12,3 laki-laki dan 14 orang 11,5 perempuan. Sementara responden yang memiliki teman kurang dari 5 orang berjumlah 44 36, dengan proporsi seimbang
antara laki-laki dan perempuan sebanyak 22 orang 18. Hanya 10 responden 8,2 saja yang tidak memiliki teman dari etnis dan agama berbeda, dengan proporsi
8 orang 6,6 laki-laki dan 2 orang 1,6 perempuan. Analisis terhadap penyajian data menunjukkan bahwa segregasi berdasarkan
identitas agama mempengaruhi penilaian mereka dalam memilih teman, meskipun mereka hampir setiap hari bergaul dengan orang yang berbeda agama. Tentunya, hal
ini dapat membuat jaringan sosial lintas etnis dan agama tidak dapat berkembang dengan baik, sehingga potensi konflik akan tetap bertahan.
4.3.2. Aspek Ekonomi Komunitas Jawa Muslim di Kota Medan 4.3.2.1. Kecemburuan Sosial
Kecemburuan sosial merupakan salah satu sikap yang muncul karena adanya kesenjangan status sosial ekonomi yang ada di masyarakat. Kecemburuan sosial patut
diwaspadai, sebab sikap ini memberikan kontribusi yang tidak sedikit dalam konlik bernuansa etnis dan agama di Indonesia dalam dasawarsa terakhir. Oleh sebab itu,
kecemburuan sosial dikategorikan ke dalam aspek ekonomi dari potensi konflik komunitas Jawa Muslim di Kota Medan. Kecemburuan sosial dalam penelitian
mencakup beberapa hal, diantaranya; pandangan terhadap tetangga yang memiliki kemampuan ekonomi lebih tinggi, serta pandangan terhadap tetangga yang status
sosialnya lebih tinggi. Data selengkapnya dapat dilihat dalam penyajian data berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.26. Tanggapan Responden Apabila Ada Tetangga yang Berasal dari Etnis Lain Memiliki Kemampuan Ekonomi Lebih Tinggi
No Jawaban
Laki-laki Perempuan
Total n
f n
f N
F a
Sangat Terganggu 4
3,2 4
3,3 b
Terganggu 6
4,9 6
4,9 12
9,8 c
Tidak Terganggu 46
37,7 45
36,9 91
74,6 d
Sangat Tidak terganggu 3
2,5 8
6,6 11
9 e
Tidak menjawab 2
1,6 2
1,6 4
3,3 Jumlah
61 50
61 50
122 100
Sumber: Data Primer 2010
Tabel 4.26 menunjukkan 4 orang responden 3,3 yang kesemuanya perempuan mengatakan sangat terganggu apabila ada tetangga yang berasal dari etnis
lain memiliki kemampuan ekonomi lebih tinggi. 12 orang responden 9,8, diantaranya 6 orang responden laki-laki 4,9 dan 6 orang responden perempuan
4,9 merasa terganggu. Sementara itu, 91 orang responden 74,6, diantaranya 46 responden laki-laki 37,7 dan 45 orang responden perempuan 36,9
mengungkapkan bahwa mereka tidak merasa terganggu. 11 orang responden 9, diantaranya 3 orang reponden laki-laki 2,5 dan 8 orang responden perempuan
6,6 mengatakan bahwa mereka merasa sangat tidak terganggu. 4 orang responden lain 3,3, diantaranya 2 orang responden laki-laki 1,6 dan 2 orang responden
perempuan 1,6 sama sekali tidak menjawab. Hal ini berarti responden komunitas Jawa Muslim di Kota Medan, baik laki-
laki maupun perempuan memiliki kecemburuan sosial yang rendah terhadap tetangga yang memiliki kemampuan ekonomi lebih tinggi. Kesimpulan yang dapat ditarik
Universitas Sumatera Utara
adalah bahwa potensi konflik pada aspek ekonomi komunitas Jawa Muslim termasuk dalam kategori rendah, hal ini dicerminkan dengan rendahnya kecemburuan sosial.
Tabel 4.27. Tanggapan Responden Apabila Ada Tetangga yang Berasal dari Etnis Lain Memiliki Status Sosial Lebih Tinggi
No Jawaban
Laki-laki Perempuan
Total n
f n
f N
F a
Sangat Terganggu b
Terganggu 5
4,1 5
4,1 10
8,2 c
Tidak Terganggu 48
39,3 44
36,1 92
75,4 d
Sangat Tidak terganggu 6
4,9 10
8,2 16
13,1 e
Tidak menjawab 2
1,6 2
1,6 4
3,3 Jumlah
61 50
61 50
122 100
Sumber: Data Primer 2010
Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel 4.27, diketahui bahwa 10 orang responden 8,2, diantaranya 5 orang laki-laki 4,1 dan 5 orang perempuan
4,1 merasa terganggu apabila ada tetangga yang berasal dari etnis lain memiliki status sosial lebih tinggi. Sementara itu, 92 orang responden 75,4, diantaranya 48
orang responden laki-laki 39,3 dan 44 orang responden perempuan 36,1 mengungkapkan bahwa mereka tidak terganggu. 16 orang responden 13,1,
diantaranya 6 orang responden laki-laki 4,9 dan 10 orang responden perempuan 8,2 mengatakan bahwa mereka merasa sangat tidak terganggu. 4 orang responden
lain 3,3 sama sekali tidak memberikan jawaban, diantaranya 2 orang responden laki-laki 1,6 dan 2 orang responden perempuan 1,6.
Analisis terhadap data yang diperoleh menunjukkan bahwa reponden komunitas Jawa Muslim di Kota Medan, baik laki-laki maupun perempuan memiliki
Universitas Sumatera Utara
kecemburuan sosial yang rendah terhadap tetangga yang status sosialnya lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kecemburuan sosial pada komunitas Jawa Muslim
rendah, yang mencerminkan rendahnya potensi konflik pada aspek ekonomi.
4.3.2.2. Pandangan Terhadap Kesamaan Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja dianggap sebagai salah satu variabel potensi konflik yang muncul dari aspek ekonomi, sebab ia melibatkan persaingan yang ketat baik
antarpribadi maupun antarkelompok dalam memperolehnya. Variabel kesempatan kerja dalam penelitian ini dilihat dengan pandangan responden terhadap kesamaan
kesempatan usaha antara etnis Jawa dengan etnis lain; pandangan responden terhadap kesamaan kesempatan dalam pekerjaan sebagai PNS, TNI, dan Polri; pandangan
responden apabila mengalami persaingan usaha dengan etnis lain; dan tanggapan responden apabila mengalami persaingan dengan penganut agama lain.
Tabel 4.28. Komposisi Responden Berdasarkan Tanggapan Terhadap Kesamaan Kesempatan Usaha Antara Etnis Jawa dengan Etnis Lain
No Jawaban
Laki-laki Perempuan
Total n
f n
f N
F a
Sangat Setuju 18
14,7 6
4,9 24
19,7 b
Setuju 14
11,5 20
16,4 34
27,9 c
Tidak Setuju 27
22,1 27
22,1 54
44,3 d
Sangat Tidak Setuju 6
4,9 6
4,9 e
Tidak menjawab 2
1,6 2
1,6 4
3,3 Jumlah
61 50
61 50
122 100
Sumber: Data Primer 2010
Universitas Sumatera Utara
Ketidaksamaan kesempatan usaha antara etnis jawa dengan etnis lain dijawab sangat setuju oleh 24 orang responden 19,7, diantaranya 18 orang responden laki-
laki dan 6 orang responden perempuan. Sementara responden yang menjawab setuju berjumlah 34 orang 27,9, diantaranya 14 orang 11,5 laki-laki dan 20 orang
reponden perempuan 16,4. Responden yang menjawab tidak setuju berjumlah 54 orang 44,3, dengan proporsi 27 orang responden laki-laki 22,1, dan 27 orang
responden perempuan 22,1. Sedangkan responden yang menjawab sangat tidak setuju berjumlah 6 orang 4,9 yang kesemuanya responden perempuan. Responden
yang tidak menjawab sebanyak 4 orang 3,3, diantaranya 2 orang laki-laki 1,6 dan 2 orang perempuan 1,6.
Analisis terhadap data yang diperoleh menunjukkan bahwa komunitas Jawa Muslim menganggap peluang usaha etnis Jawa tidak sama dengan peluang usaha
etnis lainnya, sehingga sebagian besar dari mereka terpaksa mengisi bidang pekerjaan tingkat rendah seperti; buruh, tukang beca, tenaga pertukangan, dan lain sebagainya.
Secara sosiologis, hal ini memiliki kontribusi terhadap perkembangan dan pertumbuhan potensi konflik antaretnis dan agama di Kota Medan.
Tabel 4.29. Tanggapan Responden Terhadap Kesamaan Kesempatan Dalam Pekerjaan Sebagai PNS, TNI, dan Polri Antara Etnis Jawa dengan Etnis Lain
No Jawaban
Laki-laki Perempuan
Total n
f n
f N
F a
Setuju 14
11,5 25
20,5 39
32 b
Tidak Setuju 43
35,2 25
20,5 68
55,7 c
Tidak menjawab 4
3,3 11
9 15
12,3 Jumlah
61 50
61 50
122 100
Sumber: Data Primer 2010
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.29 menunjukkan 39 orang responden 32, dengan proporsi 14 orang laki-laki 11,5 dan 25 orang perempuan 20,5 setuju dengan pernyataan
“saat ini etnis Jawa memiliki akses yang sama dalam pekerjaan-pekerjaan strategis”. 68 orang responden 55,7, yang terdiri dari 43 orang laki-laki 35,2 dan 25
orang perempuan 20,5 mengatakan bahwa mereka tidak setuju. Sedangkan 15 orang lainnya 12,3, dengan proporsi 4 orang laki-laki 3,3 dan 11 orang
perempuan 9 tidak menjawab sama sekali. Gambaran di atas menunjukkan bahwa komunitas Jawa Muslim menganggap
bahwa mereka tidak memiliki kesempatan yang sama untuk berkarir dalam pekerjaan-pekerjaan strategis di Kota Medan, sebab segregasi antarkelompok etnis
dan otonomi daerah menjadikan pekerjaan-pekerjaan strategis sebagai hak istimewa dari etnis lain yang dianggap sebagai putra daerah.
Tabel 4.30. Tanggapan Responden Apabila Mengalami Persaingan Usaha dengan Etnis Lain
No Jawaban
Laki-laki Perempuan
Total n
f n
f N
F a
Sangat Terganggu 9
7,4 1
0,8 10
8,2 b
Terganggu 22
18 10
8,2 32
26,2 c
Tidak Terganggu 28
22,9 39
32 67
54,9 d
Sangat Tidak terganggu 7
5,7 7
5,7 e
Tidak menjawab 2
1,6 4
3,3 6
4,9 Jumlah
61 50
61 50
122 100
Sumber: Data Primer 2010
Pada tabel 4.30 di atas 10 orang responden 8,2, dengan proporsi laki-laki 9 orang 7,4 dan perempuan 1 orang 0,8 merasa sangat terganggu apabila
Universitas Sumatera Utara
mengalami persaingan usaha dengan etnis lain. Responden yang menjawab terganggu berjumlah 32 orang 26,2, dengan proporsi responden laki-laki 22 orang 18 dan
responden perempuan 10 orang 8,2. Responden yang menjawab tidak terganggu berjumlah 67 orang 54,9, dengan proporsi 28 orang laki-laki 22,9 dan 39
orang perempuan 32. Responden yang menjawab sangat tidak terganggu berjumlah 7 orang 5,7 yang keseluruhannya adalah responden perempuan.
Responden yang tidak menjawab sebanyak 6 orang 4,9, diantaranya 2 orang laki- laki 1,6 dan 4 orang perempuan 3,3.
Analisis terhadap penyajian data di atas menunjukkan bahwa responden komunitas Jawa Muslim tidak merasa terganggu ketika mengalami persaingan usaha
dengan etnis lain.
Tabel 4.31. Tanggapan Responden Apabila Mengalami Persaingan Usaha dengan Penganut Agama Lain
No Jawaban
Laki-laki Perempuan
Total n
f n
f N
F a
Sangat Terganggu 9
7,4 1
0,8 10
8,2 b
Terganggu 19
15,6 10
8,2 29
23,8 c
Tidak Terganggu 30
24,6 41
33,6 71
58,2 d
Sangat Tidak terganggu 1
0,8 7
5,7 8
6,6 e
Tidak menjawab 2
1,6 2
1,6 4
3,3 Jumlah
61 50
61 50
122 100
Sumber: Data Primer 2010
Pada tabel 4.31 di atas 10 orang responden 8,2, dengan proporsi laki-laki 9 orang 7,4 dan perempuan 1 orang 0,8 merasa sangat terganggu apabila
mengalami persaingan usaha dengan penganut agama lain. Responden yang
Universitas Sumatera Utara
menjawab terganggu berjumlah 29 orang 23,8, dengan proporsi responden laki- laki 19 orang 15,6 dan responden perempuan 10 orang 8,2. Responden yang
menjawab tidak terganggu berjumlah 71 orang 58,2, dengan proporsi 30 orang laki-laki 24,6 dan 41 orang perempuan 33,6. Responden yang menjawab
sangat tidak terganggu berjumlah 8 orang 6,6, dengan proporsi 1 orang responden laki-laki 0,8 dan 7 orang responden perempuan 5,7. Responden yang tidak
menjawab sebanyak 4 orang 3,3, diantaranya 2 orang laki-laki 1,6 dan 2 orang perempuan 1,6.
Analisis dari penyajian data di atas menunjukkan bahwa responden komunitas Jawa Muslim lebih banyak merasa tidak terganggu ketika mengalami persaingan
dengan penganut agama lain.
4.3.3. Aspek Struktural dan Politik Komunitas Jawa Muslim di Kota Medan 4.3.3.1. Etnisitas Dalam Kepemimpinan
Etnisitas digambarkan sebagai batasan identitas sosial budaya yang membedakan antara etnis yang satu dengan etnis lainnya Thung Ju Lan, 2006. Sikap
ini merujuk pada etnosentris, dimana kepentingan suatu kelompok etnis dianggap sebagai sesuatu yang harus diutamakan. Etnisitas dapat merasuk ke dalam aspek
politik, menimbulkan fanatisme yang berlebihan terhadap etnis, serta melakukan upaya dominasi terhadap proses politik yang dapat menimbulkan gejolak antara etnis
yang satu dengan etnis lain. Dalam politik multikultural, etnisitas biasanya direfleksikan dengan
menonjolkan supremasi suatu kelompok melalui partai politik dan pemilihan umum.
