BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tarekat menurut Abu Bakar Aceh adalah jalan, petunjuk dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh
nabi Muhammad saw dan dikerjakan oleh sahabat dan tabiin turun-menurun sampai kepada guru-guru sambung-menyambung dan rantai-berantai.
1
Dengan suatu cara mengajar atau mendidik, lama-lama meluas menjadi kumpulan
kekeluargaan yang mengikat penganut-penganut sufi yang sepaham dan sealiran, guna memudahkan menerima ajaran-ajaran dan latihan-latihan dari para
pemimpinnya dalam satu ikatan. Perkembangan organisasi keagamaan tarekat berawal dari pengaruh para
sufi ahli tasawuf yang mengamalkan ibadah-ibadah yang bersifat praktis individual. Kemudian berkembang dengan berbagai konsep dan pemikiran serta
terbentuklah sebuah tarekat. Pengaruh para sufi itu pada gilirannya merambah keseluruh dunia Islam termasuk Indonesia.
2
Maka tidak heran jika Islam di Indonesia sangat dipengaruhi oleh tasawuf. Dalam perkembangan dakwah
selanjutnya, tarekat memiliki pengaruh dan peranan yang besar dalam berbagai
1
Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat, Uraian Tentang Mistik, Jakarta, F.A.H.M. TAWI dan SON BAG, 1996, h. 4.
2
Islam Masuk ke Indonesia sekitar abad ke-8 H atau abad ke-13 M, yang dibawa oleh para pedagang dari negeri Arab atau Gujarat India melalui Aceh. Lihat A. Hasymi, Sejarah Masuk dan
Berkembangnya Islam di Indonesia, Bandung, Al Ma’arif, 1989, h. 358.
bidang kehidupan baik sosial, politik, budaya maupun pendidikan yang tergambar dalam dinamika dunia pesantren. Pada umumnya tradisi pesantren khususnya
model salafiyah adalah bernafaskan sufistik. Karena banyak kyai atau ulama’ yang berafiliasi pada tarekat tertentu. Mereka mengajarkan kepada pengikutnya
amalan sufistik yang khas.
3
Dalam penelitiannya Martin Van Bruinessen mengemukakan bahwa mayoritas orang Indonesia tampaknya tertarik pada tarekat karena latihan
mistiknya yang diajarkan dan kekuatan spritualnya yang dapat mereka peroleh, minat kepada hal seperti itu masih hidup subur dimana-mana di Indonesia, atau
juga orang tertarik mengikuti tarekat karena kepribadian seorang pemimpin atau syaikh tarekat yang kharismatik. Sehingga besar pula pengaruhnya terhadap
pengikut tarekat. Bahkan kyai yang mengajarkan tarekat cenderung mempunyai pengikut lebih banyak dari pada kyai-kyai yang tidak mengajarkan tarekat.
4
Tarekat yang tumbuh dan berkembang di wilayah Indonesia sangat banyak. Di Indonesia ada badan khusus yang menumpahkan perhatiannya kepada
tarekat. Tarekat yang sudah diselidiki kebenarannya yaitu tarekat mu’tabaroh diakui atau sah. Syekh Jalaludin, seorang tokoh tarekat terkemuka mengatakan
terdapat 41 macam tarekat mu’tabaroh.
5
Begitu juga Tarekat Syadziliyah yang dinisbatkan pada sufi terkemuka Abu Hasan Ali asy-Syadzili membidani lahirnya perkembangan Tarekat
Syadziliyah di Kabupaten Bekasi, tepatnya di Pondok Pesantren Al-Istighotsah
3
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat, Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia,
Bandung, Al Ma’arif, 1989, h. 358.
4
Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia, Bandung : Mizan, 1992, h. 16
5
Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat, Uraian Tentang Mistik, Jakarta, F.A.H.M. TAWI dan SON BAG, 1996 , h. 291.
Desa Kalijaya Kec. Cikarang Barat. Pondok Pesantren ini yang menjadi pusat berkembangnya Tarekat Syadziliyah di Kabupaten Bekasi. Beraneka ragam
profesi pengikut tarekat ini antara lain dari kalangan petani, pedagang, karyawan, pegawai negeri baik biokrat maupun pemerintahan, dari siswa, siswi, mahasiswa,
aktifis organisasi dan lain-lain. Di Desa Kalijaya Kec. Cikarang Barat, Kab. Bekasi inilah para pengikut
tarekat syadziliyah melakukan kegiatan tarekatnya sekaligus sebagai tempat perkembangan tarekat syadziliyah untuk daerah Kabupaten Bekasi.
Kehadiran tarekat syadziliyah Kabupaten Bekasi erat hubungannya dengan seorang tokoh syadziliyah yang berkharismatik, yaitu KH. Mahfudz Syafi’i yang
berasal dari Jombang Jawa Timur. Adapun metode da’wah tarekat syadziliyah yang disampaikan KH. Mahfudz Syafi’i adalah lewat pengajian, sekolah, obrolan
halaqoh ketika kedatangan tamu. KH. Mahfudz Syafi’i dalam mengaji
menerangkan masalah agama sudah menjadi keahlian tersendiri baik dibidang fiqih syariat, tasawuf tarekat dan tauhid hakekat. Beliau sampaikan semuanya
itu dengan suara lantang langsung dari lubuk hati yang mendalam. KH. Mahfudz Syafi’i dalam kesehariannya menangani sendiri para murid
atau pengikut tarekat syadziliyah di Kabupaten Bekasi ini yang ingin bertanya, bermusyawarah tentang perjalanan bathiniahnya maupun tentang persoalan-
persoalan yang mereka hadapi. Tarekat Syadziliyah di Kabupaten Bekasi ini mempunyai kegiatan rutinan
seperti membaca wirid atau amalan-amalan tarekat syadziliyah khususiyah setelah shalat magrib berjama’ah sampai datangnya waktu isya dan diteruskan
kembali setelah sholat isya berjama’ah hingga selesai. Kemudian dilanjutkan
setelah itu dengan pengajian tasawuf Ikhozul Himam, karangan Ahmad bin Muhammad bin Ajibah al-Hasani, semuanya itu dijalani dengan rutin yang
diadakan seminggu sekali, yaitu setiap malam selasa yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Istighotsah. Semuanya itu ditangani dan dipimpin langsung oleh
KH. Mahfudz Syafi’i. Pondok Pesantren Al-Istighotsah terletak dibagian Timur Kabupaten
Bekasi, mempunyai corak yang berbeda dengan pondok pesantren pada umumnya, selain adanya pengajaran atau mempelajari baca tulis Al-Quran, kitab
kuning, dan sekolah formal, pondok ini juga mempunyai kegiatan kethoriqohan ketarekatan dan ada dua tarekat yaitu Syadziliyah dan Qodiriyah, akan tetapi
yang paling terkenal adalah Tarekat Syadziliyah. Selama 9 tahun beliau mencurahkan waktu, tenaga serta pemikiran demi
mengangkat kalimat Allah yang tinggi agama Islam untuk mengkwalitaskan manusia agar menjadi manusia yang manusiawi di ridhoi Allah SWT. Siang dan
malam aktivitas beliau mendidik santri putra dan putri Pondok Pesantren Al- Istighotsah Gardu Sawah dan menyampaikan taushiyah pengajian umum yang
dihadiri oleh masyarakat kelas bawah sampai kelas atas setiap malam selasa dalam kajian kitab Iqhozul Himam syarah kitab Al-Hikam, dan sebelum pengajian
dimulai beliau memimpin khususiyah zikir thoriqoh tarekat Syadziliyah dan Qodiriyah wa Naqsyabandiyah mulai setelah maghrib sampai waktu isya.
Disamping itu beliau selalu menyempatkan waktu untuk melayani tamu siapa saja yang datang dari masyarakat Gardu Sawah maupun dari luar Gardu Sawah untuk
meminta nasehat agama kepada beliau, dan para tamu yang datang kepada beliau, selalu dilayani dengan penuh ramah tamah serta diajak berfikir masalah agama
Islam dan mengenal Allah SWT. Setelah mereka pulang, mendapatkan ilmu dan iman yang kuat serta hati yang luas dan riang gembira hingga setiap tamu datang
tidak bosan dan jemu. Penulis sangat tertarik terhadap tarekat ini. Meskipun sudah ada yang
melakukan riset tentang tarekat ini, namun menurut penulis riset yang dilakukan lebih kepada seputar perkembangan sosio kultural para pengikut tarekat
syadziliyah, terutama dalam aspek latar belakang pekerjaan, dan kurang memperhatikan aspek perkembangan dan ajarannya. Oleh karena itu dalam skripsi
ini penulis lebih menitik beratkan pada aspek perkembangan dan ajaran-ajaran
tarekat syadziliyah di Kabupaten Bekasi. Dan judul yang penulis angkat adalah : Tarekat Syadziliyah di Kabupaten Bekasi 1993-2003 kajian tentang sejarah
dan peranannya dalam bidang pengembangan di Bekasi
B. Batasan dan Rumusan Masalah