3.9.2 Test Penala
Terdapat beberapa tes pendengaran untuk menegakan diagnosis, di antaranya adalah tes Rinne, Weber dan Schwabach.
Pemeriksaan ini dilakukan pada ruangan yang tenang, penala yang digunakan adalah 512 Hz. Tes penala ini dilakukan untuk
membedakan air conduction dan bone conduction. Pada pemeriksaan Rinne setelah penala digetarkan, letakkan penala di
mastoid, ketika bunyi tidak terdengar lagi pindahkan ke depan liang telinga. Bila masih terdengar maka Rinne +, jika tidak terdengar
maka rinne -. Normalnya AC lebih baik dari pada DC. Hasil interpretasi yang didapat jika Rinne +: normal, tuli sensorineural;
Rinne -: tuli konduktif. Pemeriksaan kedua adalah melakukan pemeriksaan Weber,
setelah penala di getarkan letakkan di garis tengah kepala atau wajah dahi atau gigi lalu tanyakan pada pasien apakah suara
terdengar sama pada kedua telinga atau terdapat salah satu yang lebih dominan. Hasil interpretasi yang didapat jika Weber normal
tidak terdapat lateralisasi, bila terjadi lateralisasi pada telinga yang sehat maka terjadi tuli sensorineural, namun jika terjadi lateralisasi
pada telinga yang sakit maka terjadi tuli konduktif. Pemeriksaan ketiga pada tes penala adalah pemeriksaan
Schwabach.Pemeriksaan ini bersifat konfirmasi antara pemeriksa dengan pasien. Setelah penala digetarkan letakkan pada mastoid
pasien pindahkan penala pada pemeriksa begitupun sebaliknya. Bila pasien masih mendengar suara, maka Schwabach memanjang,
namun bila pasien tidak mendengar terdapat dua kemungkinan yaitu Schwabach memendek atau normal.
3.9.3 Pemeriksaan Audiometri
Pemeriksaan audiometri terdiri dari pemeriksaan air conduction AC dan bone conduction BC. Cara pemeriksaan
ambang dengar hantaran udara AC yaitu pertama dengan
meletakkan headphone sesuai dengan sisi telinga. Kanan berwarna merah kiri berwarna biru, lakukan pengenalan bunyi kepada pasien
degan memberikan stimulus frekuensi 1000 Hz 30db. Jika tidak didapatkan respon, maka naikan amplitudo sampai didapatkannya
respon stimulus, stimulus diberikan 1-2 detik, amplitudo yang diberikan tergantung kepada respon pasien terhadap stimulus
sebelumnya. Apabila pasien merespon terhadap stimulus,amplitudo diturunkan 10dB. Apabila pasien tidak memberikan respon maka
turunkan 5 dB, stimulus diberikan berturut-turut pada frekuensi 1000 Hz, 2000 Hz, 3000 Hz, 4000 Hz, 6000 Hz dan 8000 Hz. Lalu
tes ulang pada frekuensi 1000 Hz dilanjutkan pada frekuensi 500 Hz dan 250 Hz, ambang dengar yang ditentukan amplitudo yang
dapat dideteksi pasien minimal 2 dari 3 pemberian stimulus. Apabila terdapat perbedaan hasil, maka diambil ambang yang
paling terendah.
3.9.4 Audiometri Tutur
Untuk pemeriksaan kepekaan pendengaran SRT, pada saat akan diperiksa pasien hendaknya diberitahu terlebih dahulu
apa yang akan didengar dan bagaimana cara merespon nya. Pemeriksaan dapat dilakukan pada telinga yang hantaranyang
masih baik atau pada telinga yang tidak sakit. Setelah itu pasien diminta untuk mengulang kata yang didengar, dan didengar oleh
audiologis melalui sirkuit jawaban. Pada pemeriksaan WDS, daftar kata yang akan di perdengarkan oleh pasien yaitu pada tingkat 25-
40 dB yang memungkinkan pasien untuk mendapatkan skor maksimum. Skor diskriminasi adalah suatu presentasi berdasarkan
pada jumlah kata yang dapat diucapkan kembali dengan benar oleh pasien.Jika kata-kata yang di presentasikan sudah mencapai
intensitas maksimal dan skor diskriminasi mencapai 80 maka pemeriksaan dapat dihentikan. Namun jika skor yang didapat
kurang dari 80 maka pemeriksaan lebih lanjut dapat diteruskan pada presentasi yang lebih rendah.
3.10 Alur Penelitian
Meminta izin dan menjelaskan alur
pemeriksaan kepada
para sampel.
Pemeriksaan Audiometri
Pemeriksaan gula darah
Pemeriksaan Tekanan darah
Pemeriksaan lipid
Pemeriksaan penala
Pemeriksaan otoskopi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitan 4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Sampel penelitian ini adalah kelompok lanjut usia yang berusia diatas 60 tahun, dilakukan di Balai Perlindungan Provinsi Banten. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Juli-Agustus.Hasil penelitian yang didapat adalah 60 sampel.
Metode pengisian kuosioner ini dilakukan dengan melakukan wawancara kuosioner disebabkan karena keadaan yang sudah lanjut usia, dan
adanya pemeriksaan tekanan darah, kadar glukosa, kadar kolesterol, pemeriksaan telinga, tes penala, serta pemeriksaan menggunakan audiometri.
Pemeriksaan tekanan darah, kadar glukosa, kadar kolesterol, pemeriksaan telinga dan tes penala pada penelitian ini dilakukan langsung oleh peneliti
dibantu oleh seorang dokter umum, pemeriksaan audiometri juga dilakukan secara langsung oleh peneliti yang dipantau oleh seorang audiologis.
Tabel 4.1 Karakteristik Demografis Subjek Penelitian
Karakteristik Frekuensi
Persentase
Kelompok Usia
- 60-69 tahun
- 70-79 tahun
- ≥80 tahun
Total 18
33 9
60 30
55 15
100
Dari hasil tabel 4.1 dapat kita lihat bahwa sebaran usia sampel pada penelitian ini berdasarkan kelompok usia 60-69 tahun sebanyak 18 orang
30, kelompok usia 70-79 tahun sebanyak 33 orang 55 dan kelompok usia ≥80 tahun sebanyak 9 orang 15. Data tersebut memperlihatkan bahwa
kelompok usia yang paling banyak adalah kelompok usia 70-79 tahun yaitu 33 orang, dengan rata-rata usia 73 tahun.
4.1.2 Analisis Univariat
Analisis Univariat yaitu berfungsi untuk melihat frekuensi pada masing- masing variabel dependen dan independen.Dibawah ini dapat kita lihat
distribusi data yang diambil oleh peneliti.
Tabel 4.2 Distribusi data berdasarkan hasil tekanan darah, kadar glukosa,
kadar kolesterol dan kebiasaan merokok Karakteristik
Frekuensi Persentase
Tekanan Darah -
Normal -
Hipertensi Total
Kadar Glukosa -
Normal -
Diabetes Mellitus Total
Kadar Koleseterol -
Normal -
Hiperkelesterolemia Total
Merokok -
Tidak merokok -
Merokok : Total
32 28
60 55
5 60
46 14
60 40
20 60
53,3 46,7
100 91,7
8,3 100
76,7 23,3
100 66.7
33,3 100
Pada tabel 4.2 diatasdapat kita lihat distribusi data penelitian berdasarkan tekanan darah didapat bahwa jumlah sampel yang memiliki
tekanan darah normal berjumlah 32 orang 53 dan sampel yang memiliki hipertensi berjumlah 28 orang 46,7. Untuk distribusi data penelitian
berdasarkan hasil kadar glukosa sewaktu didapatkan sampel yang memiliki kadar glukosa normal sebanyak 55 orang 91,7 dan sampel yang memiliki
kadar glukosa tidak normal disertai dengan gejala klasik atau disebut dengan diabetes mellitus sebanyak 5 orang 8,3.
Berikutnya adalah distribusi data penelitian berdasarkan kadar kolesterol normal berjumlah 46 orang 76,7 dan yang memiliki kadar
kolesterol tidak normal atau hiperkolesterolemia sebanyak 14 orang 23,3. Percontoh penelitian yang tidak mengkonsumsi rokok sebanyak 40 orang
66,7 dan yang mengkonsumsi rokok sebanyak 20 orang 33,3.
Tabel 4.3 Prevalensi Tuli Sensorineural
Tuli Sensorineural Frekuensi
Persentasi Positif
Negatif Total
27 33
60 45
55 100
Berdasarkan tabel 4.3 hasil yang didapatkan berdasarkan uji data statistik bahwa dari 60 sampel yang ada 27 orang 45 diantaranya positif
tuli sensorineural baik di telinga kanan ataupun telinga kiri.
Tabel 4.4 Prevalensi Presbikusis
Presbikusis Frekuensi
Persentasi Tuli sensorineural
simetris bilateral 13
21,7
Berdasarkan tabel 4.4 diatas hasil penelitian ini dari 60 sampel yang berusia diatas 60 tahun ditemukan sampel yang positif presbikusis pada kedua
telinga atau simetris bilateral berjumlah 13 orang 21,7.
4.1.3 Analisis Bivariat A. Berdasarkan nilai tekanan darah
Tabel 4.5 Distribusi data presbikusis dan non-presbikusis
berdasarkan nilai tekanan darah.
HT : Hipertensi
Faktor resiko yang paling banyak ditemukan adalah hipertensi dimana untuk mendiagnosisnya dilakukan pemeriksaan tekanan
darah sebanyak 3 kali dalam waktu yang berbeda, tekanan darah yang meningkat pada lansia terjadi karena berkurangnya elastisitas
pembuluh darah arteri. Dinding pembuluh darah akan menjadi kaku sehingga mengakibatkan tahanan pada arteri akan semakin besar dan
meningkatkan tekanan darah. Pada tabel 4.7 terlihat bahwa dari 60 sample yang di teliti,
jumlah sample, presbikusis lebih banyak menderita hipertensi yaitu 7 orang 11,7 dibandingkan dengan percontoh yang tidak hipertensi
berjumlah 6 orang 10. Secara statistik tidak terdapat hubungan antara presbikusis dengan tekanan darah tidak normal atau
hipertensi.
Variabel Tekanan Darah
Total OR
P- Value
N HT
Presbikusis Non-
presbikusis Total
6 25
28 10
36,7 46,7
7 22
32 11,7
41,7 53,3
13 47
60 21,7
78,3 100
0,97 4
0,987