Icke Dina Putri K. Sitepu : Proses Penyelesaian Perkara Pidana Di Lingkungan Tni Studi Pada Pengadilan Militer Medan, 2007.
USU Repository © 2009
k. Kaurminku
: Kepala Urusan Administrasi dan Keuangan. Bertanggung jawab terhadap Administrasi keuangan
untuk persidangan Tunjangan Hakim, uang pengetikan, pengiriman berkas perkara,dll.
Sedangkan Bintara dan Tamtama berikut di bawah ini adalah merupakan pelaksana atas tugas–tugas dari tiap tiap Jabatan Ka Kepala di atas :
l. Batimin
: Bintara Tinggi Administrasi.
m. Bintara Pelaksana yang membantu Kataud.
n. Baurtu
: Bintara Urusan Tata Usaha. o.
Baurdal : Bintara Urusan Dalam.
p. Baurminra
: Bintara Urusan Administrasi Perkara. q.
Baurminu : Bintara Urusan Administrasi Umum.
r. Baurku
: Bintara Urusan Keuangan. s.
Taban : Tamtama Bantuan.
t. Tamudi
: Tamtama Pengemudi. u.
Juru Tik : Pengetik.
B. Peralihan Peradilan Militer
Undang–undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum . Sejalan dengan ketentuan
tersebut maka salah satu prinsip penting negara hukum adalah jaminan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka dan bebas dari pengaruh
kekuasaan lainnya.
Icke Dina Putri K. Sitepu : Proses Penyelesaian Perkara Pidana Di Lingkungan Tni Studi Pada Pengadilan Militer Medan, 2007.
USU Repository © 2009
Dalam usaha memperkuat prinsip kekuasaan kehakiman yang merdeka, sesuai dengan tuntutan reformasi di bidang hukum telah dilakukan perubahan
terhadap Undang-undang No. 14 Tahun 1970 tentang ketentuan–ketentuan pokok kekuasaan kehakiman dengan undang–undang nomor 35 Tahun 1999 tentang
Perubahan Undang–undang No. 14 Tahun 1970. Melalui perubahan Undang–undang Nomor 14 Tahun 1970 tersebut, pada
Undang undang Nomor. 35 Tahun 1999 telah diletakkan kebijaksanaan bahwa segala urusan mengenai peradilan baik yang menyangkut teknis yudisial maupun
urusan organisasi, administrasi, dan financial berada dibawah satu atap dibawah kekuasaan Mahkamah Agung R.I dan kebijaksanaan ini harus dilaksanakan paling
lambat 5 lima Tahun sejak diundangkannya Undang-undang No. 35 Tahun 1999.
Namun, mengingat sejak ditetapkannya perubahan mendasar yang dilakukan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 , maka
Undang–undang No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman sebagaimana telah diubah dalam Undang–undang No. 35 Tahun 1999
perlu dilakukan lagi penyesuaian dengan membentuk Undang–undang tentang Kekuasaan Kehakiman yang diatur dalam Undang-undang No. 4 Tahun 2004,
dimana dalam Undang–undang ini diatur mengenai badan Peradilan penyelenggara kekuasan kehakiman, asas–asas penyelenggara kekuasaan
kehakiman jaminan kedudukan dan perlakuan yang sama bagi setiap orang dalam hukum dan dalam mencari keadilan. Selain itu dalam Undang–undang Nomor . 4
Tahun 2004 ini diatur pula mengenai ketentuan yang menegaskan kedudukan
Icke Dina Putri K. Sitepu : Proses Penyelesaian Perkara Pidana Di Lingkungan Tni Studi Pada Pengadilan Militer Medan, 2007.
USU Repository © 2009
hakim sebagai pejabat yang melakukan kekuasaan kehakiman serta panitera, panitera pengganti, dan juru sita sebagai pejabat peradilan, pelaksanaan putusan
pengadilan, bantuan hukum dan badan–badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman
.
14
Dengan diberlakukannya Undang–undang No. 4 Tahun 2004 ini maka Undang–undang No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan–Ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman sebagaimana telah diubah dengan Undang–undang No. 35 Tahun 1999 dinyatakan tidak berlaku.
15
1. Pembinaan organisasi, administrasi, dan financial Pengadilan dalam
Lingkungan Peradilan Militer menjadi berada di Mahkamah Agung. Atas dasar Undang–undang No. 4 Tahun 2004 tersebut Presiden
Mengeluarkan Keputusan No. 56 tanggal 9 Juli 2004 mengenai Pengalihan Pembinaan Organisasi, Administrasi, dan Financial Pengadilan dalam Lingkungan
Pengadilan Militer dari MABES TNI ke Mahkamah Agung R.I dan untuk menindak lanjuti keputusan Presiden No. 56 Tahun 2004 tanggal 9 Juli 2004
tersebut maka terhitung sejak tanggal 30 Juni 2004 Pengadilan Militer telah berada satu atap dengan Mahkamah Agung.
Namun secara faktual serah terima pengadilan tersebut baru terlaksana pada hari rabu, tanggal 1 September 2004, yang pada halnya Pokok-pokok
pengaturan dan Keputusan Presiden No. 56 tersebut adalah sebagai berikut :
Yang dimaksud dengan Organisasi adalah kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan, dan struktur organisasi Pengadilan .
14
Badan Pembinaan hukum TNI, 2004, “Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman” penjelasan tentang UU No.4 Tahun 2004, hal 3
15
Pasal 48 UU No.4 tahun 2004 .
