4.3.1.3. Perkembangan Jaringan Sosial
Jaringan sosial adalah salah satu variabel dalam aspek sosial potensi konflik komunitas Jawa Muslim. Jaringan sosial dalam penelitian dilihat berdasarkan jumlah
teman yang berasal dari kelompok etnis dan agama berbeda. Jumlah teman dalam jaringan sosial menunjukkan feksibilitas dan keterbukaan responden komunitas Jawa
Muslim terhadap orang yang berbeda etnis dan agama. Dengan demikian, semakin banyak jumlah teman, semakin fleksibel responden dalam berinteraksi.
Selengkapnya, data mengenai komposisi responden berdasarkan jumlah teman yang berbeda etnis dan adama dapat dilihat pada tabel 4.25.
Tabel 4.25. Komposisi Responden Berdasarkan Jumlah Teman yang Berbeda Etnis dan Agama
No Jumlah Teman Laki-laki
Perempuan Total
n f
n f
N F
a 16 orang
18 14,8
6 4,9
24 19,7
b 11 – 15 orang
15 12,3
15 12,3
c 5 – 10 orang
15 12,3
14 11,5
29 23,8
d 5 orang
22 18
22 18
44 36
e Tidak ada
8 6,6
2 1,6
10 8,2
Jumlah 61
50 61
50 122
100
Sumber Data: Data Primer 2010
Tabel 4.25. menampilkan 24 responden 19,7 memiliki lebih dari 16 orang teman yang berbeda etnis dan agama, dengan proporsi 18 orang 14,8 laki-laki dan
6 orang 4,9 perempuan. 15 orang responden laki-laki 12,3 memiliki 11-15 orang teman yang berbeda etnis dan agama. Responden yang memiliki 5-10 orang
teman berbeda etnis dan agama berjumlah 29 23,8,dengan proporsi 15 orang
Universitas Sumatera Utara
12,3 laki-laki dan 14 orang 11,5 perempuan. Sementara responden yang memiliki teman kurang dari 5 orang berjumlah 44 36, dengan proporsi seimbang
antara laki-laki dan perempuan sebanyak 22 orang 18. Hanya 10 responden 8,2 saja yang tidak memiliki teman dari etnis dan agama berbeda, dengan proporsi
8 orang 6,6 laki-laki dan 2 orang 1,6 perempuan. Analisis terhadap penyajian data menunjukkan bahwa segregasi berdasarkan
identitas agama mempengaruhi penilaian mereka dalam memilih teman, meskipun mereka hampir setiap hari bergaul dengan orang yang berbeda agama. Tentunya, hal
ini dapat membuat jaringan sosial lintas etnis dan agama tidak dapat berkembang dengan baik, sehingga potensi konflik akan tetap bertahan.
4.3.2. Aspek Ekonomi Komunitas Jawa Muslim di Kota Medan 4.3.2.1. Kecemburuan Sosial
Kecemburuan sosial merupakan salah satu sikap yang muncul karena adanya kesenjangan status sosial ekonomi yang ada di masyarakat. Kecemburuan sosial patut
diwaspadai, sebab sikap ini memberikan kontribusi yang tidak sedikit dalam konlik bernuansa etnis dan agama di Indonesia dalam dasawarsa terakhir. Oleh sebab itu,
kecemburuan sosial dikategorikan ke dalam aspek ekonomi dari potensi konflik komunitas Jawa Muslim di Kota Medan. Kecemburuan sosial dalam penelitian
mencakup beberapa hal, diantaranya; pandangan terhadap tetangga yang memiliki kemampuan ekonomi lebih tinggi, serta pandangan terhadap tetangga yang status
sosialnya lebih tinggi. Data selengkapnya dapat dilihat dalam penyajian data berikut.
Universitas Sumatera Utara