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian ini etnisitas dalam memilih pemimpin tidak terlihat menonjol, kecenderungan komunitas Jawa Muslim dalam memilih pemimpin justru didasarkan
pada kesamaan identitas agama. Tabel 4.32. berikut adalah penyajian datanya.
Tabel 4.32. Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan “Anda Memilih Pemimpin Berdasarkan Kesamaan Etnis”
No Jawaban
Laki-laki Perempuan
Total n
f n
f N
F a
Setuju 19
15,6 11
9 30
24,6 b
Tidak Setuju 40
32,8 46
37,7 86
70,5 c
Tidak menjawab 2
1,6 4
3,3 6
4,9 Jumlah
61 50
61 50
122 100
Sumber: Data Primer 2010
Data pada tabel 4.32 di atas menunjukkan 30 orang responden 24,6, dengan proporsi 19 orang laki-laki 15,6 dan 11 orang perempuan 9 setuju
memilih pemimpin berdasarkan kesamaan etnis. 86 orang responden 70,5, diantaranya 40 orang laki-laki 32,8 dan 46 orang perempuan 37,7 tidak
memilih pemimpin berdasarkan persamaan etnis. 6 orang responden 4,9 tidak menjawab, dengan proporsi 2 orang laki-laki 1,6 dan 4 orang perempuan 3,3.
Pemilihan pemimpin dari etnis yang sama dalam pandangan komunitas Jawa Muslim bukanlah kriteria mutlak, dimana 70,5 memberikan jawaban tidak setuju
pada pernyataan “anda memilih pemimpin berdasarkan kesamaan etnis”. Sebaliknya pada pernyataan “anda memilih pemimpin berdasarkan kesamaan agama”, responden
justru lebih banyak memilih jawaban setuju. Berikut ini merupakan penyajian datanya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.33. Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan “Anda Memilih Pemimpin Berdasarkan Kesamaan Agama”
No Jawaban
Laki-laki Perempuan
Total n
f n
f N
F a
Setuju 48
39,3 47
38,5 95
77,9 b
Tidak setuju 13
10,7 12
9,8 25
20,5 c
Tidak menjawab 2
1,6 2
1,6 Jumlah
61 50
61 50
122 100
Sumber: Data Primer 2010
Hasil survei yang dilakukan terhadap 122 orang responden komunitas Jawa Muslim disajikan pada tabel 4.33, dimana 95 orang responden 77,9 dengan
proporsi 48 orang laki-laki 39,3 dan 47 orang perempuan 38,5 mengatakan kesamaan identitas agama menjadi preferensi dalam memilih pemimpin. Selanjutnya,
25 orang responden 20,5, diantaranya 13 orang laki-laki 10,7 dan 12 orang perempuan 9,8 mengatakan bahwa kesamaan identitas agama bukan menjadi
preferensi dalam memilih pemimpin. Sedangkan responden yang tidak menjawab berjumlah 2 orang 1,6 yang kesemuanya adalah perempuan.
Analisis dari data yang diperoleh adalah bahwa sebagian besar responden, baik laki-laki maupun perempuan mengatakan bahwa mereka memilih pemimpin
berdasarkan kesamaan agama. Hal ini menunjukkan bahwa agama merupakan identitas kelompok yang mengikat sangat kuat para pemeluknya, kesamaan identitas
agama membuat komunitas Jawa Muslim bersedia menerima pemimpin dari etnis yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
4.3.3.2. Partisipasi Politik
Partisipasi politik secara harfiah adalah keikutsertaan seseorang dalam proses- proses politik. Partisipasi politik dalam penelitian digunakan untuk melihat sampai
sejauhmana keterlibatan dan posisi tawar komunitas Jawa Muslim dalam perpolitikan Kota Medan. Lebih lanjut, partisipasi politik dalam penelitian dilihat dengan
berdasarkan; keaktifan dalam organisasi kemasyarakatan islam, organisasi kesukuan, serta keikutsertaan dalam partai politik dan pemilu.
Tabel 4.34. Komposisi Responden Berdasarkan Keaktifan Dalam Organisasi Kemasyarakatan Islam
No Jawaban
Laki-laki Perempuan
Total n
f n
f N
F a
Sebagai Pengurus 11
9 8
6,6 19
15,6 b
Sebagai anggota 32
26,2 42
34,4 74
60,6 c
Tidak aktif sama sekali 16
13,1 9
7,4 25
20,5 d
Tidak menjawab 2
1,6 2
1,6 4
3,3 Jumlah
61 50
61 50
122 100
Sumber: Data Primer 2010
Responden yang aktif sebagai pengurus dalam ormas Islam pada tabel 4.34 berjumlah 19 orang 15,6, diantaranya 11 orang 9 responden laki-laki dan 8
orang responden perempuan 6,6. Responden yang aktif sebagai anggota dalam ormas Islam berjumlah 74 orang 60,6, diantaranya 32 orang laki-laki 26,2 dan
42 orang perempuan 34,4. Responden yang tidak aktif sama sekali sebanyak 25 orang, dengan proporsi 16 orang laki-laki 13,1 dan 9 orang perempuan 7,4.
Responden yang tidak menjawab sama sekali berjumlah 4 orang 3,3, diantaranya 2 orang laki-laki 1,6 dan 2 orang responden perempuan 1,6.
Universitas Sumatera Utara
Gambaran dari penyajian data pada tabel 4.34 menunjukkan bahwa partisipasi responden komunitas Jawa Muslim dalam organisasi kemasyarakatan yang berbasis
agama dapat dikatakan relatif tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ketakwaan terhadap agama sebagai suatu pedoman hidup menciptakan solidaritas yang sangat kuat, tidak
hanya pada komunitas Jawa Muslim tetapi juga pada komunitas etnis lain yang memeluk agama Islam. Perspektif konflik memandang bahwa solidaritas yang terjalin
antaretnis yang berbeda dalam satu kesatuan agama dapat mengeliminir prasangka terhadap etnis lain, sehingga potensi konflik antaretnis menjadi sangat rendah.
Tabel 4.35. Komposisi Responden Berdasarkan Keaktifan Dalam Organisasi Kemasyarakatan Berbasis Kesukuan
No Jawaban
Laki-laki Perempuan
Total n
f n
f N
F a
Sebagai Pengurus 10
8,2 6
4,9 16
13,1 b
Sebagai anggota 4
3,3 4
3,3 8
6,6 c
Tidak aktif sama sekali 45
36,9 49
40,2 94
77 d
Tidak menjawab 2
1,6 2
1,6 4
3,3 Jumlah
61 50
61 50
122 100
Sumber: Data Primer 2010
Pada tabel 4.35, data menunjukkan responden yang aktif sebagai pengurus dalam ormas kesukuan berjumlah 16 orang 13,1, diantaranya 10 orang 8,2
responden laki-laki dan 6 orang responden perempuan 4,9. Responden yang aktif sebagai anggota sebanyak 8 orang 6,6, dengan proporsi 4 orang laki-laki 3,3
dan 4 orang perempuan 3,3. Responden yang tidak aktif dalam ormas kesukuan berjumlah 94 orang 77, diantaranya 45 orang laki-laki 36,9 dan 49 orang
Universitas Sumatera Utara
perempuan 40,2. Responden yang tidak menjawab sama sekali berjumlah 4 orang 3,3, diantaranya 2 orang laki-laki 1,6 dan 2 orang responden perempuan
1,6. Gambaran data pada tabel 4.36 memperlihatkan partisipasi responden
komunitas Jawa Muslim dalam organisasi kesukuan sangat rendah, hal ini memperlihatkan bahwa identitas kelompok diantara mereka telah melemah.
Lemahnya identitas kelompok merupakan indikasi bahwa komunitas Jawa Muslim di Kota Medan cenderung fleksibel dalam bergaul, serta mengutamakan toleransi tanpa
melihat perbedaan etnis. Perspektif konflik memandang bahwa fleksibilitas dalam bergaul dan toleransi yang tinggi terhadap perbedaan etnis membuat potensi konflik
yang semakin melemah.
Tabel 4.36. Komposisi Responden Berdasarkan Afiliasi Partai Politik Dalam Pemilihan Umum Terakhir Pemilihan Walikota
No Partai Politik
Laki-laki Perempuan
Total n
f n
f N
F a
Partai Demokrat 19
15,6 28
22,9 47
38,5 b
Partai Golkar 4
3,3 2
1,6 6
4,9 c
PKB 4
3,3 1
0,8 5
4,1 d
PKS 8
6,6 4
3,3 12
9,8 e
PPP 6
4,9 3
2,5 9
7,4 f
PAN 4
3,3 1
0,8 5
4,1 g
Partai Lain 3
2,5 1
0,8 4
3,3 h
Tidak berafiliasi 8
6,6 17
13,9 25
20,5 i
Tidak menjawab 5
4,1 4
3,3 9
7,4 Jumlah
61 50
61 50
122 100
Sumber: Data Primer 2010
Universitas Sumatera Utara
Data di atas menunjukkan bahwa pada Pemilu terakhir 47 orang 38,5 responden komunitas Jawa Muslim berafiliasi pada Partai Demokrat, dengan proporsi
19 orang laki-laki 15,6 dan 28 orang perempuan 22,9. Sementara 6 orang responden 4,9 berafiliasi pada Partai Golkar, diantaranya 4 orang laki-laki 3,3
dan 2 orang perempuan 1,6. 5 orang responden 4,1 berafiliasi pada PKB, dengan proporsi 4 orang laki-laki 3,3 dan 1 orang perempuan 0,8. 12 orang
responden 9,8 berafiliasi pada PKS, dengan proporsi 8 orang laki-laki 6,6 dan 4 orang perempuan 3,3. Responden yang berafiliasi pada PPP berjumlah 9 orang
7,4, diantaranya 6 orang laki-laki 4,9 dan 3 orang perempuan 2,5. Responden yang berafiliasi pada PAN berjumlah 5 orang 4,1, dengan proporsi
laki-laki 4 orang 3,3 dan perempuan 1 orang 0,8. Responden yang berafiliasi pada partai lain sebanyak 4 orang 3,3, diantaranya 3 orang laki-laki 2,5 dan 1
orang perempuan 0,8. Responden yang tidak berafiliasi sama sekali berjumlah 25 orang 20,5, dengan proporsi 8 orang laki-laki 6,6 dan 17 orang perempuan
13,9. Sedangkan 9 orang responden 7,4, diantaranya 5 orang laki-laki 4,1 dan 4 orang perempuan 3,3 tidak menjawab dengan alasan privasi.
