Pelatih Peserta Bagaimna Metode yang Dilakukan dalam pemberian keterampilan

suatu pelecehan terhadap norma-norma yang telah ada. Tetapi kita tidak bisa jika hanya memberantas keberadaan wanita tuna susila tanpa harus memperhatikan solusi bagi mereka. Oleh karena itu sesuai surat keputusan Menteri Sosial RI Nomor 59HUK2003 Panti Sosial Karya Wanita PSKW “Mulya Jaya” Jakarta. Diberikan mandat untuk menanggulangi keberadaan wanita tuna susila. Dengan pemberian berbagai macam keterampilan dan pembinaan lanjut. Diantara keterampilan yang diberikan adalah program High Speed menjahit cepat, yang banyak terdapat didunia industri atau perusahaan-perusahaan garment. OD, OH dan DS merupakan wanita tuna susila yang mengikuti keterampilan tersebut. Disini mereka diberikan keterampilan untuk pengembangan potensi dan pengembalian keberfungsian sosial mereka.

1. Pelatih

Dalam pelatihan keterampilan High Speed yang menjadi Instruktur adalah Ibu Sri Purwanti, dan didampingi oleh Bapak Hasan Otoy beserta Ibu Supani Eka Wulandari. Ibu Sri merupakan orang yang berpengalaman dalam dunia Fasion, karena beliau adalah penulis tetap pada sebuah majalah bulanan Kartini. Sedangkan Bapak Hasan dan Ibu Eka adalah pegawai tetap dipanti, mereka memiliki jabatan lain selain menjadi pendamping. Bapak Hasan merupakan seorang Peksos Pekerja Sosial sedangkan Ibu Eka merupakan staf Sub Bagian Tata Usaha panti.

2. Peserta

a. Jumlah Peserta Peserta yang ikut keterampilan High Speed mememang tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan program keterampilan lain, yaitu sebanyak 10 orang. Mungkin jumlah ini terbilang sangat sedikit bila di bandingkan dengan jumlah peserta pelatihan keterampilan lain yang mencapai belasan bahkan puluhan. Tetapi tetap hal ini tidak menyurutkan minat mereka untuk belajar High Speed. Pak Hasan Otoy selaku pendamping pada keterampilan High Speed mengatakan, “Sebenarnya yang saya inginkan adalah pembatasan peserta pada penerimaan setiap keterampilan, supaya tidak terjadi timpang tindih antara yang satu dan yang lainnya. Mungkin tidak banyak peserta pelatihan yang memenuhi suatu keterampilan dan sistem pembelajaran dapat lebih teratur.” 1 Bila dilihat dari keadan dilapangan memang betul, keterampilan lain jauh lebih banyak diminati dari pada High Speed. Jika di lihat kedepan High Speed jauh lebih menjanjikan. Seperti kata Pak Hasan, “keterampilan lain hanya sebatas itu-itu saja, sedangkan High Speed adalah keterampilan yang banyak menjanjikan keberhasilannya. Seperti hasil surfei setelah mereka keluar, bahwa lebih banyak yang berhasil mereka yang ikut keterampilan High Speed. Mereka ada yang bekerja di PT dan membuka usaha rumahan.” 2 1 Wawancara pribadi dengan Pak Hasan Otoy, Selasa 6 oktober 2009 2 Ibid b. Kriteria Peserta Para peserta pada keterampilan High Speed adalah mereka para wanita tuna susila yang telah menjalani berbagai tahap proses peneriman di dalam panti, mereka merupakan wanita tuna susila hasil dari razia di berbagai kota dan ada juga mereka yang menjadi korban trafficking yang dipaksa menjadi pelacur. Para wanita tuna susila yang mengikuti keterampilan High Speed sudah menjalani serangkaian proses penerimaan. Mulai dari pemeriksaan kesehatan dan bersedia untuk mengikuti peraturan yang diterapkan di panti. Seperti kata Bapak Ali Samanta selaku kepala Rehabilitasi Sosial, ”Proses penerimaan yang dilakukan dalam rangka penerimaan siswaklien memeng sedikit ketat, Seperti pemeriksaan kesehatan. Hal ini dilakukan agar tidak ada siswa yang terjangkin penyakit IMS infeksi menular seksual dan ditularkan kepada siswa lain. Jadi mereka yang ada di Panti dapat dijamin kesehatannya”. 3 Pihak panti selalu berhati-hati dalam penerimaan siswa, hal ini akan berdampak positif bagi panti agar tidak terjadi hal yang kurang menyenangkan. Walaupun panti ini adalah tempat rehabilitasi sosial para wanita tuna susila tetap harus terlihat nyaman dan sopan. c. Pola Rekrutmen Pola rekrutmen yang dilakukan pihak panti dalam pemilihan keterampilan untuk para siswa adalah melalui tes penelusuran minat dan bakat, hal ini dilakukan untuk mengetahui apa yang diinginkan siswa dalam rangka pemberian keterampilan. Dengan kata lain tanpa 3 Wawancara pribadi dengan Pak Ali samanta selaku Kasie Resos, kamis 1 Oktober 2009 adanya paksaan dari berbagai pihak, sebagai mana dikatakan olah Pak Hasan selaku Pendamping dan Peksos: “untuk pemilihan keterampilan, para siswa dipersilahkan untuk memilih sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka. Hal ini dilakukan pada tes penelusuran minat dan bakat.” 4 Hal ini dilakukan agar para peserta merasa bertanggung jawab atas keputusan yang mereka pilih. Hingga suatu hari tidak ada alasan bahwa mereka belajar karena rasa terpaksa dan tertekan. d. Latar Belakang Pendidikan Peserta Para peserta keterampilan High Speed memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, diantara mereka ada yang hanya tamatan SD dan SMP. Tidak ada kriteria khusus harus seberapa tinggi pendidikan mereka. Seperti OD hanya tamatan SMP PGRI Cibitung, OH tamatan SD Jaya Winaya Subang, dan DS tamatan Mts Al-Imaroh. Dalam keterampilan High Speed hanya ditekankan bisa baca dan tulis agar para peserta dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan mencatat setiap materi yang diajarkan. Pak Hasan mengatakan: “Pendidikan memang suatu pola ukur yang paling pas, tetapi apa arti pendidikan jika tidak diimbangi dengan keterampilan. Banyak hal telah terbukti, bahwa keterampilan jauh lebih berperan dari tingkatan pendidikan yang didapat.” 5 4 Wawancara pribadi dengan Pak Hasan Otoy, Selasa 6 oktober 2009 5 Ibid.

3. Waktu Pelatihan High Speed