Frekuensi Makan Ibu Nifas

Dari hasil penelitian ditemukan masih ada juga responden 3,33 yang tingkat konsumsi energinya pada kategori kurang.

4.10.2. Konsumsi Protein Ibu Nifas

Ibu nifas dianjurkan untuk banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, karena pada saat ini merupakan masa pemulihan setelah persalinan. Tabel 4.19. Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Energi Ibu Nifas. No Tindakan Jumlah Persentase 1. Baik 0,00 2. Sedang 6 20,00 3. Kurang 13 43,33 4. Defisit 11 36,67 Total 30 100,00 Ternyata dalam hal tingkat konsumsi protein, sebagian besar dari responden 43,33 memiliki tingkat konsumsi protein pada kategori kurang, bahkan ada juga responden yang tingkat konsumsi proteinnya pada kategori defisit 36,67.

4.11. Frekuensi Makan Ibu Nifas

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh frekuensi makan ibu nifas seperti yang tersaji dalam tabel berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.20. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan Frekuensi Konsumsi ≥ 1xhr 2-5 xmggu 1 xbln Tdk prnh Jumlah Nama Bahan Makanan n n n n n Makanan Pokok : − Beras − Mi − Roti 30 7 15 100 23.3 50,0 17 11 56,7 36,7 6 4 20,0 13,3 30 30 30 100 100 100 Lauk-pauk : − Daging − Telur − Ikan laut − Tempe − Tahu 4 2 0,0 0,0 0,0 13,3 6,7 2 7 3 18 17 6,7 23,3 10,0 60,0 56,7 22 18 20 4 6 73,3 60,0 66,7 13,3 20,0 6 5 7 4 5 20,0 16,7 23,3 13,3 16,7 30 30 30 30 30 100 100 100 100 100 Sayuran : − Daun Katuk − Bayam − Daun singkong − Kangkung − Sawi 4 5 3 13,3 0,0 16,7 10,0 0,0 21 11 16 9 70,0 36,7 53,3 30,0 0,00 5 19 9 18 8 16,7 63,3 30,0 60,0 26,7 22 0,0 0,0 0,0 0,0 73,3 30 30 30 30 30 100 100 100 100 100 Buah-buahan − Jeruk − Pisang − Pepaya − Semangka 5 6 6 3 16,7 20,0 20,0 10,0 17 17 14 8 56,7 56,7 56,7 10,0 8 7 10 11 26,7 23,3 33,3 36,7 0,0 0,0 0,0 0,0 30 30 30 30 100 100 100 100 Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa pola konsumsi makanan ibu nifas berdasarkan konsumsi makanan pokok sudah cukup bervariasi, karena selain mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok, ibu nifas juga mengonsumsi mi dan roti setiap harinya. Namun, dalam hal lauk-pauk sebagian besar ibu nifas mengonsumsi sumber protein dari pangan nabati, yaitu tempe 13,3 dan tahu 6,7 yang mereka konsumsi setiap hari. Sementara pangan hewani jarang mereka konsumsi, hal ini terlihat dari konsumsi pangan hewani ibu nifas mayoritas dengan frekuensi 1 xbln, bahkan ada responden yang tidak pernah mengonsumsi pangan hewani, seperti daging 20,0, telur 16,7 dan ikan laut 23,3. Universitas Sumatera Utara Dalam hal mengonsumsi sayuran, ternyata hanya 13,3 responden mengonsumsi daun katuk setiap hari, begitu juga dengan daun singkong 16,7 dan daun kangkung 10,0. Sebagian besar dari ibu nifas mengonsumsi daun katuk 70,0, dan daun singkong 53,3 dengan frekuensi 2-5 xmggu, sementara bayam 63,3, kangkung 60,0, dan sawi 26,7 dengan frekuensi 1x bln. Sama juga dalam mengonsumsi buah-buahan, hanya 16,7 buah jeruk, 20,0 buah pisang, 20,0 buah pepaya dan 10,0 buah semangka yang mereka konsumsi setiap hari. Namun, tidak ada ditemukan ibu nifas yang tidak pernah mengonsumsi buah-buahan. Universitas Sumatera Utara BAB V PEMBAHASAN 5.1. Pengetahuan Ibu Nifas tentang Diet Ibu Nifas Pada umumnya pengetahuan merupakan modal yang sangat penting untuk memperoleh suatu perilaku yang baik dan diharapkan dari pengetahuan yang baik akan timbul suatu perilaku yang baik pula. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmojdo, 2003 bahwa perilaku yang didasari dengan pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Hasil penelitian menunjukkan hanya 13,33 ibu nifas memiliki pengetahuan yang baik tentang diet ibu nifas, namun 3,33 kurang. Meskipun ibu nifas memiliki pengetahuan yang cukup tentang diet ibu nifas, namun ibu nifas masih tetap mematuhi budaya pantang makan karena beberapa dari ibu nifas dalam hal pengaturan makan masih diatur oleh orang tua Ibu, sehingga ibu nifas mencoba untuk menghargai dan menyenangkan hati orang tua dengan cara mematuhi anjuran makan dari orang tua. Pada umumnya, orang tua menganjurkan supaya memantangkan ikan, karena mereka beranggapan bahwa bau amis ikan akan menyebabkan ASI menjadi amis, sehingga bayi menjadi tidak mau menyusu. Demikian juga dalam hal mengkonsumsi telur, dikhawatirkan dapat menyebabkan gatal-gatal. Orang tua juga melarang mengkonsumsi daging pada masa nifas karena dikhawatirkan susah buang air besar. Hasil penelitian Maas 2004 di Indonesia, beberapa suku juga memberlakukan larangan atau pantangan makanan yang dikonsumsi kepada ibu setelah melahirkan. Diantaranya seperti pada masyarakat Universitas Sumatera Utara Kerinci Provinsi Jambi, ibu yang sedang menyusui pantang untuk mengkonsumsi bayam, ikan laut atau sayur nangka. Di beberapa daerah lain, ada juga ibu yang menyusui memantangkan untuk memakan telur. Pada masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Disadari bahwa mengubah suatu kebiasaan bukanlah suatu hal yang mudah apalagi kebiasaan-kebiasaan yang erat kaitaanya dengan kehidupan manusia seperti melahirkan, menyusui, dan sebagainya, karena untuk melanggar kebiasaan tersebut perlu keberanian menanggung akibatnya, terutama reaksi dari lingkungan. Sedangkan kebiasaan makan ibu menyusui yang salah mungkin akan berakibat buruk terhadap bayinya karena produksi ASInya menjadi kurang, sementara makanan pengganti ASI yang diberikan kepada bayi belum tentu sebanding nilainya dengan ASI yang dibutuhkan, akibatnya anak akan menderita kurang gizi. Namun, dengan memiliki tingkat pengetahuan yang cukup tersebut, sehingga ibu nifas diharapkan secara bertahap dapat memperbaiki aturan-aturan budaya pantang makan yang pada akhirnya dapat meningkatkan status kesehatan masyarakat khususnya ibu nifas. Masih adanya ibu nfas yang ditemukan memiliki pengetahuan kurang tentang diet ibu nifas disebabkan karena kebiasaan ibu nifas yang memiliki banyak pantangan dalam mengkonsumsi makanan tertentu, sehingga masih ada ditemukan ibu nifas yang kurang mengetahui tentang aturan makan ibu nifas misalnya pengetahuan ibu nifas tentang makanan lengkap. Ibu nifas yang mengatakan bahwa makanan lengkap terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayuran dan buah serta susu hanya 13,33. Sebagian Universitas Sumatera Utara besar dari ibu nifas tidak mengetahui bahwa susu juga termasuk salah satu makan lengkap yang sangat dibutuhkan oleh ibu nifas dalam memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral yang meningkat selama menyusui. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa sebagian besar 60,00 ibu nifas mengatakan kebutuhan asupan makanan yang paling banyak pada saat menyusui, sementara 40,00 responden mengatakan pada saat hamil. Hanya 6,70 ibu nifas mengatakan bahwa protein dan karbohidrat merupakan zat gizi yang paling utama harus dikonsumsi secara cukup, sedangkan sebagian besar ibu nifas 80,00 mengatakan protein atau karbohidrat saja, padahal protein bagi ibu nifas sangat dibutuhkan untuk pemeliharaan dan perbaikan jaringan tubuh ibu setelah melahirkan serta menghasilkan Air Susu Ibu. Sementara fungsi