Ajaran dan Amalan Tarekat Syadziliyah

KH. Mahfudz Syafi’i tidak secara langsung mengembangkan tarekat syadziliyah, akan tetapi ajaran-ajaran yang disampaikannya itu, adalah ajaran yang mengandung nilai-nilai tauhid dan nilai-nilai tasawuf, dan pada akhirnya KH. Mahfudz Syafi’i di Kab. Bekasi ini, lama-kelamaan diadakan pembaiatan yang kemudian diberangkatkan ke Tulungagung dan sampai disana dibaiat oleh KH. Abdul Jalil Mustaqim dan KH. Charir Sholachuddin bin Abdul Jalil Mustaqim setelah dibaiat diberikan sedikit arahan oleh KH. Abdul Jalil Mustaqim atau KH. Charir Sholachuddin bin Abdul Jalil Mustaqim, setelah semuanya selesai dan tidak kembali kesanah lagi. Kemudian seterusnya dibimbing oleh KH. Mahfudz Syafi’i. Peranan KH. Mahfudz Syafi’i disini bukan membaiat akan tetapi membimbing pada para murid-muridnya. Kenapa KH. Mahfudz Syafi’i tidak membaiat sama seperti embah Kyai Hasbullah juga tidak membaiat ? karena tidak mendapatkan ijin dan restu dari gurunya, yaitu Kyai Mustaqim bin Husein. KH. Mahfudz Syafi’i secara lahiriyah tidak membaiat akan tetapi membimbing, dan masalah pembaiatan sudah dijatuhkan atau diijinkan kepada KH. Abdul Jalil Mustaqim putra keenamnya Kyai Mustaqim bin Husein, dan setelah wafatnya KH. Abdul Jalil Mustaqim masalah pembaiatan selanjutnya dijatuhkan dan diijinkan kepada KH. Charir Sholachuddin bin Abdul Jalil Mustaqim. 37

B. Ajaran dan Amalan Tarekat Syadziliyah

Tarekat sebagai organisasi para salik dan sufi, pada dasarnya memiliki tujuan yang satu, yaitu taqarrub pada Allah. 38 Akan tetapi sebagai organisasi para salik yang kebanyakan diikuti masyarakat awam, dan para talib al-mubtadiin, 37 Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya Pon-Pes Al-Istighotsah 12 Februari 2008. 38 A. Wahib mu’thi, Tarekat: Sejarah Timbulnya, Macam-macam, dan Ajaran-ajarannya Tasawuf Jakarta : Yayasan Waqaf Paramadina, t.th., h. 141. maka akhirnya dalam tarekat terdapat tujuan-tujuan antara dan tujuan-tujuan lain yang diharapkan akan dapat mendukung tercapainya tujuan pertama dan utama tersebut. Sehingga secara garis besar dalam tarekat terdapat tiga tujuan yang masing-masing melahirkan tata cara dan jenis-jenis amaliah kesufian. Ketiga tujuan pokok tersebut adalah : 1. Tazkiyat al-Nafs. Tazkiyat al-Nafs atau penyucian jiwa adalah suatu upaya pengkondisian jiwa agar merasa tenang, tentram dan senang berdekatan dengan Allah ibadah, dengan penyucian jiwa dari semua kotoran dan penyakit hati atau penyakit jiwa. 39 Tujuan ini merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang salik atau ahli tarekat. Bahkan dalam tradisi tarekat, tazkiyat al-nafs ini dianggap sebagai tujuan pokok. 40 Dengan bersihnya jiwa dari berbagai macam penyakitnya akan secara otomatis menjadikan seseorang dekat kepada Allah. Tazkiyat al-Nafs ini pada tataran prakteknya, kemudian melahirkan beberapa metode yang merupakan amalan-amalan kesufian, seperti dzikir, ‘ataq ah, menetapi syariat, dan mewiridkan amalan-amalan sunnah tertentu serta berprilaku zuhud dan wara’. 2. Taqarrub Ila Allah Mendekatkan diri kepada Allah sebagai tujuan utama para sufi dan ahli tarekat, biasanya diupayakan dengan beberapa cara yang cukup mistis dan filosofis. 41 Cara-cara tersebut dilaksanakan disamping pelaksanaan dan upaya 39 Mir Valiuddin, Contemplative Disciplines in Sufism, diterjemahkan oleh MS. Nasrullah dengan judul Zikir dan Kontemplasi dalam Tasawuf Cet. 1 ; Bandung : Pusaka Hidayah, 1996, h. 45. 