memberikan jawaban dengan langsung membagi pizza menjadi enam bagian. Hal ini menunjukan pada saat proses pembelajaran TAPPS siswa sudah terbiasa
memberikan jawaban yang paling sederhana. Sedangkan siswa pada kelompok kontrol memberikan jawaban dengan mencari sudut sebuah pizza, lalu mencari
luas sepotong pizza dengan menggunakan rumus luas juring. Jawaban yang diberikan oleh siswa kelompok kontrol maupun siswa pada kelompok eksperimen
benar, hanya saja menggunakan cara yang berbeda.
b. Indikator Drawing
Indikator selanjutnya dalam komunikasi matematik adalah drawing dimana siswa dituntut untuk dapat merefleksikan benda nyata, gambar, dan
diagram dalam ide matematika. Indikator ini terdapat pada soal nomor 2 dan 5.
Soal nomor 2
Pak Danu akan membuat taman berbentuk persegi dengan panjang sisi 30 m. Taman itu terdiri dari lapangan rumput yang ditengah-tengahnya dibuat taman
bunga berbentuk lingkaran yang berdiameter 20m. a. Buatlah sketsa gambar dari soal di atas
b. Hitunglah besar biaya untuk menanam rumput, jika biaya penanaman rumput tiap m
2
Rp 7.500,00 Contoh jawaban siswa pada kelompok kontrol
Contoh jawaban siswa pada kelompok eksperimen
Jawaban yang diberikan oleh siswa pada kelompok kontrol kurang tepat, lingkaran yang digambarkan didalam persegi berhimpit. Karena seharusnya
dengan panjang diameter lingkaran dan sisi persegi yang berbeda kedua bangun tersebut tidak berhimpit. Siswa pada kelompok eksperimen menggambarkan
sketsa taman dengan memberikan jarak antara lingkaran dengan persegi. Hal ini menunjukan proses pembelajaran TAPPS pada saat problem solver menjelaskan
kepada listener, peran listener sangat berpengaruh dalam memperhatikan setiap detail hasil jawaban problem solver ketika ada kesalahan. Sehingga siswa sudah
terbiasa memperhatikan setiap detail dari jawaban soal yang diberikan. Ini menunjukan bahwa siswa tersebut sudah bisa mengkomunikasikan soal kedalam
bentuk gambar.
Soal nomor 5
Sebuah helikopter bergerak dari titik A ke titik C dengan lintasan berbentuk ½ lingkaran. Pada titik A berada di ketinggian 10 km, pada titik B turun
sampai ketinggian 5 km, pada titik C naik lagi sampai di ketinggian 10 km. Kemudian mendarat dari titik C ke titik D membentuk garis lurus sampai
ketinggian 0 km. a. Buatlah sketsa dari gambar diatas
b. Berapakah panjang lintasan yang ditempuh helikopter, dari titik A ke titik C?
Contoh jawaban siswa pada kelompok kontrol
Contoh jawaban siswa pada kelompok eksperimen
Jika dilihat dari hasil sketsa sudah jelas jawaban siswa pada kelompok eksperimen mampu menterjemahkan soal dengan membuat setengah lingkaran
yang menghubungkan antara titik A, B dan C. Hal ini menunjukan proses pembelajaran TAPPS yang menggunakan soal pemecahan masalah dapat melatih
siswa dalam pemahaman soal, sehingga siswa tidak keliru dalam menterjemahkan soal kedalam bentuk gambar. Sedangkan siswa di kelompok kontrol membuat
sketsa dengan menggambar garis lurus ketika menghubungkan pada setiap titik. Ini menunjukan bahwa pemahaman terhadap soal masih belum tepat.
c. Indikator Mathematical Expression
Kemampuan komunikasi matematik yang diukur pada indikator mathematical expression adalah siswa dapat mengekspresikan konsep matematika
dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika, dan sebaliknya. Indikator ini diwakili ini oleh soal pada soal nomor 4 dan 6.
Soal nomor 4
Pada gambar di samping, PR adalah diameter lingkaran.
a. Buat model matematika untuk menyatakan besar sudut-sudut segitiga PQR
b. Jika PRQ = 2X° dan RPQ= X°. Tentukan
besar PRQ
Contoh jawaban siswa pada kelompok kontrol
Contoh jawaban siswa pada kelompok eksperimen
Dalam pengerjaaan soal nomor 4 ini ada perbedaan cara mengerjakan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok kontrol membuat
model matematik kurang tepat, sehingga tidak memperoleh solusi yang tepat. Sedangkan kelompok eksperimen membuat model matematika dari soal tersebut
lalu menunjukan proses yang benar agar mendapatkan solusi yang tepat. Hal ini menunjukan LKS pada setiap proses pembelajaran TAPPS yang menggunakan
soal pemecahan masalah melatih siswa terbiasa membuat model matematika dari
sebuah soal. Perbedaan cara mengekspresikan soal tersebut menyebabkan persamaan aljabar atau model matematika yang dibuatpun menjadi berbeda
sehingga jawaban yang diberikan oleh siswa kelompok eksperimen dan siswa kelompok kontrol berbeda.
