1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu bagaimana perilaku diet ibu nifas di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis
Kabupaten Deli Serdang. 1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang perilaku diet ibu nifas di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang diet ibu nifas di Desa
Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. 2.
Untuk mengetahui sikap ibu nifas tentang diet ibu nifas di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.
3. Untuk mengetahui tindakan ibu nifas tentang diet ibu nifas di Desa Tanjung
Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. 4.
Untuk mengetahui jumlah konsumsi energi dan protein ibu nifas di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi petugas gizi puskesmas dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang perilaku diet ibu nifas di
Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku 2.2.1. Perilaku Konsumsi Makanan
Perilaku konsumsi makan seperti halnya perilaku lainnya pada diri seseorang, satu keluarga atau masyarakat dipengaruhi oleh wawasan dan cara pandang dan
faktor lain yang berkaitan dengan tindakan yang tepat. Jika ditelusuri lebih lanjut, sistem nilai tindakan itu dipengaruhi oleh pengalaman pada masa lalu berkaitan
dengan informasi tentang makanan dan gizi yang pernah diterimanya dari berbagai sumber. Di sisi lain, perilaku konsumsi makan dipengaruhi pula oleh wawasan atau
cara pandang seseorang terhadap masalah gizi. Wawasan ini berkaitan erat dengan pengetahuan dan sikap-sikap mental, baik berasal dari proses sosialisasi dalam sistem
sosial keluarga maupun melalui proses pendidikan. Perilaku makan pada dasarnya merupakan bentuk penerapan kebiasaan
makan. Kebiasaan makan merupakan sebagai cara-cara individu atau kelompok masyarakat dalam memilih, mengonsumsi dan menggunakan makanan yang tersedia,
yang didasari pada latar belakang sosial budaya tempat mereka hidup Arifin, 2005. Dari sudut pandang ilmu antropologi dan ilmu sosiologi mengenai perilaku
konsumsi makan individu dan sistem sosial keluarga menunjukkan, bahwa faktor umum yang mempengaruhi perubahan tersebut adalah karena adanya perubahan
sosial Arifin, 2005.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Pengetahuan
Pengetahuan gizi mempunyai peranan penting di dalam menggunakan pangan yang tepat, sehingga dapat tercapai keadaan dan status gizi yang baik. Tingkat
pengetahuan menentukan perilaku konsumsi pangan, salah satunya melalui pendidikan gizi. Pendidikan gizi berusaha menambah pengetahuan dan perbaikan
kebiasaan konsumsi pangan Suhardjo, 2003. Masalah gizi selain merupakan sindroma kemiskinan yang serta kaitannya
dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga juga menyangkut aspek pengetahuan dan perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat. Pengetahuan
sangat penting dalam menentukan bertindak atau tidaknya seseorang yang pada akhirnya sangat akan mempengaruhi status kesehatannya Depkes RI, 2004.
Menurut Suhardjo 2003 seorang ibu banyak tidak memanfaatkan bahan makanan yang bergizi, hal ini disebabkan salah satunya karena kurangnya
pengetahuan akan bahan makanan yang bergizi. Semakin banyak pengetahuan gizinya, semakin diperhitungkan jenis dan kualitas makanan yang dipilih untuk
dikonsumsi. Ibu yang tidak mempunyai cukup pengetahuan gizi, akan memilih makanan yang paling menarik pancaindera, dan tidak mengadakan pilihan
berdasarkan nilai gizi makanan. Sebaliknya mereka yang semakin banyak pengetahuan gizinya, lebih mempergunakan pertimbangan rasional dan pengetahuan
tentang gizi makanan tersebut Sediaoetama, 2000. Dalam masa nifas ibu membutuhkan gizi yang cukup. Gizi pada ibu menyusui
sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi ibu sangat
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh pada jumlah ASI yang dihasilkan, ibu menyusui disarankan memperoleh tambahan zat makanan 700 kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk
aktifitas ibu itu sendiri. Sebuah teori, maternal depletion syndrome menyatakan bahwa status gizi ibu
setelah peristiwa kehamilan dan persalinan, kemudian diikuti masa laktasi, tidak segera pulih dan ditambah lagi pemenuhan gizi yang kurang, jumlah paritas yang
banyak dengan jarak kehamilan yang pendek, akan menyebabkan ibu mengalami drainage gizi. Akibatnya ibu akan berada dalam status gizi yang kurang dengan akibat
lebih lanjut pada ibu dan anaknya. Oleh karena itu, ibu yang menyusui anaknya harus diberikan pengetahuan tentang gizi Mochtar, R., 1998.