40 Muslikh Abd. Rahman, al-Futuhat al-Rabbaniyah fi Tariq al-Qaidiriyat wa Naqsabandiyah , Semarang : Thoha Putera, 1994, h. 4. 41 Ibid . , h. 5 mengingat Allah dzikir secara terus menerus, sehingga sampai tak sedetikpun lupa kepada Allah. Diantara cara yang biasanya dilakukan oleh para pengikut tarekat, untuk dapat mendekatkan diri kepada Allah dengan lebih efektif dan efisien : tawasul, muraqabah, dan khalwat. 3. Tujuan-tujuan lain Sebagai jam’iyah yang menghimpun para calon sufi salik, yang kebanyakan terdiri dari masyarakat awam, dan tidak sedikit yang berpredikat mubtadii’n. Maka dalam tarekat terdapat amalan-amalan yang merupakan konsumsi masyarakat awam. Amalan-amalan tersebut kebanyakan bertujuan duniawi, tetapi justru amalan-amalan inilah yang banyak ahli tarekat yang dapat meningkatkan maqamnya sampai tataran sufi besar atau mencapai maqom al- Ma’rifat . Diantara amalan-amalan tersebut adalah wirid, manaqib, ratib, dan hizib. Tarekat Syadziliyah merupakan tarekat yang banyak diterima dan berkembang luas, karena kesederhanaan ajarannya. 42 Arah ajarannya nampak secara umum menempuh jalur tasawuf sampai searah dengan al-Ghazali, yakni suatu tasawuf yang berlandaskan kepada al-Qur’an dan al-Sunnah. Seperti yang dikatakan asy-Syadzili bahwa seorang sufi tidak hanya membaca wiridberdo’a, berzikir dan beribadah. Tetapi juga harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmaniahnya. Tarekat syadziliyah, sebagai metode dan sistem mendekatkan diri kepada Allah, memiliki karakter atau watak sfesifik sebagaimana tarekat-tarekat lainnya. Watak ataupun sifat tersebut, seperti halnya dalam kehidupan manusia, masing- 42 Noer Iskandar Barsany, Tasawuf Tarekat dan Para Sufi, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2001, h. 88-89. masing memiliki perbedaan antara yang satu dan lainnya. Karakter yang melekat pada pribadi tarekat syadziliyah amat dipengaruhi oleh kehidupan asy-Syadzili, baik dalam segi kehidupan pribadi maupun pandangan-pandangan tasawuf beliau. Ajaran-ajaran dan amalan-amalan tarekat syadziliyah Kab. Bekasi yang dikembangkan oleh KH. Mahfudz Syafi’i yang paling utama itu adalah tarekat syadziliyah itu sendiri, karena unsur-unsurnya tarekat itu ada tiga : 1. Istighfar Firman Allah SWT : Artinya : ”Maka Aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, - sesungguhnya dia adalah Maha Pengampun”, QS. Nuh : 10 . Istighfar dimaksudkan untuk memohon ampun kepada Allah dari segala dosa yang telah dilakukan oleh seseorang. Tujuan dari pada istighfar adalah taubat dan kembali kepada Allah, taubat dari hal yang tercela menuju hal-hal yang terpuji. Manusia tidak sunyi dari berbuat salah, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, baik sadar atau tidak sadar akan dosa dan kejahatan yang diperbuatnya itu. Tetapi Allah memberikan pintu maaf dengan terbuka apabila manusia ingin membersihkan dirinya dari perbuatan-perbuatan tercela dan ingin bertaubat karena Allah maha pengampun dan yang dapat memberi taubat atas penyesalan manusia dengan seluas-luasnya. 43 Adapun istighfar yang diajarkan tarekat syadziliyah Kab.Bekasi adalah 43 Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat, Uraian Tentang Mistik, Jakarta : FA. H.M. TAWI dan SON BAG penerbitan, 1996, h. 269. Yang dibaca 100 kali dengan maksud supaya Allah mengampuni dosa-dosanya dan menjadikan hatinya bersih dari kotoran jiwa dan diisi dengan berbagai kebaikan dari amal sholeh seperti dzikir kepada Allah. 