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa partisipasi politik komunitas Jawa Muslim di Kota Medan dapat dikatakan cukup tinggi, dimana
sebagian besar responden berafiliasi pada Partai Demokrat. Responden yang berafiliasi pada partai Islam justru jumlahnya relatif sedikit, padahal komunitas Jawa
Muslim memiliki identitas kelompok yang sangat kuat dalam hal agama. Hal ini selain disebabkan karena tingginya toleransi komunitas Jawa Muslim terhadap etnis
Universitas Sumatera Utara
lain, juga karena hilangnya kesakralan nilai-nilai agama pada ranah politik, yang menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap partai-partai politik bernuansa Islami.
4.3.3.3. Kepuasan Terhadap Pemerintahan di Kota Medan
Kepuasan komunitas Jawa Muslim terhadap pemerintahan di Kota Medan relatif penting untuk diketahui, sebab konflik struktural biasanya sering diakibatkan
oleh rasa tidak puas terhadap pemerintah. Dalam penelitian, kepuasan responden terhadap pemerintah mencakup hal-hal sebagai berikut; kepuasan terhadap proporsi
etnis Jawa di pemerintahan, kepuasan terhadap kepemimpinan non-Jawa di Kota Medan, dan keterwakilan aspirasi responden dengan proporsi etnis Jawa di DPRD
Kota Medan.
Tabel 4.37. Komposisi Responden Berdasarkan Kepuasan Terhadap Proporsi Etnis Jawa di Pemerintahan Kepling, Lurah, Camat, Kepala Dinas, dan sebagainya
No Jawaban
Laki-laki Perempuan
Total n
f n
f N
F a
Puas 22
18 26
21,3 48
39,3 b
Tdak puas 34
27,9 24
19,7 58
47,5 c
Tidak menjawab 5
4,1 11
9 16
13,1 Jumlah
61 50
61 50
122 100
Sumber: Data Primer 2010
Data dalam tabel 4.37 di atas menunjukkan 48 orang responden 39,9, dengan proporsi 22 orang laki-laki 18 dan 26 orang responden perempuan
21,3 mengatakan bahwa mereka puas dengan proporsi etnis Jawa di struktur Pemerintahan Kota Medan saat ini. Responden yang mengatakan tidak puas dengan
Universitas Sumatera Utara
proporsi etnis Jawa dalam struktur Pemerintahan Kota Medan berjumlah 58 47,5, dengan proporsi 34 orang laki-laki 27,9 dan 24 orang perempuan 19,7. 16
orang responden 13,1 tidak menjawab dengan alasan tidak tahu, dimana responden laki-laki berjumlah 5 orang 4,1 dan perempuan 11 orang 9.
Penyajian data pada tabel 4.37 menggambarkan bahwa responden komunitas Jawa Muslim di Kota Medan, baik laki-laki maupun perempuan mengatakan bahwa
mereka tidak puas dengan proporsi etnis Jawa dalam struktur pemerintahan Kota Medan. Sebab, proporsi tersebut mencerminkan bahwa posisi mereka termarjinalkan
dalam struktur pemerintahan Kota Medan. Ketidakpuasan yang muncul menunjukkan bahwa konflik mulai tumbuh karena pembagian kekuasaan yang tidak merata, namun
hal itu tidak diekspresikan melalui kelompok yang terorganisir.
