Pertimbangan Hukum Duduk Perkara Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur Nomor

62 g. Saksi telah berusaha memberikan nasehat agar penggugat dan Tergugat rukun kembali, namun Penggugat tetap dengan pendiriannya sehingga saksi tidak sanggup lagi mengusahakannya. h. Atas keterangan para saksi tersebut Pemohon dan Termohon menyatakan tidak keberatan. Pada tahap kesimpulan Pemohon menyampaikan tetap dengan Permohonannya dan mohon putusan dan Termohon berkesimpulan bersedia cerai dengan Pemohon. Untuk menyingkat uraian dalam putusan ini, maka majelis cukup menunjuk berita acara persidangan ini sebagai hal yang tidak dapat dipisahkan dengan putusan ini.

3. Pertimbangan Hukum

Maksud dan tujuan permohonan Pemohon adalah sebagaimana tersebut di atas. Pemohon dan Termohon telah manikah pada tanggal 19 Desember 1995, tercatat pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Lebak Wangi, Kuningan, Jawa Barat, dengan Kutipan Akta Nikah Nomor 6734XII1995, tanggal 19 Desember 1995. Dari pernikahan antara Pemohon dengan Termohon telah dikaruniai 2 dua orang anak, yang bernama Rini Apriani, lahir tanggal 03 April 1997 dan Fitri Amelia, lahir tanggal 27 April 2001. Bahwa Majelis Hakim pada tiap persidangan telah berusaha memberikan nasihat agar Pemohon bersabar dan rukun kembali dengan Termohon sebagai suami istri, sesuai dengan maksud Pasal 82 Ayat 1 dan 4 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Jo. Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Jo. Pasal 143 Kompilasi Hukum Islam, namun usaha tersebut tidak berhasil. Pada 63 pokoknya pemohon mendalilkan bahwa rumah tangganya tidak rukun lagi, sering terjadi perselisihan dan pertengkaran yang disebabkan oleh ketidakcocokan dalam membina rumah tangga, Termohon yang tidak jujur dalam hal keuangan dan sering berhutang tanpa sepengetahuan Pemohon, serta ketidakpercayaan Termohon kepada Pemohon. Sehingga sejak bulan Juni 2008 yang lalu antara Pemohon dan Termohon sudah berpisah ranjang. Berdasarkan ketentuan Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 yakni untuk mengetahui keadaan tangga pemohon dan Termohon yang sebenarnya, majelis telah mendengar keterangan saksi kedua belah pihak sebagaimana tersebut di atas. Berdasarkan dalil-dalil yang diajukan pemohon dihubungkan dengan bukti-bukti yang diajukan di persidangan diperoleh fakta yaitu sesuai dengan bukti Pemohon berupa fotokopi kutipan akta nikah Pemohon dan Termohon yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Lebak Wangi, Kuningan, Jawa Barat, yang berisikan data tentang telah dilaksanakannya pernikahan antara pemohon dan Termohon, sebagai akta autentik maka kekuatan pembuktiannya adalah sempurna dan mengikat serta sesuai pula dengan ketentuan pasal 7 ayat 1 Kompilasi Hukum Islam, bahwa Akta Nikah adalah satu-satunya bukti tentang sahnya suatu perkawinan. Dan keterangan saksi-saksi yang diajukan oleh pemohon adalah saling bersesuaian antara keterangan yang satu dengan keterangan keterangan yang lainnya, yang pada pokoknya menyatakan rumah tangga Pemohon dan Termohon tidak rukun lagi, seiring terjadi perselisihan dan 64 pertengkaran karena masalah ekonomi. Sehingga sejak bulan Juni 2008 antara Pemohon dan Termohon sudah berpisah ranjang. Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas menurut Majelis Hakim, permohonan pemohon telah sesuai dengan maksud pasal 39 ayat 2 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 Jo. Pasal 19 Huruf f peraturan pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Jo. Pasal 116 Huruf f Kompilasi Hukum Islam sebagai salah satu perceraian. Tujuan sebuah perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 adalah untuk membentuk rumah tangga yang kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, yang diperlukan adanya rasa kasih sayang, saling mencintai antara kedua belah pihak sebagai suami istri sebagaimana yang diisyaratkan oleh al-Quar’an surat Ar-Rum ayat 21, yang maksudnya: “Dan di antara tanda-tanda ke kuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung merasa tenteram kepadanya, dan di jadikan-Nya di antara kamu rasa kasih dan sayang,sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, telah nyata bahwa kedua belah pihak telah kehilangan hakikat dan makna sebuah perkawinan, oleh karena itu Majelis Hakim berpendapat bahwa ikatan perkawinan pemohon dan termohon sudah tidak dapat dipertahankan lagi karena mempertahankan ikatan perkawinan yang telah rapuh seperti itu tidak akan membawa maslahat bahkan akan menyebabkan mudharat yang lebih besar lagi bagi kedua belah 65 pihak, maka permohonan Pemohon sudah sewajarnya untuk dikabulkan. Mengenai akibat cerai Pemohon telah menyanggupi untuk memberikan kepada Termohon nafkah iddah sebesar Rp 3.000.000,- Tiga Juta Rupiah, mut’ah berupa televisi berwarna 14 inch merek Sanyo, dan nafkah untuk 2 dua oarng anak sebesar Rp 500.000,- lima ratus ribu rupiah setiap bulan di luar biaya pendidikan dan kesehatan. Hal tersebut telah disetujui oleh termohon, oleh karenanya Majelis tidak mempertimbangkan lagi dan menghukum pemohon untuk membayar kepada Termohon akibat cerai tersebut sesuai yang telah disanggupinya. Berdasarkan ketentuan pasal 89 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang di amandemen dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama, maka biaya perkara dibebankan kepada Pemohon. Mengingat segala ketentuan dan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku dan Hukum syar’i yang berkaitan dengan perkara ini.

C. Analisis Penulis