2. Shalawat nabi Muhammad saw. Setelah manusia melakukan proses pembersihan hati dan penyucian jiwa dari kotoran-kotoran, maka selanjutnya jiwa diisi dengan cahaya ilahi melalui amal sholeh. Salah satu pengisian itu adalah membaca shalawat nabi Muhammad saw agar pembacanya juga mendapatkan balasan dan limpahan rahmat dari Allah SWT. Firman Allah SWT : + ,- .1 23 4 +56 78 9 :3; =?A B CDE F 2 9 GH ,- 5 4 56 7I J3 5L D M NLO P3Q Artinya : “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. al-Ahzab : 56 . Dari ayat tersebut Allah mengajurkan untuk bershalawat yang isinya adalah mencintai Allah dan Rasulnya, karena shalawat dapat menjadi wasilah atau amalan yang dapat mengantarkan seseorang tersebut pada tuhannya. Sedangkan shalawat yang diajarkan dalam tarekat syadziliyah Kab.Bekasi adalah : + +, - + . x 0 12 .34 5 6 7, +89 -, :5 Artinya : “Ya Allah limpahkanlah rahmat kepada baginda kami Muhammad saw, hambamu, nabimu, dan rasulmu, nabi semua keluarga dan sahabatnya dan limpahkanlah keselamatan dengan 14segala keagungan dzatmu disetiap waktu dan keadaan”. 44 Dalam shalawat tersebut terkandung makna penegasan bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan juga memiliki fitrah kemanusiaan seperti manusia lainnya, butuh makan, minum, tidur dan rumah tangga, akan tetapi dia senantiasa beribadah kepada Allah, siang malam selalu memohon ampun kepada Allah dengan rendah hati, walaupun ia terjaga dari dosa baik yang lahir maupun yang bathin. 3. Dzikir Firman Allah SWT : CDE F 2 9 RH ,- 5 4 STUV W ,- X W Y Z ; Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah dengan menyebut nama Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya”. QS. Al-Ahzab : 41 . 44 KH. Abdul Jalil, Dzurratush Shalihin, Kauman Tulungagung, t.th, h. 25-26. Ibn ‘Atha’illah menyatakan, bahwa “jangan engkau tinggalkan dzikir dikarenakan engkau tidak merasakan kehadiran Allah dalam dzikir tersebut, sebab kelalaianmu terhadap-Nya dengan tidak adanya dzikir kepada-Nya itu lebih berbahaya dari pada kelalaianmu terhadap-Nya dengan adanya dzikir kepada-Nya. Dzikir adalah sebaik-baik jalan menuju Allah SWT, jadi tidak boleh ditinggalkan walaupun sedang tidak konsentrasi penuh dzikir sebaiknya adalah dengan menghadirkan tuhan dalam hati, sehingga mampu mencapai dzikir yang dapat melupakan segalanya selain Allah. Dzikir merupakan metode yang efektif untuk membersihkan hati. Menurutnya orang yang berzikir itu ada yang menggunakan lisan dzikr al-qalb atau dzikr al-sirr atau dzikr al- khafi dan ada pula dzikir anggota badan dzikr a’dha ‘al-abdan atau dzikr al-Jawarih. 45 Dzikir adalah sebaik-baik jalan menuju Allah, dzikir merupakan ajaran yang pokok bagi penganut tarekat untuk mendekatkan diri kepada Allah, ini sebagai pengabdian yang khas bagi seseorang. Sedangkan jenis dan bentuknya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan masing-masing orang. Hanya saja yang dituntut dalam memegangi suatu tarekat jenis amalan dan pengabdian yang khas bagi seseorang harus bersifat istiqomah, karena hanya dengan istiqomah seseorang akan mendapatkan hasil dan karunia Allah secara memuaskan. Adapun cara berdzikir ada dua, yaitu dzikir dengan lisan dan menyebut “ Allah “ dengan berhuruf dan bersuara. Dan dzikir dengan hati, yaitu mengingat dan menyebut “Allah’ dalam hati tidak berhuruf dan bersuara. 46 Sedangkan dzikir yang diamalkan oleh tarekat syadziliyah Kab.Bekasi dzikir secara formalnya adalah kalimat yang dibaca 100 kali. Pengertian secara umum dzikir itu adalah ingat, kemudian diluar itu ajaran tarekat 45 Sri Mulyani, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah Di Indonesia, Jakarta : Prenada Media, Cet. Ke-2, 2005, h. 77. 46 Fuad Said, Hakekat Tarekat Naqsabandiyah Medan : Pusaka Babussalam, 1987 , h. 53. syadziliyah Kab. Bekasi adalah ingat kepada Allah dimana saja, kapan saja tidak dibatasi dengan hitungan, karena ajaran tarekat syadziliyah itu senantiasa berdasarkan kepada al-Quran Firman Allah QS. Al-Ahzab : 41 CDE F 2 9 RH ,- 5 4 STUV W ,- X W Y Z ; Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah dengan menyebut nama Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya”. Menurut pengertian didalam kitab Ikhozul Himam karangan Ahmad bin Muhammad bin Ajibah al-Hasani lafad 3 36 36 itu adalah +9= -:? = agar tidak melupakan Allah selama-lamanya. 47 Itu dzikirnya tarekat syadziliyah Kab. Bekasi, memang dzikir tarekat syadziliyah itu hanya 100 kali, akan tetapi itu hanya formalitasnya saja, secara anjuran bahwasanya kita ingat Allah dimana saja, kapan saja dan tidak dibatasi dengan hitungan berapa ratus bahkan berapa ribu. Kenapa harus berdzikir seperti itu ? karena kita berharaf dengan dzikir itu kita bisa ingat, hati kita selalu ingat Allah, tidak hanya disitu saja mudah-mudahan dengan hatinya Allah hati kita bisa hudurhadir ke Allah terus, kemudian kita bisa dzikir bil ghoib, itulah dzikirnya tarekat syadziliyah. 48 Murid tarekat syadziliyah Kab. Bekasi dianjurkan untuk membaca istighfar, sholawat dan dzikir masing-masing minimal 100 kali dalam sehari semalam. Wirid atau bacaan terebut harus melalui talqin atau ijazah yang diberikan oleh seorang guru mursyid. Selain itu pada waktunya, juga dilakukan 47 Ahmad bin Muhammad bin Ajibah al-Hasani, Ikhojul Himam Fi Sarhil Hikam, h. 101- 102. 48 Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya Pon-Pes Al-Istighotsah , 8 Maret 2008. baiat dengan cara yang amat sederhana. Baiat dalam thoriqoh tarekat syadziliyah dilakukan sendiri oleh seorang guru mursid tarekat syadziliyah itu sendiri. Proses pelaksanaannya yaitu antara guru dan murid saling berhadapan dan dilakukan satu persatu 49 . Dalam ajaran tarekat syadziliyah, para muridnya juga dianjurkan untuk membaca hizib-hizib yang diijazahkan sang guru. Hizib-hizib itu perlu dibaca, dimaksudkan agar bisa menjadi bekal, tameng, benteng, dan senjata untuk berperang melawan hawa nafsu dan iblis yang akan selalu merintangi dan mengganggu perjalanan si murid salik dalam menuju ke hadirat Allah SWT. Oleh karena itu, tarekat syadziliyah sejak dulu dikenal memiliki hizib-hizib Abu Hasan asy-Syadzili yang terkenal, yaitu : hizbul Bahr, hizbul Barr, hizbul Hafidhoh, hizbul Ikhfa, hizbul Nashor, hizbul Fatikh, hizbul Ayaat, dan hizbusy Syekh Abil Hasan 50 Hizib adalah suatu do’a yang panjang, dengan lirik dan bahasa yang indah yang disusun oleh sufi besar. 51 Hizib ini biasanya merupakan do’a andalan sang sufi yang juga diberikan kepada muridnya secara ijazah sharih, kebanyakan santri sebagai amalan yang memiliki daya kontrol spritual yang sangat besar terutama jika diperhadapkan dengan ilmu-ilmu gaib dan kesaktian. 