Tabel 4.38. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Kepuasan Terhadap Kepemimpinan non-Jawa di Kota Medan
No Jawaban
Laki-laki Perempuan
Total n
f n
f N
F a
Sangat puas b
Puas 24
19,7 29
23,7 53
43,4 c
Tidak puas 29
23,7 31
25,4 60
49,2 d
Sangat tidak puas 5
4,1 1
0,8 6
4,9 e
Tidak menjawab 3
2,5 3
2,5 Jumlah
61 50
61 50
122 100
Sumber: Data Primer 2010
Berdasarkan data pada tabel 4.38 di atas, diketahui bahwa tidak ada responden yang mengatakan mereka sangat puas dengan kepemimpinan non-Jawa di Kota
Medan. Kemudian 53 orang responden 43,4, diantaranya 24 orang laki-laki dan
Universitas Sumatera Utara
29 orang perempuan 23,7 mengatakan bahwa mereka puas dengan kepemimpinan non-Jawa di Kota Medan. Responden yang merasa tidak puas berjumlah 60 orang
49,2, diantaranya 29 orang laki-laki 23,7 dan 31 orang perempuan 25,4. Responden yang merasa sangat tidak puas sebanyak 6 orang 4,9, diantaranya 5
orang laki-laki 4,1 dan 1 orang perempuan 0,8. Sedangkan responden yang tidak menjawab sebanyak 3 orang 2,5 yang kesemuanya merupakan responden
laki-laki. Analisis berdasarkan tabel 4.38 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden mengatakan bahwa mereka tidak puas dengan kepemimpinan non-Jawa di Kota Medan. Penilaian kepuasan responden komunitas Jawa Muslim terhadap
kepemimpinan non-Jawa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya; kemajuan Kota Medan, iklim investasi, proporsi etnis Jawa dalam struktur pemerintahan,
keadilan, pemerataan, serta ketentraman dan keamanan. Ketidakpuasan responden terhadap kepemimpinan non-Jawa di Kota Medan
biasanya disebabkan karena mereka merasa bahwa faktor-faktor yang disebutkan belum tercapai secara optimal. Secara teoritis, rasa tidak puas terhadap
kepemimpinan non-Jawa di Kota Medan memberikan kontribusi yang relatif kecil bagi potensi konflik dari aspek politik.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.39. Tanggapan Responden Terhadap Keterwakilan Aspirasi Komunitas Jawa Muslim dengan Proporsi Etnis Jawa di DPRD Kota Medan Saat ini
No Jawaban
Laki-laki Perempuan
Total n
f n
f N
F a
Terwakili 15
12,3 12
9,8 27
22,1 b
Belum terwakili 41
33,6 37
30,3 78
63,9 c
Tidak menjawab 5
4 12
9,8 17
13,9 Jumlah
61 50
61 50
122 100
Sumber: Data Primer 2010
Data pada tabel 4.39 menunjukkan tanggapan responden terhadap keterwakilan aspirasi etnis Jawa dengan proporsi etnis Jawa di DPRD kota Medan.
Dalam hal ini 27 orang responden 22,1, diantaranya 15 orang laki-laki 12,3 dan 12 orang perempuan 9,8 menganggap aspirasi mereka telah terwakili.
Sementara 78 orang resoponden 63,9, diantaranya 41 orang laki-laki 33,6 dan 37 orang perempuan 30,3 merasa belum terwakili aspirasinya. Responden yang
tidak menjawab berjumlah 17 orang 13,9, dengan proporsi 5 orang laki-laki 4,1 dan 12 orang responden perempuan 9,8.
Analisis yang dihasilkan dari tabel 4.39 adalah bahwa responden komunitas Jawa Muslim, baik laki-laki maupun perempuan mengatakan aspirasi mereka belum
terwakili dengan proporsi etnis Jawa yang duduk di DPRD Kota Medan. Perspektif konflik melihat bahwa tidak tersalurkannya aspirasi merupakan salah satu potensi
konflik yang muncul pada aspek politik.
Universitas Sumatera Utara
4.3.3.4. Akses Terhadap Sarana dan Prasarana Kota
Konflik secara struktural dapat terjadi karena adanya keterbatasan akses terhadap sumber-sumber daya yang ada di suatu daerah. Sumber daya secara harfiah
memiliki definisi yang luas, namun dalam penelitian ini sumber-sumber daya dibatasi sebagai sarana dan prasarana kota, seperti; tempat tinggal, sarana kesehatan,
pendidikan, serta kepemilikan tanah.
Tabel 4.40. Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan “Saat ini Etnis Jawa Memiliki Akses yang Sama dalam Kepemilikan Tempat Tinggal”
No Jawaban
Laki-laki Perempuan
Total n
f n
f N
F a
Setuju 44
36 38
31,1 82
67,2 b
Tidak Setuju 13
10,7 12
9,8 25
20,5 c
Tidak menjawab 4
3,3 11
9 15
12,3 Jumlah
61 50
61 50
122 100
Sumber: Data Primer 2010
Pada pernyataan “saat ini etnis Jawa memiliki akses yang sama terhadap kepemilikan tempat tinggal”, 82 orang responden 67,2 diantaranya 44 orang laki-
laki 36 dan 38 orang perempuan 31,1 membenarkan dengan menjawab setuju. Responden yang menjawab tidak setuju berjumlah 25 orang 20,5, diantaranya 13
orang laki-laki dan 12 orang perempuan. Sedangkan responden yang tidak menjawab sebanyak 15 orang 12,3, diantaranya 4 orang laki-laki 3,3 dan 11 orang
responden perempuan 9. Analisa dari data pada tabel 4.40 adalah bahwa responden komunitas Jawa
Muslim, baik laki-laki dan perempuan menganggap bahwa setiap orang memiliki
Universitas Sumatera Utara
kesempatan yang sama dalam memperoleh tempat tinggal. Sebab, kepemilikan tempat tinggal bukan ditentukan oleh etnisitas ataupun persamaan agama, melainkan
kemampuan ekonomi seseorang dalam membelinya.