Icke Dina Putri K. Sitepu : Proses Penyelesaian Perkara Pidana Di Lingkungan Tni Studi Pada Pengadilan Militer Medan, 2007.
USU Repository © 2009
Yang dimaksud Administrasi ialah kegiatan di bidang kepegawaian, kekayaan Negara, keuangan, arsip, dan dokumen pada pengadilan .
Sedangkan yang dimaksud Financial ialah kegiatan anggaran . 2.
Pegawai Negri Sipil pada pengadilan dalam lingkungan Peradilan Militer beralih menjadi PNS pada Mahkamah Agung RI .
3. Sebelum sarana dan prasarana disediakan oleh Mahkamah Agung RI,
Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan Militer masih tetap menggunakan sarana dan prasarana Mabes TNI. Untuk itu maka biaya pemeliharaannya
dibebankan kepada Mahkamah Agung RI sebagai pemakai. 4.
Biaya yang diperlukan dalam pembinaan organisasi, administrasi, dan financial Tahun 2004 masih di bebankan pada Mabes TNI dan untuk Tahun
selanjutnya kepada Mahkamah Agung RI.
16
Kemudian atas dasar Keputusan Presiden tersebut Panglima TNI dan Ketua Mahkamah Agung RI mengadakan serah terima wewenang pembinaan
organisasi, administrasi, dan financial Pengadilan dalam Lingkungan Pengadilan Militer dan menyepakati kerja sama dalam pembinaan personel dan mengenai
penggunaan serta perawatan asset dan barang inventaris dalam 2 Keputusan bersama yaitu :
1. Nomor : KMA 065 A SKB IX 2004 dan Skep 420 IX 2004
Tanggal 1 September 2004. Tentang kerjasama dalam pembinaan personel Militer bagi Prajurit TNI
yang bertugas pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Militer.
16
Sonson Basar, 2006, Perkembangan Peradilan Militer Setelah Berada Dibawah Organisasi Mahkamah Agung R.I, Dirjen TUN MIL MARI ,hal 3
Icke Dina Putri K. Sitepu : Proses Penyelesaian Perkara Pidana Di Lingkungan Tni Studi Pada Pengadilan Militer Medan, 2007.
USU Repository © 2009
2. Nomor : KMA 065 A SKB IX 2004 dan Skep 421 IX 2004
Tanggal 1 September 2004. Tentang penggunaan dan perawatan aset dan barang inventaris Mabes TNI
oleh Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan Militer.
17
1. Dikbagum dan Dikbagspes keprajuritan dilaksanakan oleh Mabes TNI
setelah dikordinasikan dengan Mahkamah Agung. Mengenai pokok–pokok kerjasama dalam pembinaan personel Militer bagi
prajurit TNI yang bertugas pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Militer Surat Keputusan bersama No: KMA 065 A SKB IX 2004 dan Skep 420
IX 2004 Tanggal 1 September 2004 dapat disimpulkan sebagai berikut :
2. Pendidikan profesi dan pembinaan kemampuan teknis yudisial Hakim dan
Panitera dilaksanakan oleh Mahkamah Agung. 3.
Kebutuhan personel Militer untuk menduduki jabatan struktural maupun fungsional disediakan oleh Mabes TNI atas permintaan Mahkamah Agung.
4. Prajurit yang menduduki jabatan struktural danatau fungsional pada
pengadilan dalam lingkungan peradilan Militer adalah berstatus prajurit aktif.
5. Pengangkatan dalam dan pemberhentian dari jabatan struktural bagi prajurit
yang bertugas pada pengadilan dalam lingkungan Peradilan Militer ditetapkan dengan skep Panglima TNI atas usul ketua MA danatau atas
pertimbangan Mabes TNI. Pelaksanaan dari Skep Panglima tersebut ditetapkan dengan Surat Keputusan oleh Ketua MA.
17
Ibid, hal 4
Icke Dina Putri K. Sitepu : Proses Penyelesaian Perkara Pidana Di Lingkungan Tni Studi Pada Pengadilan Militer Medan, 2007.
USU Repository © 2009
6. Kenaikan Pangkat diproses danatau ditentukan oleh Mabes TNI atas usul
MA danatau atas pertimbangan Mabes TNI. Demikian pula mengenai pemberentian dari dinas keprajuritan, baik dengan hormat maupun dengan
tidak hormat . 7.
Perawatan kedinasan bagi prajurit dilaksanakan oleh Mabes TNI, kecuali tunjangan jabatan dilaksanakan oleh Mahkamah Agung.
Telah diketahui bersama seperti yang telah dijabarkan diatas, pada intinya personel TNI dalam hal kenaikan pangkat, pemberhentian dari jabatan,
penempatan personel masih tetap dilaksanakan oleh MABES TNI namun hal tersebut juga atas usulan dari Mahkamah Agung R.I, sedangkan mengenai
Keputusan Bersama Nomor : KMA 065 A SKB IX 2004 dan Skep 421 IX 2004 Tanggal 1 September 2004 Tentang Penggunaan dan Perawatan Aset dan
Barang Inventaris Mabes TNI oleh Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan Militer telah jelas bahwa aset dan barang inventaris milik MABES TNI yang telah
ada untuk sementara dipinjamkan dan dipergunakan untuk keperluan dinas menunggu tersedianya sarana dan prasarana yang disediakan Mahkamah Agung .
Untuk itu, maka perawatan aset milik MABES TNI tersebut seluruhnya dibebankan kepada Mahkamah Agung.
C. Kendala – kendala yang dihadapi dalam Peralihan Peradilan Militer