52 Murid-murid atau pengikut-pengikut tarekat syadziliyah di Kab. Bekasi ketika dibaiat selain mendapatkan tarekat syadziliyah juga mendapatkan hizib, 49 Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya Pon-Pes Al-Istighotsah, 15 Maret 2008. 50 Abdul Halim Mahmoud , Abul Hasan asy-Syadzili, kehidupan, Do’a dan hizib-hizibnya Surabaya : Mutiara Ilmu, Cet, 1, 1992, h. 82. 51 Lihat kitab Dalail al-Khairat kitab yang banyak memuat hizb, hizb yang ditulis oleh Abu Hasan al-Syadzili mursyid tarekat syadziliyah. Majmu’at Dalail al-Khairat Surabaya: Nabhan, t.th. 52 Masyhuri, Fenomena Alam Jin: Pengetahuan Spritual Dialog dengan Jin Solo: C.V Aneka, 1996, h. 71. yaitu hizbul bahri , dan juga murid-murid KH. Mahfudz Syafi’i selain mendapatkan tarekat syadziliyah dan hizbul Bahr juga banyak yang diberi semacam hizbul Aspa, dan KH. Mahfudz Syafi’i tidak begitu berkenan memberikan amalan-amalan lainnya misalnya seperti hizib Baladiah, hizib Mubarok, hizib Marobbil . KH. Mahfudz Syafi’i tidak mudah memberikannya amalan-amalan seperti itu hanya diberikan kepada orang-orang tertentu orang- orang yang sudah dipercaya oleh KH. Mahfudz Syafi’i Didalam ajaran tarekat syadziliyah yang dikembangkan oleh KH. Mahfudz Syafi’i di Kab. Bekasi ini, semua ajaran-ajaran dan amalan-amalan tidak ada yang lain tujuannya melainkan hanya bertemu Allah, tidak ada tujuan yang lain misalnya mengamalkan hizib Baladiah supaya orangnya menjadi kebal dan lain sebagainya, tidak ada seperti itu dan tidak boleh disini dan tidak mengenal seperti itu disini. Ajaran-ajaran dan amalan-amalan yang diberikan dan disampaikan oleh KH. Mahfudz Syafi’i kepada murid-muridnya itu semuanya dalam rangka menuju ke Allah, semuanya dalam rangka menuju ke Allah. Firman Allah SWT : QU - ML [ \ ]Y7_V U a b4 =M 5 9 c:3? - ML \ d2 A ] 2 A =E 3e fML + 5 g 9 - A h 3 QMLU J a i X 27I jk mYn o _MO p U h 3 LE 3 \ AB Artinya.: “Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa. barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya. QS : Al-Kahfi 110 Kata-kata ? itu benar-benar diterjemahkan sedemikian rupa diantara impelementasinya adalah tidak boleh mempunyai tujuan lain selain Allah dan kata-kata ? sebagai indikasi orang berjalan menuju ke Allah walaupun semuanya itu yang menyampaikan hanya Allah. kemudian selain istighfar shalawat dan dzikir, juga ada silsilahnya yang tidak boleh terputus silsilahnya itu sampai kepada rasullulah saw . 53 Tarekat sebagai organisasi para salik dan sufi, pada dasarnya memiliki tujuan yang satu, yaitu taqarrub pada Allah. 54 Selain itu, mereka juga senantiasa dianjurkan untuk menekuni sunnah- sunnah Rosulluloh saw., mulai dari yang paling ‘sederhana’ sampai yang dianggap ‘berat’. Salah seorang mursyid tarekat syadziliyah, asy Syekh al- Mukarrom KH. Mustaqim bin Husain, qoddasallohu sirrohu, pernah berkata, 53 Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya Pon-Pes Al-Istighotsah, 17 Februari 2008. 54 Karena sebenarnya kata tarekat itu sendiri terambil dari kata Thariqat atau metode. Yaitu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Baca A. Wahib Mu’thi, Tarekat: Sejarah Timbulnya, Macam-macam, dan Ajaran-ajarannya Tasawuf Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, t.th., h. 141. “menjadi orang syadziliyah harus mau tekun dan telaten dengan amalan-amalan sunnah.” 55 Seperti apa yang telah diterangkan oleh KH. Mahfudz Syafi’i, beliau mengajarkan kepada para murid-muridnya agar mereka hidup sebagaimana mestinya, seperti yang telah diteladankan oleh Rasulluloh saw dan para sahabat beliau. Para murid tarekat tidak perlu menunjukan ciri-ciri khusus sebagai seorang tarekat. Dalam berhubungan dengan Allah biasa disebut dengan hablum minallah dilaksanakan sebagai hubungan yang amat pribadi, sehingga tidak perlu dipertontonkan kepada orang lain. Berkalungkan tasbih, berdahi hitam, dan bersorban berlebihan merupakan hal yang tidak diperlukan dalam kehidupan murid tarekat syadziliyah Kab. Bekasi. Pakaian yang mereka kenakan pun cukup yang sesuai dengan kehidupan dan propesi mereka masing-masing. Namun demikian mereka senantiasa dianjurkan tetap menjaga kesucian, keindahan, dan kerapihannya. 56 Sementara itu berhubungan dengan manusia lain biasa disebut sebagai hablum minan naas adalah sebuah keniscayaan sebagai mahluk sosial yang tidak boleh ditinggalkan. Mereka tidak diperkenankan untuk melupakan jati dirinya sebagai mahluk yang dalam kehidupannya pasti bergantung kepada orang lain. Karena, sebagai mahluk yang jelas tidak bisa berdiri sendiri, maka seorang Syadziliyyin harus berinteraksi dengan orang lain melalui tuntunan sebagai mana yang telah disunnahkan baginda Rasulluloh saw. Sedangkan, yang mampu berdiri sendiri qiyamuhu binafsihi hanyalah Allah SWT semata. Oleh karena itu, dalam ajaran tasawuf, seorang pejalan salik diwajibkan untuk memiliki guru mursyid, 55 Maftuh Bastul Birri , Manaqib 50 Wali Agung Lirboyo: Cet ke-1, 1999., h. 82. 56 Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya Pon-Pes Al-Istighotsah 11 Maret 2008. dan salah satu hikmahnya adalah untuk membuktikan kehambaan, ketergantungan, kedhoifan kelemahan seseorang. 57 Berkaitan dengan kedua hal tersebut diatas hablum minallah dan hablum minannaas, asy Syekh al-Magfurlah Romo KH. Abdul Jalil Mustaqim mengatakan, “menjadi orang thoriqoh tarekat itu dirumah saja. Sedangkan, apabila di luar jadi orang biasa saja.” Artinya, amaliyah thoriqot adalah merupakan pekerjaan hati yang bersifat batiniyah, sehingga cukup hanya Allah swt saja yang mengetahuinya saja. Sedangkan untuk amalan-amalan lahiriyah, seorang murid thoriqot harus berlaku sebagaimana yang diwajibkan atas setiap pribadi kaum muslimin. Sehingga, sebagai seorang guru besar thoriqot syadziliyah, asy Syekh Abdul Djalil Mustaqim, semasa hidup beliau, dirumah amat tekun, teratur, istiqomah, dan mudawamah menjalankan segala aktivitas keruhanian beliau. Sementara itu, di luar, beliau sangat aktif dan konsisten dalam amaliyah-amaliyah yang bersifat sosial kemasyarakatan. Pokok-pokok dasar ajaran thoriqot tarekat syadziliyah Kab. Bekasi, adalah : 1. Taqwa kepada Allah SWT lahir dan batin, yaitu secara konsisten istiqomah, sabar, dan tabah selalu menjalankan segala perintah Allah swt serta menjahui semua larangan-larangannya dengan berlaku waro’ berhati-hati terhadap semua yang haram, makruh, maupun syubhat, baik ketika sendiri maupun pada saat di hadapan orang lain. 2. Mengikuti sunnah-sunnah Rasulluloh saw dalam ucapan dan perbuatan, yaitu dengan cara selalu berusaha sekuat-kuatnya untuk senantiasa berucap dan 57 Abu Bakar Aceh, Pengantar Sejarah Sufi Tasawuf Solo: Ramadani, Cet ke delapan, 1994, h. 83. beramal seperti yang telah dicontohkan Rasulluloh saw, serta selalu waspada agar senantiasa menjalankan budi pekerti luhur akhlaqul karimah. 