Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Program

C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Program

Keterampilan High Speed di PSKW “Mulya Jaya” Pasar Rebo Faktor Pendukung dan Penghambat dalam kegiatan program keterampilan high speed terbagi dalam dua komponen, ada yang berasal dari dalam Internal dan dari luar Eksternal. Diantaranya adalah: 1. Faktor Pendukung Pelaksanaan Keterampilan High Speed a. Alat peraktek yang cukup mendukung Adanya unit mesin yang banyak memungkinkan para siswa bisa mengikuti program keterampilan dengan baik. Hampir setiap siswa menggunakan satu mesin dalam sekali peraktek keterampilan. Dan inilah faktor pendukung yang sangat menunjang guna terlaksananya kegiatan peraktek keterampilan High Speed b. Metode yang berfariasi Para siswa tidak akan merasa jenuh dengan materi yang diberikan. Dalam pelatihan keterampilan High Speed siswa mendapatkan berbagai macam model kerajinan. Hal ini sangat memotifasi siswa agar lebih giat lagi, sekaligus menjadi acuan untuk membangun imajinasi siswa terhadap hal-hal baru yang mungkin belum mereka dapatkan c. Instruktur berpengalaman Para siswa beruntung sekali dapat dibimbing oleh seorang instruktur berpengalaman, ini menjadikan nilai lebih pada keterampilan High Speed karena tidak semua instruktur yang ada di PSKW adalah yang berpengalaman. Dari sisni para siswa bisa mendapatkan keilmuan yang berkualitas dari seorang yang sangat mahir dan trampil. Ibu Sri Purwati yang menjadi instruktur merupakan penulis tetap pada sebuah majalah wanita bulanan Kartini. d. Bebas biaya Pada pelatihan keterampilan High Speed para peserta tidak dipungut biaya sama sekali. asalkan peserta mau, mereka bisa ikut keterampilan High Speed. peserta tidak perlu memikirkan masalah keuangan, bahan peraktek dan upah instruktur ditanggung oleh pihak panti. Panti menyediakan keterampilan High Speed dengan gratis, guna menjalankan surat keputusan Mentri Departmen Sosial RI Nomor 59HUK2003. sebagai lembaga rehabilitasi sosial yang menangani masalah wanita tuna susila melalui berbagai macam program. e. Bersertifikat Pelaksanaan program keterampilan High Speed yang diselenggarakan oleh PSKW Muya Jaya ini bersifat non formal, namun diakhir pelatihan peserta diberikan sertifikat kelulusan yang bisa dipergunakan. Misalnya bila peserta ingin melamar pekerjaan. Diharapkan Hal ini akan mengurangi peserta yang bersifat apriori dan bingung menggunakan keterampilan yang telah diperoleh dari keterampilan High Speed. f. Mendapatkan mesin Tidak hanya sertifikat, Diakhir pelatihan para peserta akan mendapatkan bantuan dari Departmen Sosial RI berupa mesin jahit. Dengan pemberian mesin ini diharapkan peserta mampu menggunakan keterampilan yang telah mereka miliki sebagai usaha rumahan. Dan mereka mampu mengembangkannya. g. Ketersediaan lapangan pekerjaan High Speed merupakan mesin pabrik, Di Indonesia terdapat begitu banyak pabrik garment. Dan pabrik garment merupakan perusahan yang banyak menarik buruh wanita untuk dipekerjakan. Upah yang ditawarkan pun setara dengan UMR Nasional, mungkin inilah faktor pendukung dari luar Eksternal untuk Keterampilan High Speed. Diharapkan dengan luasnya lapangan pekerjaan di perusahaan garment akan menjadikan peluang untuk peserta mencari pekerjaan. 2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Keterampilan High Speed a. Kurangnya motivasi dari keluarga Hampir dari setiap peserta yang mengikuti keterampilan selalu diperintahkan pulang. Baik itu keluarga atau teman kerja peserta waktu menjadi WTS, kebanyakan mereka menganggap keterampilan ini hanya buang-buang waktu saja dan mereka merasa tidak akan membawa perubahan pada peserta. Lebih baik mereka keluar dan bekerja kembali menjadi WTS. Mungkin keluarga dan orang terdekat tidak paham dengan tujuan pemberian keterampilan High Speed. tetapi tetap pihak panti akan menahan mereka demi perubahan kedepan. b. Tidak adanya montir mesin Ketika mesin rusak maka kegiatan pemberian keterampilan akan terhambat. Hal ini tentu akan sangat merugikan bagi para peserta, karena mereka tidak bisa menggunakan mesin apalagi jika mesin rusak lebih dari satu semakin menambah buruk keadaan. Hanya Pak Hasan yang membetulkan mesin tersebut, bila dilihat Pak Hasan merupakan pendamping dan peksos bukan montir. Maka keberadaan montir sangat diperlukan ketika mesin rusak, supaya kegiatan belajar bisa tetap berjalan. c. Pemasaran hasil kerajinan Hasil dari kerajinan High Speed sudah sangat banyak, hasilnya cukup patut untuk dipasarkan. Tetapi pihak panti tidak bisa memasarkan kerajinan dari keterampilan High Speed, tentu ini menjadi kendala yang berarti. Jika hanya dipajang pada etalase kaca di ruangan High Speed maka tidak akan terjual. Sedangkan pembelian bahan berasal dari penjualan barang jadi keterampilan High Speed. d. Kerjasama dengan pihak lain Panti tidak melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam pelaksanaan keterampilan High Speed. seandainya panti bekerja sama dengan investor asing untuk membuka usaha, pasti akan menjadikan lapangan pekerjaan baru bagi peserta High Speed. setidaknya peserta bisa magang di perusahan tersebut dan akan menjadi pertimbangan perusahaan ketika peserta dianggap layak untuk dipekerjaan. e. Sekolah paket Betapa lebih baik jika panti mengadakan sekolah paket bagi peserta. Hal ini tentu akan memberikan kontribusi baik bagi peserta. Bahwa peserta tidak hanya mengikuti keterampilan saja tetapi peserta diberikan sekolah paket yang berijazah. BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan