29 Keterangan:
μ = Kadar sebenarnya X = Kadar sampel
N = Jumlah perlakuan t = Harga t
tabel
sesuai dengan derajat kepercayaan dk= Derajat kebebasan
3.5.5 Validasi Metode 3.5.5.1 Akurasi kecermatan
Uji akurasi dengan parameter recovery dilakukan secara metode penambahan baku standard addition method kemudian dianalisis dengan
perlakuan yang sama seperti pada penetapan kadar sampel. Metode adisi ini dapat dilakukan dengan menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada
sampel yang akan diperiksa. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan tadi dapat ditemukan.
Menurut Harmita 2004, hasil dinyatakan dalam persen perolehan kembali recovery. Persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus:
Perolehan kembali =
A A
F
C C
C −
x 100 Keterangan :
C
F
= Kadar Na. Sakarin dalam sampel setelah penambahan baku C
A
= Kadar Na.Sakarin dalam sampel sebelum penambahan baku C
A
= Kadar larutan baku yang ditambahkan
3.5.5.2 Presisi keseksamaan
Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan urutan yang menunjukkan
derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Menurut Gandjar dan Rohman 2007,
nilai RSD dirumuskan dengan:
Universitas Sumatera Utara
30 100
x X
SD RSD
=
Keterangan: RSD = Relatif Standar Deviasi
SD = Standar deviasi
X
= Kadar rata-rata sampel Sementara itu, nilai SD dihitung dengan:
SD =
2
1 −
−
∑
n X
X
Dimana : X
= nilai dari masing-masing pengukuran
X
= rata-rata mean dari pengukuran n
= banyaknya data
3.5.5.3 Batas Deteksi LOD dan Batas Kuantitasi LOQ
Menurut Harmita 2004, batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan.
Sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.
Batas Deteksi Limit Of Detection LOD dan Batas Kuantitasi Limit Of Quantitation LOQ
ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
2
2
− −
=
∑
n Yi
Y x
Sy
Slope x
Sy x
LOD 3
=
Slope x
Sy x
LOQ 10
=
Universitas Sumatera Utara
31 Keterangan:
Syx = Simpangan Baku Slope = Derajat Kemiringan
Universitas Sumatera Utara
32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penentuan komposisi fase gerak untuk mendapatkan kondisi kromato- grafi yang optimal
Pada awal penelitian ini dilakukan optimasi untuk mendapatkan kondisi kromatografi yang optimal. Adapun perbandingan fase gerak yang dioptimasi
adalah metanol 60 - dapar fosfat pH 6,8 dengan perbandingan 50:50, 40:60, 30:70, pada laju alir 1 mlmenit, deteksi dilakukan pada panjang
gelombang 225 nm. Dari hasil optimasi menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS 4,6x250 mm diperoleh perbandingan komposisi fase gerak yang terbaik yaitu
pada perbandingan metanol 60 - dapar fosfat pH 6,8 40:60. Pemilihan komposisi fase gerak yang terbaik ini didasarkan pada waktu retensi yang singkat,
pemisahan kromatogram resolusi yang baik, nilai Lempeng Teoritis yang valid dan faktor ikutan tailing yang paling kecil. Hubungan antara pengaruh
komposisi fase gerak terhadap parameter kromatogram dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini. Kromatogram dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 44-52.
Universitas Sumatera Utara