3. Mengosongkan hati dari segala sesuatu selain Allah SWT, yaitu dengan cara tidak memperdulikan mahluk dalam kesukaan atau kebencian mereka diiringi dengan kesabaran dan berpasrah diri kepada Allah SWT tawakkal. 4. Ridho kepada Allah baik dalam kekurangan maupun kelebihan, yaitu dengan cara senantiasa ridho, ikhlas, qona’ah tidak serakah atau rakus, dan tawakkal dalam menerima pemberian Allah SWT, baik ketika pemberian itu sedikit atau banyak, ringan atau berat, maupun sempit atau lapang. 5. Kembali kepada Allah dalam suka maupun duka, yaitu dengan cara secepatnya segera berlari dan kembali kepada Allah SWT dalam segala keadaan, baik dalam suasana suka maupun duka. Dan, kelima pokok tersebut diatas bertumpu pula pada lima pokok berikut : 1. Memiliki semangat tinggi, karena dengan semangat yang tinggi, maka akan naik pula tingkat derajat seseorang. 2. Berhati-hati atau waspada terhadap segala yang haram, karena barang siapa yang meninggalkan segala yang diharamkan, maka Allah SWT akan menjaga pula kehormatannya. 3. Baik dalam khidmat atau bakti sebagai hamba, karena barang siapa yang menjaga kebaikan dan kebenaran dalam taatnya kepada Allah SWT, niscaya akan tercapailah tujuan dalam menuju ke Allah SWT, niscaya akan tercapailah tujuannya dalam menuju kepada kebesaran dan kemuliannya. 4. Menunaikan segala yang difardhukan, karena barang siapa yang melaksanakan tugas kewajibannya dengan baik, niscaya akan bahagialah hidupnya. 5. Menghargai atau menjunjung tinggi nikmat-nikmat dari Allah SWT, karena barang siapa menjunjung tinggi nikmat kemudian mensyukurinya, maka dia akan menerima tambahan-tambahan nikmat yang lebih besar. 58 Adapun bentuk amaliyah thoriqot tarekat syadziliyah Kab. Bekasi yang diajarkan kepada murid-muridnya atau pengikutnya, pertama-tama membaca basmalah dan al-Fatikhah lil-Laahi ta’ala. Kemudian, membaca dua kalimah syahadat 100 kali dan takbir 100 kali. Diteruskan hadiyah-hadiyah atau khadhroh Fatikhah yang masing-masing ditunjukan kepada sayyidina Muhammad saw, sayyidina Abu Bakar ash Shiddiq, sayyidina ‘Umar bin khotthob, sayyidina ‘Utsman bin ‘Affan, sayyidina ‘Ali bin Abi Tholib, sayyidina Hasan dan sayyidina Husain, Mbah Penjalu, Wali Songo, asy Syekh Abdul Qodir al Jilani, asy Syekh Abdur Rozzaq, asy Syekh Abdus Salam, asy Syekh Abil Hasan asy Syadzili, tambahan beberapa ulama atau Kyai minas sholihin, asy Syekh Sholachuddin bin Abdul Djalil Mustaqim, asy Syekh Abdul Djalil bin Mustaqim, asy Syekh Mustaqim bin Husain, kedua oarang tua, kemudian secara jamak ditunjukan kepada nabi Adam dan ibu Hawa, para nabi dan rosul, para syuhada’, sholihin, auliya’il ‘arifin , ‘ulama’il ‘amilin, malaikatil muqorrobin, semua orang mu’min laki-laki dan prempuan, dan yang terakhir ditunjukan kepada nabiyulloh Khidlir, ‘alaihis salam. Selanjutnya, membaca istigfar 100 kali, sholawat syadziliyah 100 kali, dzikir nafi istbat 100 kali yang diawali dengan berdzikir 3 kali secara perlahan- 58 Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya Pon-Pes Al-Istighotsah 1 Maret 2008. lahan, kemudian membaca laa ilaaha illal-Looh, al Fatikhah, dan diakhiri dengan membaca do’a. 59 Bagi orang-orang yang sudah mendapatkan ijazah hizib Bahri, dianjurkan agar setelah mengamalkan wirid syadziliyah diteruskan dengan membaca hizib Bahri. Hal ini sesuai dengan anjuran asy-Syekh Abu Hasan Syadzili. Tatacara membacanya, setelah membaca al-Fatikhah