memiliki
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan tentang kebutuhan gizi pada masa nifas. Ibu-ibu kadang menunjukkan perilaku negatif seperti pantangan minum susu dan makan ikan, sehingga
kepercayaan ibu nifas pantang mengonsumsi makanan tertentu menyebabkan kondisi ibu kehilangan zat gizi yang berkualitas Eslimah, 2009.
Fakta yang ada di masyarakat selain budaya yang mempengaruhi pantang makan ada pula faktor karakteristik keluarga diantaranya kondisi sosial ekonomi yang
akan berpengaruh pada perilaku pantang makan. Semakin rendah kondisi sosial ekonomi seseorang semakin banyak dalam menjalankan berpantang terhadap
makanan. Notoatmodjo, 2003 mengartikan kondisi sosial ekonomi berpengaruh terhadap budaya pantang makan, dimana status sosial ekonomi ditentukan oleh
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, lingkungan tempat tinggal, dan jumlah anggota keluarga.
Salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu yang baru melahirkan adalah makanan yang diberikan. Dalam setiap
masyarakat ada aturan-aturan yang menentukan kuantitas, kulitas dan jenis-jenis makanan yang seharusnya dan tidak seharusnya dikonsumsi oleh anggota-anggota
suatu rumah tangga, sesuai dengan kedudukan, usia, jenis kelamin dan situasi-situasi tertentu. Misalnya, ibu yang sedang hamil tidak diperbolehkan atau dianjurkan untuk
mengonsumsi makanan tertentu; ayah yang bekerja sebagai pencari nafkah berhak mendapat jumlah makanan yang lebih banyak dan bagian yang lebih baik daripada
anggota keluarga yang lain; atau anak laki-laki diberi makan lebih dulu daripada anak perempuan Haryono, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Selama hamil, terjadi perubahan pada sistem tubuh wanita, diantaranya terjadi perubahan pada sistem reproduksi, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem
endokrin, sistem kardiovaskuler, sistem hematologi, dan perubahan pada tanda-tanda vital. Ibu nifas memerlukan diet dengan gizi yang baik dan lengkap untuk membantu
tubuhnya pulih kembali setelah memenuhi kebutuhan saat kehamilan dan persalinan. Diet yang baik dapat mempertahankan tubuh terhadap infeksi, mencegah konstipasi
dan memenuhi proses laktasi. Ibu nifas dianjurkan untuk banyak mengonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, kalsium, vitamin serta serat makanan
dan harus mencakup 3000 ml cairan yang 1000 ml diantaranya mengandung susu. Adapun kalori perhari harus ditingkatkan sampai 2700 kalori Saifudin, 2002.
Asuhan masa nifas juga diperlukan dalam periode ini, karena merupakan masa kritis bagi ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60 kematian akibat kehamilan
terjadi setelah persalinan, dan 50 kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama Prawirohardjo, 2005.
Di Indonesia, berdasarkan perhitungan oleh BPS diperoleh angka kematian ibu AKI tahun 2007 sebesar 248100.000 kelahiran hidup KH. Jika dibandingkan
dengan AKI tahun 2002 sebesar 307100.000 KH, AKI tersebut sudah jauh menurun, namun masih jauh dari target MDGs Millenium Development Goals 2015
102100.000 KH sehingga masih memerlukan kerja keras dari semua komponen untuk mencapai target tersebut Depkes, RI, 2004.
Kebutuhan akan asupan gizi seringkali bertentangan dengan budaya masyarakat khususnya pada ibu nifas yang tinggal di Desa Tanjung Sari Kecamatan
Universitas Sumatera Utara
Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. Ibu nifas harus berpantang makanan daging, telur dan sebagainya yang justru sangat diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan gizi
pada ibu nifas, karena ibu dalam keadaan yang lemah setelah proses persalinan dan harus menyusui bayinya
Berdasarkan survei awal yang dilakukan penulis di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang, diperoleh data jumlah penduduk
pada bulan Desember 2009 sebanyak 12.008 orang, dengan jumlah kelompok wanita usia subur WUS sebanyak 2.608 21,7 orang. Dari data Puskesmas Batang Kuis
Kabupaten Deli Serdang diperoleh jumlah ibu nifas pada bulan Maret 2010 sebanyak 31 orang.
Melalui pengamatan penulis terhadap ibu nifas di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang beberapa ibu nifas memiliki
kebiasaan makan yang belum sesuai dengan diet ibu nifas, antara lain : mengurangi makan telur dan ikan laut karena dikhawatirkan dapat menyebabkan gatal-gatal, tidak
diperbolehkan mengonsumsi cabai karena dapat menyebabkan pedih pada luka dan bayi yang menyusui bisa mencret, tidak mengonsumsi daging terlalu banyak karena
dikhawatirkan susah buang air besar, serta tidak diperbolehkan makan sayur-sayuran sejenis kubis karena dikhawatirkan kembung pada perut ibu serta bayinya.
Berdasarkan beberapa permasalahan di atas penulis merasa tertarik untuk meneliti perilaku diet ibu nifas di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis
Kabupaten Deli Serdang.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Perumusan Masalah