Soal gizi ibu hamil maupun nifas, di mana bila gizi yang dibutuhkan, hampir mirip, tetap berpedoman pada 4 sehat 5 sempurna dengan menu seimbang. Kuantitas
dan kualitas makanan ibu yang baik pada saat hamil maupun masa nifas akan mempengaruhi produksi ASI. Jika keadaan gizi ibu baik secara kuantitas, akan
terproduksi ASI lebih banyak daripada ibu dengan gizi kurang. Sedangkan secara kualitas tidak banyak dipengaruhi kecuali lemak, vitamin dan mineral Mochtar, R.,
1998.
2.2.3. Sikap
Berkowitz tahun 1972 pernah mendaftarkan lebih dari tiga puluh definisi tentang sikap Azwar 2000, namun secara garis besarnya dapat dibagi menjadi tiga
kelompok pemikiran, yaitu: 1. Kelompok pertama yang diwakili oleh Louis Thurstone 1928, Rensis Likert
1932, Charles Osgood 1975, mengatakan bahwa “sikap adalah suatu bentuk
Universitas Sumatera Utara
evaluasi atau reaksi perasaan, baik perasaan mendukung atau memihak favorable maupun perasaan tidak mendukung dan tidak memihak unfavorable
terhadap objek sikap tertentu”. 2. Kelompok kedua yang diwakili oleh Chave 1928, Bogardus 1931, LaPiere
1934, Mead 1934 dan Girdon Allport 1935, mengatakan bahwa “sikap adalah semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara
tertentu, apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons”.
3. Kelompok ketiga adalah yang mengatakan bahwa “sikap merupakan konstalasi komponen-komponen kognitif, afektif dan konatif”. Termasuk dalam kelompok
ini Secord dan Backman 1964 mengatakan bahwa “sikap adalah sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan efeksi, pemikiran kognisi dan
predisposisi tindakan konasi seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.”
Sikap terjadi karena adanya rangsangan stimuli sebagai objek sikap yang harus diberi respon, baik responnya positif ataupun negatif, suka atau tidak suka,
setuju atau tidak setuju, dan sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap mempunyai dua kemungkinan, yaitu sikap positif dan sikap negatif terhadap
suatu objek sikap. Sikap akan menunjukkan apakah seseorang menyetujui, mendukung, memihak favorable atau tidak menyetujui, tidak mendukung atau tidak
memihak unfavorable suatu objek sikap. Bila seseorang mempunyai sikap mendukung objek sikap, berarti mempunyai sikap positif terhadap objek tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Sebaliknya jika seseorang tidak mendukung terhadap objek sikap, berarti mempunyai sikap yang arahnya negatif terhadap objek yang bersangkutan Fishbein, 1987.
Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dalam pemilihan serta penyelenggaraan makanan. Selanjutnya akan berpengaruh terhadap
gizi seseorang Depkes. RI, 1994. Selain pengetahuan gizi yang dimilikinya, seseorang diharapkan dapat memenuhi akseptabilitas pangan, yaitu suatu sikap
seseorang terhadap pangan pangan yang sudah dikenal atau belum dikenal dan mengonsumsinya dengan keadaan jumlah yang tidak biasa, dengan perhatian
konsumsi pada rasa, mudahnya disiapkan dan cocoknya dengan kebiasaan wajar yang sudah ada Suhardjo, 1986.
2.2.4. Tindakan
Tindakan merupakan aturan yang dilakukan, melakukanmengadakan aturan atau mengatasi sesuatu atau perbuatan. Adanya hubungan yang erat antara sikap dan
tindakan didukung oleh pengetahuan. Sikap yang menyatakan bahwa sikap merupakan kecendrungan untuk bertindak dan nampak jadi lebih konsisten, serasi,
sesuai dengan sikap. Bila sikap individu sama dengan sikap sekelompok dimana ia berada adalah bagian atau anggotanya Notoatmodjo, 2003.
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya
diharapkan dia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinnya dinilai baik. Oleh sebab itu indikator praktek kesehatan ini juga
mencakup Notoatmodjo, 2003.
Universitas Sumatera Utara
a. Tindakan sehubungan dengan penyakit
b. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
c. Tindakan kesehatan lingkungan
2.3. Masa Nifas
Masa nifas puerpurium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini
yaitu 6-8 minggu Mochtar, R., 1998. Nifas dibagi menjadi 3 periode yaitu Mochtar, R., 1998 :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri atau
berjalan dan boleh bekerja setelah 40 hari. 2.
Puerpurium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu
3. Remote puerpurium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selain hamilwaktu mengalami komplikasi.
2.3.1. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Perubahan fisiologis pada masa nifas menurut Suherni, dkk 2009, meliputi :
1. Perubahan Uterus
Perubahan uterus adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterius dan jalan lahir setelah bayi lahir hingga mencapai keadaan
sebelum hamil, jika sampai 2 minggu postpartum, uterus belum masuk panggul, curiga ada subinvolusi yang disebabkan infeksi atau perdarahan lanjut. Setelah
persalinan bekas implikasi plasenta berupa luka kasar dan menonjol ke dalam cavum
Universitas Sumatera Utara
uteri. Setelah minggu keenam akhirnya luka akan pulih tetapi masih mengeluarkan cairan sekret disebut lochia. Ada beberapa jenis lochia yaitu :
a. Lochia Rubra Lochia Rubra berwarna merah segar seperti darah haid karena banyak
mengandung darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel decidua, vernix caseosa, lanugo meconium. Pengeluarannya segera setelah persalinan sampai 2 hari
postpartum jumlah makin sedikit. b. Lochia Sanguinolenta
Lochia Sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir karena pengaruh plasma darah, pengeluarannya pada hari ke 3-7 hari postpartum.
c. Lochia Serosa Lochia Serosa berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke
7-14 pascapersalinan. d. Lochia Alba
Lochia Alba berupa cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu.
e. Lochia Purulenta Lochia Purulenta terjadi karena infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk. f. Lochiolosis
Lochiolosis adalah lochia yang tidak lancar keluarnya.
Universitas Sumatera Utara
2. Perubahan Vagina dan Perineum
Perubahan vagina akan mengecil dan timbul rugae lipatan-lipatan, sedangkan perubahan perineum yaitu terjadi robekan pada hampir semua persalinan
pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin terlalu cepat.
3. Perubahan pada Sistem Pencernaan
Perubahan sistem pencernaan disebabkan karena makanan padat dan kurang berserat selama persalinan, disamping itu rasa takut untuk buang air besar,
sehubungan dengan jahitan pada perineum. BAB harus dilakukan 3-4 hari setelah persalinan.
4. Perubahan Perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung pada : a.
Keadaanstatus sebelum persalinan. b.
Lamanya partus kala 2 dilalui. c.
Besarnya tekanan kepala yang menekan saat persalinan.
5. Perubahan Sistem Muskuloskeletal atau Diatesis Rectie Abdominis
Setiap wanita nifas memiliki diatesis yaitu keadaan tubuh yang membuat jaringan-jaringan tubuh bereaksi secara luar biasa terhadap rangsangan-rangsangan
luar tertentu, sehingga membuat orang itu lebih peka terhadap penyakit-penyakit tertentu.
Universitas Sumatera Utara
6. Perubahan Tanda-Tanda Vital pada Masa Nifas
Perubahan Tanda-Tanda Vital pada Masa Nifas, antara lain : a.
Suhu badan Sekitar hari ke-4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik sedikit, antara
37,2-37,5 C, disebabkan karena ikutan dari aktivitas payudara. Bila suhu naik
menjadi 38 C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai
adanya infeksi atau sepsis nifas. b.
Denyut nadi Denyut nadi akan melambat sampai sekitar 60 xmenit, yakni pada waktu
habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh, terjadi pada minggu pertama postpartum. Jika denyut nadi cepat 110 xmenit, bisa terjadi
gejala shock karena infeksi, khususnya disertai peningkatan suhu tubuh. c.
Tekanan darah Tekanan darah 14090 mmHg, tekanan bisa meningkat dari prapersalinan
pada 1-3 hari postpartum. Bila tekanan rendah menunjukkan adanya perdarahan postpartum, sebaliknya jika rekanan tinggi merupakan petunjuk
adanya pre-eklamsi yang bisa timbul pada masa nifas. d.
Respirasi Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal karena ibu dalam
keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Bila ada respirasi cepat postpartum 30 xmenit, mungkin karena adanya ikutan tanda-tanda syok.
Universitas Sumatera Utara
7. Perubahan Psikologi pada Masa Nifas
Perubahan seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalanim sebagai berikut :
a. Phase taking in atau tahap tergantung
Phase taking in terjadi pada hari 1-2 postpartum, perhatian ibu terhadap kebutuhan dirinya pasif dan tergantung. Ibu tidak menginginkan kontak
dengan bayinya bukan berarti tidak memperhatikan. Dalam phase ini yang diperlukan ibu adalah infromasi tentang bayinya, bukan cara merawat bayi.
b. Phase taking hold
Phase taking hold berlangsung sampai kira-kira 19 hari. Ibu berusaha mandiri dan berinisiatif, peratian dirinya mengatasi tubuhnya kelancaran miksi dan
defikasi, melakukan aktifitas duduk, jalan, belajar tentang perawatan diri dan bayinya, timbul kurang percaya diri sehingga mudah mengatakan tidak
mampu melakukan perawatan. Pada saat ini sangat dibutuhkan sistem pendukung terutama bagi ibu muda atau primipara karena pada phase ini
sering dengan terjadinya postpartum blues. c.
Phase letting go atau saling ketergantungan Phase letting go dimulai minggu ke 5-6 pasca kelahiran. Tubuh ibu telah
sembuh. Secara fisik ibu mampu menerima tanggung jawab normal dan tidak lagi menerima peran sakit, kegiatan seksualitasnya telah dilakukan kembali.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Diet Ibu Nifas
Diet atau pengaturan pola makan adalah pengaturan makan yang sehat dan seimbang meliputi kecukupan nutrisi makro dan mikro yang disesuaikan dengan berat
dan tinggi badan serta kadar lemak seseorang Anonim, 2010. Salah satu keberhasilan ibu menyusui sangat ditentukan oleh pola makan, baik
di masa hamil maupun setelah melahirkan. Agar ASI ibu terjamin kualitas maupun kuantitasnya, makanan bergizi tinggi dan seimbang perlu dikonsumsi setiap harinya.
Artinya, ibu harus menambah konsumsi karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh selama menyusui. Bila kebutuhan
ini tidak terpenuhi, selain mutu ASI dan kesehatan ibu terganggu, juga akan mempengaruhi jangka waktu ibu dalam memproduksi ASI Anonim, 2010.
Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa ibu dengan gizi yang baik, umumnya mampu menyusui bayinya selama minimal 6 bulan. Sebaliknya pada ibu
yang gizinya kurang baik, biasanya tidak mampu menyusui bayinya dalam jangka waktu selama itu, bahkan tak jarang air susunya tidak keluar. Mengingat pentingnya
ASI pada tumbuh kembang bayi di masa awal kehidupannya, ada baiknya bila ibu mengupayakan agar ASI yang bermutu baik dapat diberikan pada bayi seoptimal
mungkin Anonim, 2010. Kebutuhan makanan bagi ibu nifas lebih banyak daripada makanan Ibu hamil.
Kegunaan makanan tersebut adalah : a.
Memulihkan kondisi fisik setelah melahirkan. b.
Meningkatkan Produksi ASI Air Susu Ibu yang cukup dan sehat untuk bayi.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Almatsier 2004 pengaturan makanan pada ibu nifas sebagai berikut:
a. Susunan hidangan sehari-hari harus seimbang, yang terdiri dari makanan pokok,
lauk pauk, sayuran dan buah serta susu. b.
Makanan pokok tidak hanya nasi, gunakanlah beraneka bahan makanan pengganti seperti mie, jagung, kentang, ubi, roti dan sebagainya.
c. Lauk-pauk gunakanlah dari jenis hewani dan jenis nabati, seperti telur, daging,
ayam, ikan segar, hati, ikan asin, tempe, tahu, kacang-kacangan dan sebagainya. d.
Sayuran lebih baik yang berwarna seperti bayam, kangkung, sawi, daun katuk, wortel, buncis dan sebagainya, karena sayuran tersebut dapat membantu
merangsang pengeluaranproduksi ASI. e.
Pilihlah buah-buahan yang berwarna seperti pepaya, jeruk, apel, tomat dan sebagainya yang banyak mengandung vitamin dan mineral.
f. Perlu minum dalam jumlah lebih banyak + 6 gelas dalam satu hari, akan lebih
bermanfaat bila ibu menyusui minum cairan bergizi seperti : susu, air kacang- kacangan, sari buah-buahan, air sayuran daun hijau dan sebagainya.
g. Tidak disarankan minum jamu setelah melahirkan. Yang terpenting tidak ada
pantangan makanan untuk ibu menyusui.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Tambahan Kecukupan Energi dan Protein Wanita Menyusui per Orang per Hari
Golongan Umur
Berat Badan
Tinggi Badan
Energi Kkal
Protein gr Wanita
16-18 tahun 50,0 155 2200
55 19-29 tahun 52,0 156
1900 50
30-49 tahun 55,0 156 1800
50 50-64 tahun 55,0 156
1750 50
65+ tahun 55,0 156 1600
45
Menyusui
6 bln pertama +500
+17 6 bln kedua
+550 +17
Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VII, Jakarta, 2004
2.4. Kerangka Konsep Penelitian
Karakteristik ibu nifas :
− Umur
− Pendidikan
Pengetahuan ibu nifas tentang
diet ibu nifas Jumlah konsumsi
energi dan protein ibu nifas
Tindakan ibu nifas terhadap
diet ibu nifas Sikap
ibu nifas tentang diet ibu nifas
Keterangan :
Sikap ibu nifas bisa dilihat dari pengetahuan ibu nifas tentang diet ibu nifas. Begitu juga dalam menggambarkan tindakan ibu nifas dalam diet ibu nifas bisa
dilihat dari tingkat pengetahuan dan sikap ibu nifas, sehingga jumlah konsumsi energi dan protein ibu nifas bisa digambarkan dari perilaku diet ibu nifas.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional untuk mengetahui gambaran perilaku diet ibu nifas
di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan survei awal yang dilakukan penulis di Desa
Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang beberapa ibu nifas memiliki kebiasaan makan yang belum sesuai dengan kebutuhan gizi atau diet ibu
nifas, antara lain : mengurangi makan telur dan ikan laut karena dikhawatirkan dapat menyebabkan gatal-gatal, tidak mengonsumsi daging terlalu banyak karena
dikhawatirkan susah buang air besar, dan tidak diperbolehkan makan sayur-sayuran sejenis kubis karena dikhawatirkan kembung pada perut ibu serta bayinya.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan November tahun 2009 sampai dengan Juni tahun 2010.
Universitas Sumatera Utara
3.3. Populasi dan Sampel.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang tinggal di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang dan yang terdaftar di
Puskesmas Batang Kuis pada bulan Maret 2010 yaitu sebanyak 30 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.
3.4. Metode Pengumpulan Data.
3.4.1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah karakteristik ibu nifas yang terdiri dari umur dan pendidikan. Pengetahuan, sikap dan tindakan yang diperoleh melalui
kuesioner. Jumlah konsumsi energi dan protein diperoleh melalui survei konsumsi makanan dengan metoda Food Recall 24 jam.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder terdiri atas nama-nama ibu nifas yang diperoleh dari Puskesmas Tanjung Sari. Gambaran demografi dan letak geografis diperoleh dari
kantor kepala desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.
3.5. Definisi Operasional
1. Ibu nifas adalah ibu yang baru melahirkan 7 hari sampai dengan 42 hari
pascapersalinan. 2.
Pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah diikuti responden yaitu : Tamat SD, SMP, SMA dan DIIIPT
3. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui ibu nifas tentang kebutuhan
diet ibu nifas.
Universitas Sumatera Utara
4. Sikap adalah tanggapan atau respon dari ibu nifas tentang pelaksanaan diet ibu
nifas.
5.
Tindakan adalah segala perbuatan yang telah dilakukan ibu nifas dalam diet ibu nifas.
6. Jumlah konsumsi energi dan protein adalah kuantitas energi dan protein yang
diperoleh dari makanan yang dikonsumsi ibu nifas dalam sehari.
3.6. Aspek Pengukuran a.