Penentuan komposisi fase gerak untuk mendapatkan kondisi kromato- grafi yang optimal Analisis Kualitatif

32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan komposisi fase gerak untuk mendapatkan kondisi kromato- grafi yang optimal

Pada awal penelitian ini dilakukan optimasi untuk mendapatkan kondisi kromatografi yang optimal. Adapun perbandingan fase gerak yang dioptimasi adalah metanol 60 - dapar fosfat pH 6,8 dengan perbandingan 50:50, 40:60, 30:70, pada laju alir 1 mlmenit, deteksi dilakukan pada panjang gelombang 225 nm. Dari hasil optimasi menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS 4,6x250 mm diperoleh perbandingan komposisi fase gerak yang terbaik yaitu pada perbandingan metanol 60 - dapar fosfat pH 6,8 40:60. Pemilihan komposisi fase gerak yang terbaik ini didasarkan pada waktu retensi yang singkat, pemisahan kromatogram resolusi yang baik, nilai Lempeng Teoritis yang valid dan faktor ikutan tailing yang paling kecil. Hubungan antara pengaruh komposisi fase gerak terhadap parameter kromatogram dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini. Kromatogram dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 44-52. Universitas Sumatera Utara 33 Tabel 2. Pengaruh Komposisi Fase Gerak terhadap Parameter Kromatogram Perbandingan Fase Gerak Tekanan Pompa Sampel Sirup Waktu Retensi Resolusi Lempeng Teoritis Faktor Ikutan 30 : 70 153-154 Kgfcm 2 ABC 7,335 4,149 4494,268 1,300 James 7,222 0,000 3749,717 1,741 Kapten 7,240 0,000 2611,702 1,557 Piramid Unta 7,223 0,000 4186,874 1,822 Pohon Pinang 7,258 0,000 3980,061 1,983 40 : 60 164-165 Kgfcm 2 ABC 6,085 1,369 4000,031 1,536 James 6,004 0,000 3455,775 1,577 Kapten 5,979 0,000 2874,014 1,671 Piramid Unta 5,993 0,000 3317,232 1,657 Pohon Pinang 5,951 0,000 3134,824 1,983 50 : 50 178-179 Kgfcm 2 ABC 5,161 1,686 4387,984 1,470 James 5,102 0,000 3274,889 1,590 Kapten 5,087 1,259 3761,540 1,721 Piramid Unta 5,080 1,263 3798,257 1,699 Pohon Pinang 5,101 1,318 3871,821 1,768 Universitas Sumatera Utara 34

4.2 Analisis Kualitatif

Hasil optimasi pada penentuan kondisi kromatografi yang terbaik untuk natrium sakarin, diperoleh komposisi fase gerak metanol 60 : dapar fosfat pH 6,8 40:60, waktu retensi yang lebih singkat ± 6 menit dan laju alir yang lebih kecil 1 mlmenit dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya Sinulingga, 2011. Untuk mengetahui bahwa sampel yang dianalisis mengandung natrium sakarin maka dilakukan spikingyaitu menambahkan bahan baku ke dalam sampel pada kondisi kromatografi yang sama. Hal ini dilakukan dengan cara: Pertama, dilakukan proses kromatografi sampel tanpa penambahan baku. Kedua, dilakukan proses kromatografi dengan penambahan baku. Hasil kromatogram dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9di bawah ini. Gambar 8. Kromatogram sirup ABC secara KCKT menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS 250 x 4,6 mm dengan perbandingan fase gerak metanol 60:dapar fosfat pH 6,8 40:60 dan laju alir 1 mlmenit, volume penyuntikan 20 µl dan deteksi pada panjang gelombang 225 nm. Universitas Sumatera Utara 35 Gambar 9. Kromatogram hasil spike secara KCKT menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS 250 x 4,6 mm dengan perbandingan fase gerak metanol 60:dapar fosfat 40:60 dan laju alir 1 mlmenit, volume penyuntikan 20 µl dan deteksi pada panjang gelombang 225 nm. Pada kromatogram tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan luas area dan tinggi puncak pada kromatogram setelah penambahan baku dibandingkan dengan sebelum penambahan bahan baku maka dapat diidentifikasi bahwa sampel sirup mengandung natrium sakarin Johnson dan Stevenson, 1991. Natrium sakarin sering dikombinasi dengan pemanis buatan lainnya misalnya natrium siklamat, aspartam, dll untuk meningkatkan rasa manis yang diinginkan, mengurangi biaya produksi dan untuk mencegah penggunaan pemanis buatan yang melebihi batas maksimal penggunaan bila hanya menggunakan 1 jenis pemanis buatan. Universitas Sumatera Utara 36 4.3 Analisis Kuantitatif 4.3.1 Penentuan Kurva Kalibrasi