pemerintahan yang ada. Walaupun demikian tetap saja keberadaan tempat prostitusi adalah lahan maksiat yang harus dimusnahkan.
Kita tidak dapat membiarkan kemaksiatan terjadi dan menghancurkan sendi-sendi kehidupan masyarakat dan membuka luas
lahan penyebaran penyakit bagi para penerus bangsa di masa yang akan
datang.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya prostitusi
Soedjono Soekanto berpendapat, sebab-sebab terjadinya prostitusi harus dilihat dari faktor-faktor endogen. Seperti nafsu kelamin yang besar,
sifat malas dan keinginan yang besar untuk hidup mewah. Di antara faktor eksogen yang utama adalah faktor ekonomis, urbanisasi yang tidak teratur,
keadaan yang tidak memenuhi syarat dan seterusnya.
25
Sedangkan Marzuki Umar Sa’abah mengatakan bahwa penyebap terjadinya prostitusi pada diri seseorang adalah karena:
a. Hubungan keluarga berantakan, terlalu menekan dan mengalami
penyiksaan seksual dalam keluarga. b.
Kegagalan keluarga dalam memfungsikan perannya sebagai pembina nilai-nilai keagamaan atau nilai-nilai agama yang dianut
tidak memberikan dasar untuk menolak prostitusi. c.
Paduan antara kemiskinan, kebodohan, kekerasan dan tekanan penguasa.
26
25
Soedjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: CV. Rajawali, 1985 h. 159.
26
Marzuki Umar Sa’abah, Seks dan Kita, Jakarta: Gema Insani Perss,1998, cet.I, h. 87.
31
Sedangkan Kartini Kartono Berpendapat lebih banyak tentang terjadinya prostitusi sebagaimana tertulis dalam buku Patologi Sosial,
diantaranya: a.
Kurangnya pendidikan Adanya kecenderungan melacurkan diri pada banyak wanita untuk
menghindarkan diri dari kesulitan hidup, dan mendapatkan kesenangan melalui jalan yang pendek. Kurang pengertian, kurang
pendidikan dan buta huruf sehingga menghalalkan pelacuran. b.
Tekanan ekonomi Faktor kemiskinan, tekanan ekonomi, dan adanya pertimbangan-
pertimbangan ekonomis untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya khususnya dalam upaya mendapatkan status sosial yang
lebih baik. c.
Aspirasi materil pada diri wanita yang menginginkan kehidupan mewah
Tingginya keinginan para wanita untuk mengejar kesenangan dan ketamakan dalam berpakaian indah dan perhiasaan yang mewah
atau ingin hidup bermewah-mewahan namun malas bekerja. d.
Termakan janji manis para calo yang menjanjikan pekerjaan dengan upah besar
Banyak dari para korban prostitusi dibuai janji para lelaki dan calo untuk pekerjaan-pekerjaan terhormat dengan gaji tinggi. Misalnya
sebagai pelayan toko, bintang film, pragawati, dan lain-lain.
32
Namun pada akhirnya mereka dijebloskan kedalam bordil-bordil dan rumah-rumah pelacuran.
Menurul ILO International Labor Organization, di Jepang sekitar 80 imigran perempuan terjerumus kedalam dunia prostitusi yang
dikamuflase menjadi dunia entertainment, dan salah satu negara pemasoknya adalah Indonesia.
e. Penundaan perkawinan
Jauh sesudah kematangan biologis disebabkan oleh pertimbangan- pertimbangan ekonomis dan standar hidup yang tinggi, lebih suka
melacurkan diri dari pada kawin. f.
Adanya traumatis luka jiwa dan shock mental Para wanita mengalami berbagai macam hal kegagalan dalam
bercinta atau pernikahan dimadu, ditipu, sehingga kematangan seks yang terlalu dini dan abnormalitas seks. Contoh: seorang gadis
cilik yang pernah terenggut kesuciannya oleh seorang laki-laki, menjadi terlalu cepat matang secara seksual ataupun menjadi patah
hati dan penuh dendam kesumat, lalu menerjunkan dirinya kedalam dunia pelacuran.
g. Adanya nafsu seks yang abnormal yang menyebapkan tidak puas
terhadap satu pasangan Nafsu seks yang abnormal dan tidak terintegrasi dalam
kepribadian, dan keloyalan seks. Histeris dan hyperseks, sehingga tidak puas mengadakan relasi seks dengan satu pasangan.
33
h. Melakukan hubungan seks sebelum perkawinan sekedar untuk
menikmati keindahan masa muda. Pada masa kanak-kanak pernah melakukan relasi seks atau suka
melakukan hubungan seks sebelum perkawinan premarital sexrelation untuk sekedar iseng atau untuk menikmati “masa
indah” di kala muda. Atau sebagai simbol keberanian atau kegagahan telah menjalani dunia seks secara nyata. Selanjutnya,
gadis-gadis tadi terbiasa melakukan banyak hubungan seks dengan pemuda-pemuda sebayanya dan trerperosoklah dalam dunia
pelacuran. i.
Banyaknya stimulasi seks dalam berbagai bentuk Misalnya Film-film biru, gambar-gambar biru, bacaan cabul, gang-
gang anak muda yang memperaktikkan relasi seks, Kecanduan obat-obatan dan memaksakan diri untuk menjadi pelacur untuk
dapat membeli obat-obatan tersebut. j.
Ajakan teman yang telah terlebih dahulu terjun dalam dunia prostitusi
Pekerjaan menjadi pelacur tidak membutuhkan keterampilanskill, tidak memerlukan inteligensi tinggi, mudah dikerjakan asal orang
yang bersangkutan memiliki kecantikan, kemudahan, dan keberanian. Tidak hanya orang-orang normal, wanita-wanita yang
agak lemah ingatan pun bisa melakukan pekerjaan ini. k.
Ada kebutuhan seks yang normal akan tetapi tidak terpuaskan oleh pihak suami
34
Misalnya karena suami impoten, lama menderita sakit, banyak istri-istri lain hingga suami jarang mendatangi yang bersangkutan,
lama bertugas ditempat yang jauh, dan lain-lain.
27
Jelaslah bahwa eksploitasi perempuan yang selama ini timbul adalah konsekuensi dari banyak sistem yang tidak adil. Banyak perempuan
yang berperan sebagai pekerja seks dalam dunia pertama datang dari dunia kedua, ketiga dan keempat. Di Indonesia dan di tempat lain banyak dari
mereka diperdagangkan dari negeri lain untuk melayani permintaan jumlah pelanggan yang meningkat.
Betapa tidak adilnya dunia bagi para wanita, mereka membutuhkan keadilan yang layak dan kesejahteraan dalam kehidupan mereka.
5. Dampak dari Prostitusi