tersebut. Siswa yang berminat terhadap matematika, akan berpeluang besar untuk mendapatkan hasil belajar matematika yang memuaskan.
Minat merupakan alat motivasi yang dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa karena minat berperan sebagai motivating
force yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat terhadap pelajaran matematika akan tampak
terdorong terus untuk tekun belajar dan selalu berusaha untuk mencapai hasil yang memuaskan. Berbeda dengan siswa yang
sikapnya hanya menerima pelajaran, mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk terus tekun karena tidak ada pendorongnya.
Minat juga dapat menambah kegiatan belajar, dapat menjadi penyebab timbulnya suatu kegiatan dan dapat menjadi penyebab siswa
ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, misalnya siswa yang berminat terhadap pelajaran matematika maka ia akan memberikan
perhatian lebih ketika belajar, ia akan mencari informasi yang mendalam tentang materi yang sedang dipelajari dan ia akan
berpartisipasi aktif dalam kelas. Siswa yang telah memiliki minat terhadap pelajaran
matematika, kemungkinan akan menjaga pikirannya untuk selalu berpikir positif tentang matematika sehingga dia dapat menguasai
pelajaran matematika dengan baik yang pada akhirnya dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa tersebut. Karena minat
yang besar terhadap matematika merupakan modal yang besar untuk mencapai tujuan belajar matematika.
2. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana guru mendorong
siswa untuk melakukan kerja sama dalam kelompok-kelompok kecil
pada waktu menerima pelajaran atau mengerjakan soal-soal dan tugas- tugas. “Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan
lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.”
34
Menurut Anita Lie “pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.”
35
Tugas-tugas tersebut perlu dipersiapkan secara matang, terencana dan terstruktur agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar, dan guru
juga harus selalu membimbing dan mengawasi jalannya pembelajaran agar seluruh siswa dapat terlibat dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif melibatkan lebih dari sekedar menempatkan siswa secara bersama dalam suatu kelompok kecil dan
memberikan tugas kepada mereka. Akan tetapi didalamnya juga melibatkan pemikiran dan perhatian penuh pada berbagai aspek dari
proses kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk saling bekerja sama dan saling membantu satu sama lain dalam
menyelesaikan atau mempelajari suatu pokok bahasan. “Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai
sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama
lainnya.”
36
Sedangkan menurut Slavin “Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.”
37
Dalam pembelajaran
34
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, h. 41.
35
Anita Lie, Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang- ruang Kelas, Jakarta: Gramedia Widiasarana, 2002, h. 18.
36
Erman, S.Ar, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: JICA- FPMIPA, 2002, h. 218.
37
Trianto, Model-Model Pembelajaran ...., h. 12.
kooperatif, kelas disusun dalam kelompok-kelompok kecil dengan kemampuan yang heterogen. Maksudnya setiap kelompok terdiri dari
campuran siswa yang memiliki kemampuan akademik yang berbeda, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa
menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya.
Jadi, berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran
dimana siswa dikondisikan agar dapat belajar dan dapat saling bekerjasama dengan siswa lainnya dalam kelompok kecil pada waktu
menerima pelajaran atau menyelesaikan tugas-tugas yang telah disiapkan oleh guru.
Falsafah yang mendasari pembelajaran kooperatif dalam pendidikan adalah falsafah homo homini socius, yang menekankan
bahwa manusia adalah makhluk sosial. Dan sebagai makhluk sosial yang membutuhkan pertolongan orang lain, siswa perlu membina
kerjasama yang baik dengan siswa lainnya ketika belajar. Menurut Roger dan David Johnson, tidak semua kerja kelompok dapat
dikatakan kelompok belajar kooperatif setidaknya ada lima unsur yang harus diterapkan, yaitu:
“saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, serta evaluasi
proses kelompok.”
38
b. Manfaat dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif