B. Berdasarkan nilai kadar glukosa Tabel 4.6
Distribusi data presbikusis dan non-presbikusis berdasarkan nilai kadar Glukosa
Variabel Kadar Glukosa
Total OR
P-Value N
DM Presbikusis
Non- presbikusis
Total 12
43 55
20 71,7
91,7 1
4 5
1,7 6,7
8,3 13
47 60
21,7 78,3
100 0,896
0.925
DM: Diabetes Mellitus
Untuk menegakkan diagnosis pada sampel mempunyai penyakit diabetes mellitus atau tidak, peneliti mengambil darah
sampel dengan menggunakan alat glukometer serta menanyakan kepada pasien ada atau tidaknya gejala klasik pada diabetes mellitus
yaitu poliuri, polidipsi, polifagi. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sampel presbikusis yang menderita diabetes mellitus lebih sedikit
yaitu berjumlah 1 orang 1,7 dibandingkan dengan sampel yang memiliki kadar gula darah normal yaitu 12 orang 20.
Berdasarkan uji statistik tidak ditemukan adanya hubungan antara presbikusis dengan nilai kadar glukosa.
C. Berdasarkan nilai kadar kolesterol Tabel 4.7
Distribusi data presbikusis dan non-presbikusis berdasarkan nilai kadar kolesterol
Variabel Kadar kolesterol
Total OR
P- Value
N HK
Presbikusis Non-
presbikusis Total
11 35
46 8,3
35 76,7
2 12
14 3,3
20 23,3
13 47
60 21,7
78,3 60
0,530 0,444
HK : Hiperkolesterolemia
Pada tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa apakah ada tidaknya hubungan anatara presbikusis dengan penyakit kolesterol.
Sampel penelitian presbikusis yang menderita hiperkolesterolemia lebih sedikit terjadi yaitu sebanyak 2 orang 3,3, dibandingkan
sampel presbikusis yang kadar kolesterolnya normal yaitu 11 orang 8,3. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan nilai p-value
0,05 sehingga tidak ditemukan adanya hubungan antara hiperkolesterolemia dengan kejadian presbikusis
D. Berdasarkan kebiasaan merokok Tabel 4.8
Distribusi data presbikusis dan non-presbikusis berdasarkan kebiasaan merokok
Variabel Merokok
Total OR
P- Value
Tidak Ya
Presbikusis Non-
Presbikusis Total
9 31
40 15
51,7 66,7
4 16
20 6,7
26,7 33,3
13 47
60 21,7
78,3 100
0,861 0,825
Pada tabel 4.8 terlihat bahwa sampel presbikusis dengan kebiasaan merokok berjumlah 4 orang 6,7, sedangkan sampel
yang tidak merokok berjumlah lebih banyak yaitu 9 orang 15. Tabel tersebut menunujukan hasil tidak adanya hubungan yang
bermakna anatara presbikusis dengan kebiasaan merokok.
4.2 Pembahasan
Presbikusis merupakan penurunan pendengaran sensorineural yang disebabkan proses degenerasi akibat bertambahnya usia. Faktor resiko selain
usia diduga dapat mempengaruhi terjadinya presbikusis seperti hipertensi, diabetes mellitus, hiperkolesterolemia, dan merokok.
Berdasarkan laporan penelitian ini ditemukan lansia yang menderita penyakit hipertensi sebanyak 28 orang 46,7, penyakit Diabetes Mellitus 5
orang 8,3, penyakit hiperkolesterolemia sejumlah 14 orang 23,3, dan lansia yang merokok sebanyak 20 orang 33,3.
Pada penelitian ini ditemukan adanya prevalensi presbikusis, dimana peneliti mengkelompokannya menjadi 2 bagian. Prevalensi tuli sensorineural
baik pada telinga kiri ataupun pada telinga kanan didapatkan sebanyak 27 orang 45, serta prevalensi tuli sensorineural pada telinga kanan dan kiri
atau presbikusis sebanyak 13 orang 21,7. Menurut Muyyasaroh presbikusis atau tuli sensorineural yang terjadi pada lanjut usia merupakan
penurunan pendengaran yang terjadi secara berangsur-angsur, terjadi secara degeneratif sehingga terjadi secara simetris bilateral.
17
4.2.1 Hubungan faktor resiko dengan presbikusis.
Dengan adanya faktor resiko seperti penyakit vaskular yang mempengaruhi aliran pembuluh darah koklea dan menurunnya
transportasi nutrisi yang berakibat degenerasi sekunder pada nervus kranial VIII.
Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara hipertensi dengan presbikusis dengan nilai p-value=0,987. Hasil ini bertentangan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Fernanda, dimana dalam penelitiannya dikatakan bahwa hipertensi adalah faktor independen
terhadap kejadian gangguan pendengaran.Selain itu, hal ini juga tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa hipertensi merupakan
faktor resiko terjadinya presbikusis dimana hipertensi adalah suatu keadaan tekanan darah yang persisten dimana tekanan darah sistol
diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg. Penyakit hipertensi yang terjadi bertahun-tahun dapat memperberat tahanan vaskular yang
dapat mengakibatkan viskositas darah meningkat, penurunan aliran darah kapiler dan transportasi darah ke organ telinga dalam yang
mengganggu transmisi sinyal pendengaran. Kemungkinan pada penelitian ini bahwa sampel dengan hipertensi yang menderita
presbikusis tidak berbeda jauh dengan sampel hipertensi tanpa