Icke Dina Putri K. Sitepu : Proses Penyelesaian Perkara Pidana Di Lingkungan Tni Studi Pada Pengadilan Militer Medan, 2007.
USU Repository © 2009
Jika ada pendapat ataupun kutipan dari penulisan ini, semata–mata adalah sebagai faktor pendukung dan pelengkap dalam usaha menyusun dan
menyelesaikan skripsi.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian Huku m Militer
Huku m Milite rdalam pengertiannya terbagi atas 2 suku kata yaitu “Hukum” dan “Militer”, dimana pada tiap suku kata memiliki arti yang berbeda.
Pada Bukunya, P.A.F Lamintang menyimpulkan bahwa Pengertian Hukum itu ada 10, yaitu :
4
a. Sekumpulan peraturan untuk tindakan manusia yang diturunkan oleh
Tuhan. b.
Sekumpulan aturan yang bersifat tradisional atau yang tercatat, dimana kebiasaan tersebut dipelihara dan dinyatakan.
c. Suatu peraturan yang tercatat mengenai orang–orang tua yang bijaksana
yang telah mempelajari jalan yang aman atau secara ketuhanan disetujui oleh manusia.
d. Suatu sistem prinsip–prinsip yang ditemukan secara filosofis yang
menyatakan sifat dasar benda–benda terhadapnya manusia seharusnya menyesuaikan perbuatannya.
e. Suatu kumpulan persetujuan–persetujuan orang dalam masyarakat yang
terorganisir secara politik mengenai hubungan – hubungan mereka dengan satu sama lain.
f. Suatu refleksi mengenai alasan yang bersifat ketuhanan yang menentukan
alam semesta. g.
sekumpulan perintah–perintah otoritas yang berkuasa didalam suatu masyarakat yang terorganisir secara politis yang berkenaan dengan
bagaimana manusia seharusnya berprilaku.
h. Suatu sistem aturan yang ditemukan melalui pengalaman manusia dimana
kehendak manusia secara individual boleh merealisir kebebasan yang paling lengkap secara konsisten memungkinkan dengan kebiasaan yang
sama dari kehendak orang–orang lain.
4
P.A.F Lamintang, Dasar – dasar Hukum Pidana Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, 2005, hal 5.
Icke Dina Putri K. Sitepu : Proses Penyelesaian Perkara Pidana Di Lingkungan Tni Studi Pada Pengadilan Militer Medan, 2007.
USU Repository © 2009
i. Sesuatu sistem prinsip-prinsip yang ditemukan secara filosofi dan
dikembangkan secara rinci oleh tulisan yuristis dan keputusan yudisial . j.
Sekumpulan peraturan–peraturan yang dikenakan pada manusia didalam masyarakat oleh golongan yang dominant untuk sementara waktu dalam
memajukan keputusan–keputusannya baik secara sadar maupun tidak sadar.
Sedangkan istilah Militer berasal dari kata Yunani “Miles” yaitu orang yang siap tempur. Seorang yang siap tempur terlebih dahulu harus dididik dan
diorganisasikan melalui satuan–satuan tertentu untuk melaksanakan tugas pertahanan Negara guna menghadapi serangan musuh yang datang dari luar
maupun dari dalam Negara. Menurut tim Penelitan Badan Pembinaan Hukum TNI bekerjasama dengan
BPHN, Pengertian Huku m Militer adalah Landasan–landasan hukum khusus, tertulis maupun tidak tertulis yang berlaku dilingkungan angkatan bersenjata dan
lingkungan yang lebih luas dalam keadaan tertentu terutama dalam keadaan darurat atau perang.
5
Seorang ahli SR. Sianturi juga merumuskan tentang Hukum Militer, dimana menurutnya Huku m Militer adalah sebagai rangkaian dari ketentuan–
ketentuan, dimana rangkaian dari ketentuan–ketentuan tersebut menyatakan tentang penunjukan dan kedudukan dari orang–orang yang ditugaskan untuk
perang, tingkah laku dari militer, dan hal–hal yang menjadi kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan tugasnya.
6
Sedangkan ASS. Tambunan memberikan pengertian umum Hukum Militer, dimana menurut ASS. Tambunan Hukum Militer merupakan bagian
5
Brigjen TNI H.A.Afandi, Opcit hal 6
6
Ibid, hal 8
Icke Dina Putri K. Sitepu : Proses Penyelesaian Perkara Pidana Di Lingkungan Tni Studi Pada Pengadilan Militer Medan, 2007.
USU Repository © 2009
khusus dari berbagai bidang hukum Perdata, Pidana, Tata Negara dan Tata Usaha Negara, Hukum Internsional yang objeknya kehidupan militer khusus karena
hanya berlaku bagi militer dan angkatan perang, sedangkan fungsi Hukum Militer adalah agar militer dan TNI dapat melakukan tugas dan kewajibannya sesuai
dengan ketentuan Perundang-undangan.
7
Dalam Pasal 64 UU 34 tahun 2004 tentang TNI dinyatakan pula tentang Hukum Militer yaitu “Hukum yang dibina
dan dikembangkan oleh Pemerintah untuk kepentingan penyelenggaraan pertahanan Negara.”
8
Berikut Penulis menuturkan secara ringkas Riwayat Hukum Militer di Indonesia yang dituangkan dalam KUHPM :
2. Sejarah Huku m Militer di Indonesia
9
a. Tahun 1799 Zaman Penjajahan Belanda
KUHPM crimineel wetboek voor de militia van de staat disamping KUHP direncanakan dan selesai pada tahun 1799. Isinya terdiri dari 3
bagian. Bagian pertama tentang jurisdiksi Peradilan Militer, bagian Kedua hanya memuat beberapa kejahatan militer saja dan tidak dinyatakan bahwa
KUHP berlaku juga bagi militer, sebagaimana yang kita lihat sekarang ini pada Pasal 1,2, dan 3 KUHPM, serta bagian ketiga tentang hukum acaranya.
7
Ibid, hal 10
8
2004, Undang – undang Republik Indonesia No. 34 tahun 2004 tentang TNI, Babinkum ABRI, hal 103
9
S.R . Sianturi, Hukum Pidana Militer di Indonesia, Jakarta, Alumni AHM- PTHM,1985., hal-13
Icke Dina Putri K. Sitepu : Proses Penyelesaian Perkara Pidana Di Lingkungan Tni Studi Pada Pengadilan Militer Medan, 2007.
USU Repository © 2009
b. Tahun 1807
Suatu panitia selesai membuat RUU WvMS dan Hukum Acara Pidana Militer AD. Panitia ini juga yang merancang KUHPM bagi Angkatan Laut.
Jadi tidak dianut kesatuan hukum bagi AD dan AL. Sementara itu AU belum dikenal, Undang–undang ini belum sempat
berlaku, Negeri Belanda diduduki oleh Prancis pada zaman Nepoleon pada tahun 1810.
c. Tahun 1813
Negeri Belanda berdaulat kembali dan dinyatakan “KUHPM tahun 1799” berlaku. Sementara itu pada tahun 1813 suatu panitia dibentuk untuk
membuat RUU yang baru. Diselesaikan pada tahun 1814. RUU yang baru ini terdiri dari “KUHPM dan KUHDM” yang akan berlaku bagi Angkatan
Darat dan Laut. Pada tahun 1814 juga RUU ini beserta Hukum Acara bagi AD, Hukum Acara bagi AL dan Hukum Acara bagi HMG di setujui dan
berlaku sebagai Undang–undang. d.
Tahun 1886 Sehubungan dengan diberlakukannya KUHP baru di Nederland pada
tahun 1870 yang ciri khasnya adalah penghapusan pidana mati, maka pada tahun 1886 kepada Prof. VAN DER HOEVEN, guru besar Universitas di
Leiden ditugaskan untuk membuat serta menyusun KUHPM sesuai dengan sistematika KUHP baru tersebut. Beliau telah berhasil mensistematisirnya
dalam dua bagian dan yang berlaku baik bagi AD Angkatan Darat maupun AL Angkatan Laut. Dalam RUU KUHPM ini, pidana mati masih tetap
Icke Dina Putri K. Sitepu : Proses Penyelesaian Perkara Pidana Di Lingkungan Tni Studi Pada Pengadilan Militer Medan, 2007.
USU Repository © 2009
diancamkan pada kejahatan – kejahatan tertentu. Beliau berhasil membuat buku “Militair Straf en Tuchtrecht” Terdiri dari 3 bagian . Bagian ke-4
dilanjutkan oleh MR. P.A. KEMPEN, yang selanjutnya dikemudian hari banyak di pedomani. Pada tahun 1894 Parlemen Belanda bubar sebelum ada
persetujuan tentang RUU ini, yang berakibat RUU tersebut harus diusulkan lagi.
e. Tahun 1903
RUU KUHPM, KUHDM serta Susunan dan Kompetensi Peradilan Militer tersebut yang dibuat oleh panitia Van Der HOEVEN diajukan
kembali ke Tweede Kamer pada tahun 1897 setelah disempurnakan pada tahun 1895. Tahun 1902 setelah Tweede Kamer mempelajarinya lalu
menyetujuinya. Pada tahun 1903 diteruskan kepada Eerste Kamer yang pada tahun itu juga dikembalikan kepada pemerintah setelah disetujuinya. Pada
tahun 1903 ini dapat disebut sebagai awal dari hukum Pidana Militer yang modern . Dengan keputusan Raja pada tanggal 27–4–1903 dijadikan
Undang–undang, akan tetapi baru mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1923 di Negeri Belanda, sebagai akibat berkecambuknya Perang Dunia Pertama
K.B. 2 September 1922, Stbl. Nr. 514,515. f.
Tahun 1934 Atas dasar politik konkordansi, maka pada tanggal 2 September 1933
Gubernur Jendral de JONGE menyampaikan rencana KUHPM dan KUHDM yang hampir sama dengan KUHPM dan KUHDM yang berlaku di
Icke Dina Putri K. Sitepu : Proses Penyelesaian Perkara Pidana Di Lingkungan Tni Studi Pada Pengadilan Militer Medan, 2007.
USU Repository © 2009
Nederland kepada VOLKSRAAD Ned. Indie lengkap dengan mvt memorie van toelichting–nya.
Setelah mengalami beberapa amandemen maka terjadilah KUHPM dan KUHDM yang di undangkan dengan Stbl. 1934 Nr. 167 dan 168 yang hari
mulai berlakunya ditetapkan tanggal 1 Oktober 1934 dengan Keputusan Gubernur Jendral tanggal 25 Maret No. 35 Bbl. 1934 Nr. 337 yang pada
tahun ini juga berlaku suatu ordonansi baru tentang “Ketentuan–ketentuan tentang Kekuasaan Kehakiman Militer di Hindia Belanda” LN. 1934 Nr.
173, ordonansi No.16 tanggal 28 Maret 1934. g.
Zaman Penjajahan Jepang Pada jaman penjajahan Jepang selama 3 ¼ tahun 1942 – 1945
KUHPM dan KUHDM tidak diberlakukan. h.
Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945 KUHPM dan KUHDM tersebut pada huruf “f” diatas berdasarkan
Pasal PERALIHAN diatas dari UUD 1945 dan Perpem No.2 Th. 1945 berlaku di Indonesia. Kemudian diadakan perubahan, pengurangan dan
penambahan terhadap kedua Undang–undang tersebut dengan UU Nomor. 39 dan 40 pada tahun 1947 yang hingga kini masih berlaku. Undang–undang
pelaksanaan dari KUHPM yang dibuat pada tahun 1946, diperbaharui pada tahun 1950 dengan UU Drt. No. 16 Th. 1950 jo UU No. 5 Th. 1950 LN.
No. 52 Th. 1950 tentang susunan dan kekuasaan peradilan dan kejaksaan dalam lingkungan Peradilan Militer, serta UU Drt. No. 17 Th. 1950 jo UU.
Icke Dina Putri K. Sitepu : Proses Penyelesaian Perkara Pidana Di Lingkungan Tni Studi Pada Pengadilan Militer Medan, 2007.
USU Repository © 2009
No. 6 Th. 1950 LN. No. 53 Th. 1950 tentang Hukum Acara Pidana Militer yang kemudian diubah dan ditambah dengan UU No. 1 Drt. Th. 1958.
Untuk memudahkan mempelajari Hukum Pidana pada umumnya dikenal suatu sistematika umum untuk membedakan dan menentukan bagian–bagian
hukum pidana. Salah satu cara pembagian dari Hukum Pidana dalam arti material pada umumnya adalah Hukum Pidana umum dan Hukum Pidana Khusus,
kekhususan tersebut ada yang didasarkan kepada suatu materi tertentu misalnya : tentang korupsi, narkotika, perdaganganekonomi dan ada yang didasarkan kepada
golongan justiabel tertentu misalnya : yang berlaku pada golongan militer yang dipersamakan.
3. Kedudukan Huku m Militer
Untuk memudahkan mempelajari Hukum Pidana pada umumnya dikenal suatu sistematika umum untuk membedakan dan menentukan bagian–bagian,
dimana pada skema yang akan diurai di bawah ini kita dapat melihat bahwa kedudukan Hukum Pidana Militer adalah merupakan bagian dari Hukum Pidana
Materil, yang dalam hal ini KUHPM adalah merupakan “bagian” atau cakupan dari Hukum Pidana Militer dalam arti Materil. Sedangkan Undang–Undang
Hukum Acara Pidana Militer dan perundang–undangan lainnya seperti Undang– undang tentang pelaksanan mati, dan lain sebagainya adalah
merupakan bagian
hukum Pidana Militer dalam
arti formal.
Icke Dina Putri K. Sitepu : Proses Penyelesaian Perkara Pidana Di Lingkungan Tni Studi Pada Pengadilan Militer Medan, 2007.
USU Repository © 2009
Pada bukunya, S.R Sianturi menentukan bagian–bagian dari Hukum Pidana pada skema dibawah ini :
10
Skema 1 Skema Bagian–bagian dari Hukum Pidana
Hukum Pidana Terbagi atas dua yaitu Hukum Pidana dalam arti Objektif dan Hukum Pidana dalam arti Formil. Yang di maksud dengan Hukum Pidana
dalam arti Objektif adalah semua peraturan yang mengandung keharusan atau larangan sedangkan yang dimaksud dengan Hukum Pidana dalam arti Subjektif
ialah hak Negara atau alat-alat untuk menghukum berdasarkan Hukum Pidana
10
Ibid, hal 17
Hukum Pidana HP HP dalam arti objektif
HP dalam arti Subjektif HP dalam arti Materil
HP dalam arti Formal -
KUHAP -
Undang – undang Hukum Acara Pidana Militer No.1
Drt.Th.1958
-
Beberapa Pasal
dari Undang – undang Tindak
Pidana Korupsi
, Subversi dan lain – lain
- KUHP
- KUHPM
- Undang – undang Tindak
Pidana Korupsi -
Undang – undang Subversi -
Undang – undang lalu lintas dan lain – lain
Sanksi Ketentuan
Umum Tindak
Pidana Norma -
norma
Icke Dina Putri K. Sitepu : Proses Penyelesaian Perkara Pidana Di Lingkungan Tni Studi Pada Pengadilan Militer Medan, 2007.
USU Repository © 2009
Objektif, namun Hukum Pidana Subjektif ini baru ada setelah ada peraturan –
peraturan dari Hukum Pidana Objektif terlebih dahulu.
11
a. Wajib Militer Wamil diluar dinas.
Hukum Pidana dalam arti Objektif terbagi pula menjadi dua bagian yaitu dalam arti Materil dan dalam arti formal. Hukum Pidana Materil adalah peraturan-
peraturan yang mengatur perumusan dari kejahatan dan pelanggaran, contohnya perbuatan apa saja yang dapat dihukum, siapa yang dapat dihukum, dan dengan
hukuman apa dihukum. Sedangkan Hukum Acara Formil adalah Hukum yang mengatur cara-cara menghukum seseorang yang melanggar peraturan pidana
merupakan pelaksanaan dari Hukum Pidana Materil
4. Subjek Hukum Militer
Militer merupakan subjek dari Hukum Militer, namun dalam rangka penerapan Hukum Pidana Militer , ada beberapa orang yang dapat dipersamakan
dengan militer itu sendiri, yaitu :
b. Militer sukarela yang non aktif dari dinas Militer.
c. Bekas Militer.
d. Bekas Militer yang diberhentikan secara tidak hormat.
e. Anggota – anggota cadangan Nasional yang dipandang dalam dinas Militer.
f. Seseorang yang menurut kenyataannya bekerja pada Angkatan Perang.
g. Bekas Pensiunan Militer yang dipekerjakan Lagi dalam dinas Militer.
h. Komisaris – komisaris wajib Militer.
11
C.S.T. Kansil dan Christine S.T Kansil, Latihan Ujian Hukum Pidana, Sinar Grafika,1995, hal 7
Icke Dina Putri K. Sitepu : Proses Penyelesaian Perkara Pidana Di Lingkungan Tni Studi Pada Pengadilan Militer Medan, 2007.
USU Repository © 2009
i. Pensiunan perwira anggota peradilan militer yang berpakaian seragam,
setiap kali mereka melakukan dinas sedemikian itu . Psl. 49 1 KUHPM. j.
Seorang yang memakai pangkat titular.
k.
Militer Asing
.
F. Metode Penelitian