Tabel 4.41. Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan “Saat ini Etnis Jawa Memiliki Akses yang Sama Memperoleh Fasilitas dan Sarana Kesehatan”
No Jawaban
Laki-laki Perempuan
Total n
f n
f N
F a
Setuju 49
40,2 44
36 93
76,2 b
Tidak Setuju 8
6,5 6
4,9 14
11,5 c
Tidak menjawab 4
3,3 11
9 15
12,3 Jumlah
61 50
61 50
122 100
Sumber: Data Primer 2010
Tabel 4.41 menunjukkan 93 orang responden 76,2, diantaranya 49 orang laki-laki 40,2 dan 44 orang responden perempuan 36 setuju dengan
pernyataan “saat ini etnis Jawa memiliki akses yang sama memperoleh fasilitas dan sarana kesehatan”. 14 orang responden 11,5, dengan proporsi 8 orang laki-laki
6,6 dan 6 orang responden perempuan 4,9 mengatakan bahwa mereka tidak setuju. Sedangkan 15 orang lain 12,3, diantaranya 4 orang laki-laki 3,3 dan 11
orang perempuan 9 tidak menjawab sama sekali. Analisis yang dapat ditarik adalah bahwa sarana kesehatan dapat dijangkau
oleh responden komunitas Jawa Muslim di Kota Medan, tanpa ada diskrimasi yang bernuansa etnis dan agama. Potensi konflik yang muncul dari akses terhadap sarana
kesehatan dalam hal ini dinilai sangat rendah.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.42. Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan “Saat ini Etnis Jawa Memiliki Akses yang Sama dalam hal Pendidikan”
No Jawaban
Laki-laki Perempuan
Total n
f n
f N
F a
Setuju 53
43,4 48
39,3 101
82,8 b
Tidak Setuju 4
3,3 2
1,6 6
4,9 c
Tidak menjawab 4
3,3 11
9 15
12,3 Jumlah
61 50
61 50
122 100
Sumber: Data Primer 2010
Tabel 4.42 membahas pernyataan “saat ini etnis Jawa memiliki akses yang sama dalam hal pendidikan”, 101 orang responden 82,8 diantaranya 53 orang
laki-laki 43,4 dan 48 orang perempuan 39,3 membenarkan dengan menjawab setuju. Responden yang menjawab tidak setuju berjumlah 6 orang 4,9,
diantaranya 4 orang laki-laki 3,3 dan 2 orang 1,6 responden perempuan. Sedangkan responden yang tidak menjawab sebanyak 15 orang 12,3, dengan
proporsi 4 orang responden laki-laki 3,3 dan 11 orang perempuan 9. Analisa terhadap data menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mengatakan saat ini pendidikan dapat diakses oleh siapa saja, tidak terbatas pada kelompok etnis atau agama tertentu, baik laki-laki ataupun perempuan. Kesemua hal
itu ditentukan oleh adanya kemampuan ekonomi yang memadai, serta kemauan untuk mengenyam pendidikan. Potensi konflik dalam memperoleh akses terhadap
pendidikan dinilai sangat rendah.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.43. Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan “Saat ini Etnis Jawa Memiliki Akses yang Sama dalam Kepemilikan Tanah”
No Jawaban
Laki-laki Perempuan
Total n
f n
f N
F a
Setuju 41
33,6 40
32,8 81
66,4 b
Tidak Setuju 12
9,8 7
5,7 19
15,6 c
Tidak menjawab 8
6,6 14
11,5 22
18 Jumlah
61 50
61 50
122 100
Sumber: Data Primer 2010
Tabel 4.43 memperlihatkan data tentang tanggapan responden mengenai pernyataan “saat ini etnis Jawa memiliki akses yang sama dalam hal kepemilikan
tanah”. 81 orang responden 66,4, diantaranya 41 orang laki-laki 33,6 dan 40 orang responden perempuan 32,8 menjawab setuju dengan pernyataan tersebut.
19 orang responden 15,6, diantaranya 12 orang laki-laki 9,8 dan 7 orang perempuan 5,7 tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Sedangkan 22 orang
responden lain 18, diantaranya 8 orang laki-laki 6,6 dan 14 orang perempuan 11,5 tidak bersedia memberikan jawaban.
Gambaran yang diperoleh dari penyajian data pada tabel 4.43 adalah bahwa responden komunitas Jawa Muslim, baik laki-laki dan perempuan menganggap
bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama dalam hal kepemilikan tanah. Kepemilikan tanah di Kota Medan tidak lagi berdasarkan atas hak ulayat, sehingga
siapapun yang memiliki kemampuan ekonomi dapat membeli dan memiliki tanah dengan bebas di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
4.3.4. Aspek Budaya Komunitas Jawa Muslim di Kota Medan 4.3.4.1. Pengetahuan Terhadap Budaya Jawa