Soal nomor 6
Perhatikan gambar disamping Jika gambar disamping merupakan sebuah
juring pada lingkaran dengan panjang jari-jari 10 cm dan besar
AOB = 45°. Tentukanlah keliling bidang AOB
Contoh jawaban siswa pada kelompok kontrol
Contoh jawaban siswa pada kelompok eksperimen
Siswa pada kelompok kontrol lebih fokus terhadap panjang busur dari lingkaran tersebut. Sehingga lupa bahwa ada dua sisi yang harus ditambahkan
dengan panjang busur lingkaran tersebut. Pada kelompok kontrol lebih banyak jawaban hanya pada panjang busurnya saja. Sedangkan siswa pada kelompok
eksperimen sudah mengerti bahwa ada 3 sisi yang harus ditambahkan termasuk panjang busur, dalam mencari keliling juring tersebut. Hal ini menunjukan proses
pembelajaran TAPPS melatih siswa memberikan jawaban secara sistematis dan mampu mengoreksi jawaban sampai akhir, ini merupakan manfaat dari peran
listener yang pernah siswa lakukan. Karena tugas listener yang sering siswa lakukan adalah memperhatikan setiap detail jawaban dan memeriksa jika ada
kesalahan. Sehingga dapat disimpulkan siswa kelompok eksperimen mampu membuat model matematika dari keliling juring tersebut.
2. Proses Pembelajaran Metode TAPPS
Penelitian ini dilakukan sebanyak 8 kali pertemuan dengan rincian 7 kali pertemuan untuk memberikan perlakuan dan 1 kali pertemuan untuk posttest.
Peneliti menggunakan dua kelas untuk dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu kelas VIII-3 terpilih sebagai kelompok eksperimen yang pembelajarannya
menggunakan metode TAPPS. Sedangkan kelas VIII-2 sebagai kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran ekspositori.
Adapun langkah pembelajaran yang menggunakan metode TAPPS di kelas eksperimen yaitu, pada setiap pertemuan masing-masing siswa diberikan Lembar
Kerja Siswa LKS yang didalamnya memuat langkah-langkah penyelesaian masalah dengan metode TAPPS. Setelah selesai mengerjakan LKS, siswa dibagi
kedalam kelompok kecil yang setiap kelompok terdiri dari dua siswa. Agar dalam setiap pertemuan siswa mempunyai pasangan yang berbeda-beda, maka dalam
memasangkan 2 siswa pada setiap pertemuan ada beberapa cara, yaitu dengan cara membagi kelompok dengan mengacak menggunakan nomor urut ganjil
dipasangkan dengan nomor urut genap, membagi kelompok dengan metode NHT Number Head Together, membagi kelompok dengan mengacak baris bangku
siswa, membagi kelompok dengan menyilangkan teman sebangku siswa. Setelah siswa dibagi secara berpasangan, lalu problem solver menjelaskan kepada listener,
siswa masih terlihat malu-malu dan tidak percaya diri pada saat menyampaikan
pendapatnya, begitu juga ketika listener menanggapi hasil kerja problem solver masih terlihat bingung untuk menanggapi apa.
Pembelajaran dengan metode TAPPS membuat siswa sangat antusias dan tertantang dalam menyampaikan ide jawaban kepada pasangannya. Akan tetapi
tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan ketika menemukan ide untuk menyelesaikan LKS yang tidak diajarkan sebelumnya. Hal ini karena siswa belum
terbiasa dengan pembelajaran yang menuntut siswa menemukan sendiri konsep matematikanya.
Karena sebelumnya
diperoleh informasi
bahwa pada
pembelajaran matematika siswa hanya diberikan setumpuk latihan-latihan soal yang penyelesaiannya serupa dengan contoh-contoh soal yang diberikan guru.
selain itu juga ada beberapa siswa yang kemampuan berhitungnya masih kurang seperti penjumlahan dan perkalian. Pada pertemuan selanjutnya sedikit demi
sedikit sudah mulai terbiasa dengan menggunakan metode TAPPS hal ini terlihat ketika proses pembelajaran berlangsung sudah mulai terlihat interaksi antara
problem solver dan listener. Setelah itu siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran yang
menggunakan metode TAPPS. Walaupun masih ada beberapa siswa yang belum berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Hal ini merupakan tugas guru untuk
selalu memotivasi mereka agar bisa terlibat dalam berlangsungnya sebagai problem solver dan listener.
Setelah siswa dibagi secara berpasangan, langkah selanjutnya yaitu mengemukakan ide jawaban yang tadi sudah dikerjakan antara problem solver
dengan listener dan selanjutnya bertukar peran. Guru sebagai fasilitator berkeliling kelas untuk membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam
melakukan perannya. Masalah-masalah yang terdapat dalam LKS mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan dalam mengemukakan ide
matematikanya. Setelah siswa selesai melakukan perannya pada setiap kelompok. Lalu ada perwakilan dari 1 kelompok untuk mempresentasikan hasil dari lembar
kerja yang mereka kerjakan. Lalu siswa yang lain memperhatikan presentasi dari perwakilan kelompok.
Setelah proses pembelajaran yang berlangsung 7 kali seperti proses pembelajaran di atas, terjadi perubahan perilaku pada diri siswa. Pada pertemuan
pertama masih banyak siswa yang tampak bingung dalam mengerjakan LKS yang diberikan karena mereka belum terbiasa mencari sendiri informasi yang diberikan
dalam menyelesaikan masalah pada LKS. Pada saat problem solver menjelaskan hasil pengerjaannya kepada listener,
siswa masih kesulitan dalam mengungkapkan ide dan gagasannya. Hal ini disebabkan oleh faktor kebiasaan siswa pada pembelajaran sebelumnya yang
bersifat pasif, siswa hanya mendengarkan guru dan mencatat apa yang ditulis guru dan kurang adanya interaksi antar siswa sehingga mereka belum terbiasa untuk
menyampaikan pendapat ataupun bertanya jika ada penjelasan yang belum dipahami.
Pada pertemuan-pertemuan selanjutnya, siswa mulai antusias mengikuti pembelajaran. Mereka lebih aktif dalam proses pembelajaran, mulai berani
menengemukakan gagasan dan ide-ide yang relevan dalam menyelesaikan masalah yang terdapat dalam soal dan listener sudah mulai mampu menanggapi
pendapat temannya. Sedangkan untuk kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran ekspositori.
Pembelajaran ekspositori di sekolah menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan latihan. Pertama-tama guru menerangkan materi dan memberikan contoh soal.
Keterlibatan siswa hanya sebatas mendengarkan dan mencatat konsep-konsep yang diberikan. Apabila ada siswa yang kurang pahammengerti, maka siswa
dapat bertanya kepada guru. Dalam proses pembelajaran yang dilakukan dikelas kontrol ini, siswa tidak
terlibat secara optimal dan cenderung pasif. Siswa tidak diberi kesempatan untuk bertukar pendapat dengan temannya dalam mengungkapkan ide dan gagasannya
didalam kelas. Dengan demikian, siswa belajar dengan hafalan. Namun kelebihan dari kelas kontrol ini adalah siswa dapat mengerjakan dengan lancar dan
sistematis terhadap soal yang diberikan guru, dengan catatan soal tersebut sesuai dengan contoh soal yang telah dijelaskan. Apabila soal yang diberikan berbeda
dengan contoh yang dijelaskan, maka siswa akan mengalami kesulitan untuk menyelesaikannya.
Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa perlakuan yang berbeda menyebabkan terjadinya hasil akhir yang berbeda antara kelas eksperimen yang
diajarkan dengan metode TAPPS dan kelas kontrol yang diajarkan dengan metode pembelajaran secara ekspositori. Hal ini dibuktikan dengan analisis data hasil
penelitian, ada perbedaan yang signifikan pada kemampuan komunikasi matematik siswa yang dipengaruhi oleh metode pembelajaran yaitu metode
TAPPS dengan pembelajaran secara ekspositori. Tes akhir kemampuan komunikasi matematik siswa dilakukan pada hari yang sama. Soal tes yang
diberikan sebanyak 6 soal berbentuk tes uraian.
C. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna. Berbagai upaya telah dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini agar diperoleh hasil yang optimal.
Namun demikian, masih ada beberapa faktor yang sulit dikendalikan sehingga membuat penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan diantaranya.:
1. Penelitian ini hanya dilaksanakan pada pokok bahasan Lingkaran, sehingga
belum bisa digeneralisasikan pada pokok bahasan materi lain. 2.
Siswa belum terbiasa dengan proses pembelajaran yang diajarkan dengan menggunakan metode TAPPS, sehingga peneliti harus lebih membimbing
setiap kelompok agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. 3.
Pembelajaran dengan metode TAPPS membutuhkan waktu yang cukup banyak, namun waktu yang tersedia terbatas sehingga diperlukan persiapan
dan pengaturan kelas yang baik.
72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mengenai pembelajaran matematika dengan metode TAPPS terhadap kemampuan komunikasi matematik
siswa di SMPN 178 Jakarta diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan dengan metode
pembelajaran TAPPS memiliki nilai persentase rata-rata perindikator 73,48. Tingkat indikator kemampuan komunikasi matematik dari yang
paling baik adalah indikator drawing dengan nilai persentase rata-rata 88,89, indikator written text dengan nilai persentase rata-rata 73,96, dan
indikator mathematical expression dengan nilai persentase rata-rata 61,46. Secara kualitatif, kemampuan komunikasi matematik yang dalam
pembelajarannya diterapkan metode TAPPS memiliki kemampuan drawing yang lebih tinggi dibandingkan kemampuan komunikasi pada indikator yang
lainnya. Hal ini terjadi karena siswa lebih mampu merefleksikan soal kedalam bentuk gambar.
2. Kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan dengan metode pembelajaran
TAPPS berbeda
dibandingkan dengan
kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan dengan metode pembelajaran
ekspositori terlihat dari pengujian hipotesis t
hitung
= 3,32 dan t
tabel
= 1.67
dengan taraf singnifikan 5 sehingga t
hitung
= 3,32 t
tabel
= 1.67
. Dengan demikian kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan dengan
metode pembelajaran TAPPS lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan dengan metode pembelajaran
ekspositori.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti dapat
memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Dengan adanya beberapa keterbatasan dalam melaksanakan penelitian ini, sebaiknya dilakukan penelitian lanjut yang meneliti tentang metode
pembelajaran TAPPS pada pokok bahasan lain dan pada jenjang sekolah yang berbeda.
2. Metode pembelajaran TAPPS sebaiknya lebih sering digunakan dalam proses pembelajaran matematika terutama materi lingkaran agar siswa
terbiasa dengan proses pembelajaran TAPPS dan dapat mengembangkan kemampuan komunikasi matematik mereka.
3. Guru yang hendak menggunakan metode TAPPS dalam pembelajaran matematika di kelas diharapkan mempunyai kemampuan persiapan dan
pengaturan kelas yang baik karena pembelajaran dengan metode TAPPS membutuhkan waktu yang cukup banyak.
74
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, Cet ke-9. 2009.
Barkley, Elizabeth F. Student Engagement Techniques: A Handbook For College Faculty. USA: PB Printing. 2010.
Howard, dkk. Highlights from Pisa 2009: Performance of US 15-year-old Students in Reading, Mathematics, and Science Literacy in an
International Context. US: NCES. 2010. Jonassen, David H. Learning to Solve Problem An Instructional Design Guide.
San Francisco: Pfeiffer. 2004. Kadir. Statistika Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT. Rosemata
Sampurna. 2010. Lince, Ester.
“Prestasi Sains dan matematika siswa Indonesia menurun”. http:www.edukasi.kompas.com, 2013.
Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia. 2011. Mudyahardjo, Redja. Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT Grafindo Persada. 2012.
NCTM. Principels ands Standards for School Mathematics. 2000. Nurhayati, Heti,
“Penerapan Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik
Siswa SMP ”, Skripsi pada Pendidikan Matematika UPI Bandung: 2012.
tidak dipublikasikan. Provasnik, Stephen. Highlight From TIMSS 2011 Mathematics and Science
Achievment of U.S. Fourth-and Eight-Grade Student in an International Context. 2012.
Rasyid, Harun. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima. 2009. Ruseffendi. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan Bidang Non-Eksakta Lainnya.
Bandung: PT Tarsito. 2005 Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Grup. 2010.
Satriawati, Gusni. “Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk
Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa”, Algoritma, Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika.
Jakarta: CeMED. 2006. Shadiq, Fadjar. Kemahiran Matematika. Yogyakarta: Departemen Pendidikan
Nasional. PPPPTK Matematika. 2009. Slavin.
“Thinking Aloud
Pair Problem
Solving TAPPS
”. http:www.wcer.wisc.edu
, 2012. Stice, J. E.
“Teaching Problem Solving”. http:www.csi.unian.it
, 2012. Subana. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia. 2001.
Sudjana. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. 2005. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2010.
Suharta, I Gusti Putu. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia. Laporan Penelitian IKIP Negeri Singaraja. Jakarta: Perpustakaan PDII LIPI. 2006.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2012.
Sumarmo, Utari. “Pembelajaran untuk Mengembangkan Kemampuan Berfikir
Matematik .” Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan
MIPA. Bandung: FPMIPA UPI, 2006a. ---------.
“Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa, Dan Bagaimana Dikembangkan Pada Peserta Didik.
” Makalah disampaikan pada Seminar Pendidikan Matematika di UNY. Yogyakarta: FMIPA UNY. 2006b.
---------. “Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika Pada Siswa Sekolah
Menengah. ” Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan
MIPA. Bandung: FPMIPA UPI. 2004. Syaban, Mumun.
“Menumbuh Kembangkan Daya Matematis Siswa”. http:educare.e-fkipunla.net
, 2013. Wardhani, Sri dkk. Program Bermutu: Pembelajaran Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Di SD. Kementrian Pendidikan Nasional. Yogyakarta: PPPPTK. 2010.
Whimbey, Arthur and J. Lochhead. “Problem Solving Comprehension”.
http:books.google.co.idbooks . 2013.
Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RPP Kelas Eksperimen
Sekolah : SMPN 178 Jakarta
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas Semester : VIII 2 Dua
Alokasi waktu : 8 x 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : 4 Menentukan unsur, bagian lingkaran serta
ukurannya
Kompetensi Dasar : 4.1
Menentukan unsur dan bagian-bagian lingkaran
4.2
Menghitung keliling dan luas lingkaran
4.3Menggunakan hubungan
sudut pusat,
panjang busur, luas juring dalam pemecahan masalah
Indikator :
4.1.1 Menyebutkan unsur-unsur dan bagian-bagian lingkaran : pusat lingkaran, jari-jari, diameter, busur,
talibusur, juring dan tembereng. 4.2.1 Menemukan nilai phi
4.2.2 Menentukan keliling lingkaran
4.2.3 Menghitung luas lingkaran. 4.3.1
Menghitung panjang busur, luas juring dan tembereng
4.3.2 Menjelaskan hubungan panjang busur, luas juring dan tembereng dalam pemecahan masalah
4.3.3 Menentukan panjang jari-jari lingkaran dalam dan lingkaran luar segitiga
4.3.4 Mendeskripsikan sudut pusat dan sudut keliling
4.3.5 Menjelaskan hubungan sudut pusat dan sudut keliling jika menghadapi busur yang sama
4.3.6 Menghitung besar sudut keliling jika menghadap diameter yang sama
A. Tujuan Pembelajaran:
Setelah selesai pembelajaran menggunakan metode Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS siswa dapat :
1. Menentukan unsur-unsur dan bagian-bagian lingkaran 2. Mengetahui nilai phi
3. Menentukan keliling lingkaran.
4. Menentukan luas bidang lingkaran. 5. Menentukan besarnya perubahan luas jika ukuran jari-jari berubah.
6. Menentukan panjang busur lingkaran 7. Menentukan luas juring lingkaran
8. Menentukan luas tembereng lingkaran 9. Menyelesaikan soal pemecahan masalah menggunakan hubungan
sudut pusat, panjang busur dan luas juring 10. Bekerja sama dalam kelompok, dapat mengemukakan pendapat dan
menghargai pendapat orang lain pada saat diskusi Karakter yang diharapkan :
1. Rasa ingin tahu 2. Ketelitian
3. Percaya diri 4. Komunikatif
5. Kerjasama
B. Materi Ajar :
Lingkaran
C. Metode Pembelajaran :
Pendekatan : Problem Solving
Metode : Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS
D. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode TAPPS : Pertemuan 1 2 x 40 menit
Materi : 4.1.1 Menyebutkan unsur-unsur dan bagian-bagian lingkaran : pusat
lingkaran, jari-jari, diameter, busur, talibusur, juring dan tembereng.
Tahapan Kegiatan Kegiatan Pembelajaran
Alokasi Waktu
Kegiatan Awal Persiapan
Apersepsi
Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama. Guru mengabsen siswa.
Guru mengecek kesiapan siswa sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai.
Guru memotivasi siswa dengan memberi penjelasan tentang pentingnya mempelajari
materi ini. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
10 Menit
Kegiatan Inti Tahap
Eksplorasi
Guru memberikan lembar kerja kepada masing-masing siswa.
Guru menugaskan siswa untuk mulai mengerjakan LKS sesuai pengetahuan mereka
dengan dibantu bahan ajar dari buku paket. Diharapkan siswa mampu mengeksplor dan
mengkomunikasikan permasalahan pada LKS dengan meluapkan ide matematiknya.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
Guru memberikan penjelasan atas pertanyaan yang diajukan siswa
25 Menit