yang terakhir, atau sebelum doa, kemudian dilanjutkan ke hizib Bahri dengan diawali membaca al-Fatikhah lil- Laahi ta’ala , lalu langsung membaca hizib Bahri. Hizib Bahri diakhiri dengan membaca al-Fatikhah 7 kali, lalu ditutup dengan membaca do’a. 60 Dalam tradisi tarekat syadziliyah di Kab. Bekasi, aurod wirid syadziliyah diserah terimakan kepada seseorang melalui ijazah dari seorang guru mursyid syekh. Pada saat ini yang berkedudukan sebagai guru mursyid tarekat syadziliyah Kab. Bekasi, adalah KH. Abdul Djalil bin Mustaqim dan KH. Sholachuddin bin Abdul Djalil, rohimahullah. Sedangkankan proses serah terima aurod ini, bisa langsung diserahkan oleh guru mursyid sendiri, atau oleh orang- orang yang mendapat izin dan kepercayaan dari guru mursyid untuk menyerahkan aurod ini kepada orang lain. Selain orang yang telah mendapatkan izin dari guru mursyid, tidak diperbolehkan memberikan aurod syadziliyah kepada orang lain. Hal ini juga berlaku untuk aurod-aurod lain yang dikeluarkan oleh pondok PETA, namun walaupun aurod-aurod wirid itu bisa diserahkan oleh orang-orang kepercayaan guru mursyid, yang biasa disebut sebagai ketua kelompok, akan tetapi pada hakekatnya yang menyerahkan atau mengijazahkan wirid itu adalah guru mursyid sendiri. 59 Durratus Salikin, Pondok PETA, Kauman, Tulungagung, t.th,., h. 25 60 Ibid . , h. 26. Para ketua kelompok atau orang-orang kepercayaan guru mursyid itu selain bertindak sebagai “kurir”, juga berperan sebagai wakil guru untuk memberi penjelasan kepada murid atau calon murid tentang segala hal yang berkaitan dengan wirid maupun tarekat itu sendiri. Hal-hal yang perlu diterangkan oleh para ketua kelompok, di antaranya mengenai amaliyah sehari-hari yang harus dilakukan bagi setiap murid-murid atau pengikut tarekat syadziliyah, niat, kaifiyat tatacara mengamalkan wirid, serta riyadhoh atau puasanya, dan keterangan- keterangan penting lain yang perlu disampaikan. Semua itu perlu dijelaskan oleh ketua kelompok untuk menghindari kesalahpahaman di kemudian hari. Niat beribadah kepada Allah SWT, dalam bentuk apapun, yang dituntun oleh para guru mursyid thiriqot syadziliyah Kab. Bekasi kepada murid-murid adalah berniat beribadah hanya semata karena Allah SWT. Lil-Laahi ta’ala, seraya memohon mudah-mudahan agar : 1. Diberi ketetapan iman, 2. Diberi terangnya hati, 3. Diberi keselamatan dunia-akhirot, 4. Diberi apa saja yang barokah manfaat dunia-akhirat. Wirid syadziliyah, dan juga wirid-wirid lain yang diijazahkan di Pondok PETA, biasanya selalu diiringi dengan mengerjakan puasa atau riyadloh. Puasa yang dilakukan untuk riyadlho aurod syadziliyah selama 41 empat puluh satu hari, selama 41 hari secara terus menerus. Maka apabila hal itu dirasakan terlalu berat bagi si murid, karena harus melaksanakan kewajiban-kewajibannya yang lain, maka puasa itu pun bisa dilaksanakan dirumah. Pada waktu mengerjakan puasa, selama itu pula si salik diwajibkan menyertainya dengan membaca wirid syadziliyah minimal setiap selesai sholat lima waktu. Akan lebih baik lagi bila ditambah dengan dengan membacanya setelah sholat-sholat sunnat, seperti sholat dhuha di pagi hari dan sholat tahajjud atau hajat di malam hari. Selain itu, juga diusahakan untuk menghindari makanan dan minuman yang mengandung unsur hewani, seperi : daging, ikan, susu, trasi, krupuk udang, dan lain-lain. 61

C. Kedatangan Tarekat Syadziliyah ke Bekasi