perencanaan yang ditetapkan oleh Deli Maatschapij, yang saat itu menguasai perekonomian melalui sistem perkebunan. Hal ini kemudian menjadi magnet bagi
para pendatang dari berbagai daerah. Dengan modal yang dimiliki, mereka datang untuk mewujudkan mimpi-mimpi dan membuka lembaran baru kehidupan mereka di
kampung kecil bernama Medan.
4.2. Karakteristik Responden
Penelitian dilakukan dengan melibatkan 122 responden, yang ditarik dengan metode penarikan sampel acak bertingkat multistage random sampling. Responden
yang terjaring terdiri atas laki-laki dan perempuan dengan proporsi yang seimbang equal, yakni 61 responden laki-laki dan 61 responden perempuan. Seluruh sampel
terdiri dari kelompok umur yang bervariasi sesuai dengan teknik pemilihan sampel secara purposif, agar pendapat dari keseluruhan populasi dapat terwakili dengan lebih
baik. Untuk lebih jelas, komposisi responden berdasarkan usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3. Komposisi Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin No
Usia Laki-laki
Perempuan Total
n f
n f
N F
a 16 – 25
13 10,6
27 22,1
40 32,8
b 26 – 35
12 9,8
12 9,8
24 19,8
c 36 – 45
11 9
10 8,2
21 17,2
d 46 – 55
18 14,8
10 8,2
28 23
e 55
7 5,7
2 1,6
9 7,3
Jumlah 61
50 61
50 122
100
Sumber Data: Data Primer 2010
Universitas Sumatera Utara
Data di atas menunjukkan bahwa responden didominasi oleh responden dengan usia 16-25 tahun sebanyak 40 orang 32,78, dengan proporsi responden
laki-laki sebanyak 13 orang 10,6 dan responden perempuan berjumlah 27 orang 22,1. Responden dengan dengan usia 26-35 sebanyak 24 orang 19,68, dengan
proporsi yang sama antara laki-laki dan perempuan sebanyak 12 orang 9,8. Kemudian, responden dengan kelompok umur 36-45 berjumlah 21 orang 17,21,
dengan reponden laki-laki berjumlah 11 orang 9 dan responden perempuan sebanyak 10 orang 8,2. Responden dengan usia 46-55 berjumlah 28 orang
22,95, dengan proporsi responden laki-laki sebanyak 18 orang 14,8 dan responden perempuan sebanyak 10 orang 8,2. Responden dengan usia 55
berjumlah 9 orang 7,38, dengan proporsi responden laki-laki sebanyak 7 orang 5,7 dan responden perempuan sebanyak 2 orang 1,6.
Responden komunitas jawa Muslim didominasi oleh responden dengan kelompok usia muda dengan kisaran usia 16-25 tahun, Perspektif konflik memandang
hal ini sebagai salah satu potensi konflik, dimana pada usia tersebut seseorang telah dimasukkan dalam kategori angkatan kerja. Secara tidak langsung, kompetisi dalam
memperoleh lapangan pekerjaan akan semakin ketat, segregasi antarkelompok etnis dan agama juga memiliki kemungkinan untuk meningkat karena keterbatasan
lapangan pekerjaan di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4. Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Pekerjaan No Jenis Pekerjaan
Laki-laki Perempuan
Total n
f n
f N
F a
Profesional 6
4,9 8
6,6 14
11,5 b
TNIPolri 4
3,3 2
1,6 6
4,9 c
PNS 7
5,7 3
2,5 10
8,2 d
Kary. Swasta 16
13,1 13
10,7 29
23,8 e
Wiraswasta 14
11,5 10
8,2 24
19,7 f
Lain-lain 5
4,1 6
4,9 11
9 g
Tidak bekerja 9
7,4 19
15,6 28
23 Jumlah
61 50
61 50
122 100
Sumber Data: Data Primer 2010
Data di atas menunjukkan bahwa 14 orang responden 11,5 bekerja sebagai profesional guru, dosen, dokter, dan sebagainya, dengan proporsi 6 orang 4,9
responden laki-laki dan 8 orang 6,6 responden perempuan. Responden yang berprofesi sebagai TNIPolri sebanyak 6 orang 5, dengan proporsi 4 orang 3,3
responden laki-laki dan 2 orang 1,6 responden perempuan. Kemudian, 10 orang responden 8,2 bekerja sebagai PNS, dengan proporsi 7 orang 5,7 responden
laki-laki dan 3 orang 2,5 responden perempuan. 29 orang responden 23,8 bekerja sebagai pegawai swasta, dengan proporsi 16 orang 13,1 responden laki-
laki dan 13 orang 10,7 responden perempuan. Terdapat 24 orang responden 19,7 yang membuka usaha sendiri, dengan proporsi 14 orang 11,5 responden
laki-laki dan 10 orang 8,2 responden perempuan. 11 orang responden 9 bekerja pada bidang lain yang belum terdefinisi, dengan proporsi 5 orang 4,1
responden laki-laki dan 6 orang 4,9 responden perempuan. sedangkan 28 orang responden 23 masih sekolah dan tidak bekerja, dengan proporsi 9 orang 7,4
responden laki-laki dan 19 orang 15,6 responden perempuan.
Universitas Sumatera Utara
Data di atas menghasilkan analisa bahwa sebagian besar responden komunitas Jawa Muslim di Kota Medan bekerja pada sektor swasta, baik usaha milik sendiri
19,7, maupun bekerja pada majikan sebagai karyawan swasta dengan berbagai jenis pekerjaan yang beragam 23,8. Jumlah responden yang bekerja pada
pekerjaan strategis justru relatif sedikit, seperti PNS 8,2, dan TNIPolri 4,9. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya akses etnis Jawa terhadap bidang-bidang
pekerjaan tersebut, sebab persaingan semakin ketat dan segregasi antarkelompok etnis memainkan peranan dalam memperoleh setiap akses terhadap pekerjaan-
pekerjaan strategis. Lebih lanjut, Jenis pekerjaan yang mereka geluti juga memiliki kontribusi
terhadap potensi konflik di lingkungan tempat tinggal mereka, yakni dalam hal kecemburuan sosial. Kecemburuan sosial muncul ketika seseorang merasa terganggu
ketika melihat tetangga sebelah, yang berbeda etnis atau agama memiliki pekerjaan yang relatif lebih tinggi status sosialnya dibandingkan dengan mereka.
Tabel 4.5. Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Penghasilan No
Penghasilan Laki-laki
Perempuan Total
n f
n f
N F
a Belum berpenghasilan
8 6,6
14 11,5
22 18
b Rp. 1 Juta
17 14
13 10,6
30 24,6
c Rp. 1 – 2 Juta
17 14
16 13,1
32 27
d Rp. 2 – 4 Juta
14 11,5
12 9,8
26 21,3
e Rp. 4 – 6 Juta
4 3,3
2 1,6
6 4,9
f Rp. 6 Juta
5 4,1
5 4,1
Jumlah 61
50 61
50 122
100
Sumber Data: Data Primer 2010
Universitas Sumatera Utara
Dari data yang disajikan pada tabel 4.5 diketahui bahwa 22 orang responden 18, diantaranya 8 orang laki-laki 6,6 dan 14 orang perempuan 11,5 belum
memiliki penghasilan. Sedangkan responden yang berpenghasilan kurang dari Rp. 1.000.000,- berjumlah 30 orang 24,6, diantaranya 17 orang laki-laki 14, dan
13 orang perempuan 10,3. Responden dengan tingkat penghasilan antara Rp. 1.000.000,- hingga Rp. 2.000.000,- sebanyak 32 orang 27, dengan proporsi 17
orang laki-laki 14 dan 16 orang perempuan 13,1. 26 responden 21,3, diantaranya 14 orang laki-laki 11,5 dan 12 orang perempuan 9,8 memiliki
tingkat penghasilan antara Rp. 2.000.000,- sampai Rp. 4.000.000,-. 6 orang responden 4,9 berpenghasilan antara Rp. 4.000.000,- sampai Rp. 6.000.000,-,
dengan proporsi 4 orang laki-laki 3,3 dan 2 orang perempuan 1,6. Hanya 5 responden 4,1 saja yang memiliki penghasilan lebih dari Rp. 6.000.000,-, yang
kesemuanya adalah laki-laki. Analisis terhadap data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden
komunitas Jawa Muslim berada pada tingkatan ekonomi menengah dan menengah ke bawah. Tentunya hal ini tidak dapat dilepaskan dari bidang pekerjaan yang mereka
geluti, yakni pada sektor-sektor swasta dengan penghasilan yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan pekerjaan-pekerjaan strategis, seperti; PNS, TNIPolri.
Rendahnya penghasilan dapat mengakibatkan kesenjangan ekonomi, terutama di lingkungan ketetanggaan. Kesenjangan ekonomi apabila dibumbui dengan isu
perbedaan etnis atau agama dapat menimbulkan konflik sosial yang relatif besar, seperti halnya konflik di Sampit, Ambon, dan Tarakan baru-baru ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6. Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan No
Tingkat pendidikan Laki-laki
Perempuan Total
n f
n f
N F
a Tidak pernah sekolah
1 0,8
1 0,8
b SD MI
6 4,9
2 1,6
8 6,6
c SMP MTs
12 9,8
6 4,9
18 14,8
d SMA MA
23 18,8
30 24,6
53 43,4
e Diploma
8 6,6
13 10,6
21 17,2
f Sarjana
11 9
10 8,2
21 17,2
Jumlah 61
50 61
50 122
100
Sumber Data: Data Primer 2010
Tabel 4.6. menunjukkan bahwa 1 orang responden laki-laki 0,8 tidak pernah sekolah. Responden berpendidikan SDMI sebanyak 8 orang 6,6, dengan
proporsi responden laki-laki sebanyak 6 orang 4,9 dan perempuan 2 orang 1,6. Responden yang berpendidikan SMPMTs sebanyak 18 orang 14,8, dengan
proporsi responden laki-laki sebanyak 12 orang 9,8 dan responden perempuan sebanyak 6 orang 4,9. Responden dengan tingkat pendidikan SMAMA sebanyak
53 orang 43,4, dengan proporsi responden laki-laki berjumlah 23 orang 18,8 dan responden perempuan 30 orang 24,6. Responden yang berpendidikan
Diploma sebanyak 21 orang 17,2, dengan proporsi responden laki-laki berjumlah 8 orang 6,6 dan responden perempuan sebanyak 13orang 10,6. Responden
berpendidikan sarjana masing-masing berjumlah 21 orang 17,2, dengan proporsi responden laki-laki sebanyak 11 orang 9 dan responden perempuan berjumlah 10
orang 8,2. Data di atas menunjukkan bahwa antara laki-laki dan perempuan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan mengenai jenjang pendidikan. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa kemauan untuk menempuh pendidikan relatif tinggi, serta tidak adanya pembedaan hak antara laki-laki dan perempuan dalam menempuh jenjang
pendidikan. Responden komunitas Jawa Muslim didominasi oleh responden dengan tingkat pendidikan SMA, hal ini berarti responden komunitas Jawa Muslim hanya
mampu menyelesaikan pendidikan pada tingkatan tersebut. Jumlah responden berpendidikan Diploma dan Sarjana jumlahnya relatif lebih kecil, sebab hanya sedikit
responden yang mampu menempuh jalur pendidikan hingga tingkat Diploma dan Sarjana. Apabila dilihat dengan menggunakan perpektif konflik, hal ini menimbulkan
potensi konflik yang relatif sedikit. Sebab orientasi hidup komunitas Jawa Muslim di Kota Medan adalah pekerjaan, bukan tingginya tingkat pendidikan yang dienyam.
4.3. Potensi Konflik Komunitas Jawa Muslim di Kota Medan