karbohidrat yang juga merupakan salah satu sumber energi adalah untuk mempertahankan hidup guna menunjang proses pertumbuhan dan melakukan aktivitas harian. Kegiatan vital tubuh yang meliputi mempertahankan tonus otot, sistem peredaran darah, pernapasan, kelenjar juga metabolisme dalam sel dan mempertahankan suhu tubuh FKM-UI, 2007. Pengetahuan ibu nifas tentang tablet Fe dan vitamin A, dari 30 ibu nifas terdapat 73,30 yang mengatakan bahwa tablet Fe dan vitamin A adalah suplemen yang seharusnya diterima dari puskesmas, sementara masih ada 26,70 ibu nifas yang mengatakan table Fe dan vitamin A saja. Hal ini sesuai dengan data Puskesmas Batang Kuis Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang, 2009 bahwa cakupan vitamin A pada ibu hamil dan ibu nifas masing-masing 79,2 dan 78,8, demikian juga dalam cakupan pemberian tabel Fe bagi ibu hamil dan ibu nifas, Universitas Sumatera Utara sehingga ibu-ibu yang tidak menerima tablet Fe dan vitamin A dari puskesmas kurang mengetahui tentang vitamin A yang seharusnya mereka terima dari puskesmas. Kekurangan Fe dalam tubuh akan mengalami kekurangan hemoglobin, yang ditandai dengan rendahnya kadar Hb. Akibat kekurangan Fe tersebut, ibu nifas mengalami anemia mikrositik dengan gejala pusing, lelah, letih dan lesu. Di samping itu kebutuhan zat besi bagi ibu nifas meningkat, sehingga perlu penambahan Fe sebesar 6 mghari. Penambahan diperlukan untuk mengganti kehilangan darah, mempertahankan Fe tubuh serta memproduksi air susu. Ibu nifas membutuhkan Vitamin A untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan kualitas ASI. Namun, ibu nifas yang mengetahui manfaat vitamin A tersebut hanya 10,00, sementara 63,30 mengatakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau meningkatkan kualitas ASI saja, sedangkan 26,70 ibu nifas mengatakan tidak tahu.

5.2. Sikap Ibu Nifas tentang Diet Ibu Nifas

Dokumen yang terkait

Kajian Pemanfaatan Bambu di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

4 47 59

Kontribusi Anak Pada Sosial Ekonomi Keluarga Di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang

2 39 119

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Masalah Pada Neonatal dengan Kepatuhan Melakukan Kunjungan Neonatal di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 49 86

PENERAPAN FUNGSI MANAJEMEN DI SEKOLAHPERCONTOHAN SDN107415 TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG.

0 2 16

Cover Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Masalah Pada Neonatal dengan Kepatuhan Melakukan Kunjungan Neonatal di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 15

Abstract Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Masalah Pada Neonatal dengan Kepatuhan Melakukan Kunjungan Neonatal di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 2

Chapter I Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Masalah Pada Neonatal dengan Kepatuhan Melakukan Kunjungan Neonatal di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 5

Chapter II Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Masalah Pada Neonatal dengan Kepatuhan Melakukan Kunjungan Neonatal di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 1 19

Reference Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Masalah Pada Neonatal dengan Kepatuhan Melakukan Kunjungan Neonatal di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 1 2

Appendix Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Masalah Pada Neonatal dengan Kepatuhan Melakukan Kunjungan Neonatal di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 15