84
tangan yang disebut SBR dimana nasabah harus mengisi dua akad yang ada pada SBR tersebut yaitu akad Rahn dan Ijarah.
2. Ketentuan Biaya
Bank Jabar Banten Syariah
Ketentuan nilai pembiayaan pada Bank Jabar Banten Syariah untuk produk gadai emas minimal agunan seharga Rp. 1.000.000,- atau seberat
4 gram 16 karat selanjutnya untuk biaya ujrah sebesar Rp.3.750,-gram per bulan dan taksiran pinjaman berupa emas batangan sebesar 90 dan
koin serta perhiasan lainnya dengan nilai sebesar 85. Disertai dengan biaya materai Rp. 6.000,-dan tidak ada biaya administrasi. Biaya ujrah
dan materai dilunasi setelah akad berlangsung.
Pegadaian Syariah UPCS Lebak Bulus I Ketentuan niali pembiayaan pada UPCS Lebak Bulus I untuk gadai emas
ini sangat dipengarungi golongan marhun yang telah ditetapkan berdasarkan ketentuan redaksi perum pegadaian, pinjaman yang diberikan
digolongkan berdasarkan tingkat tariff simpanan dimana prosentase marhun bih sebesar plafon marhun bih dari taksiran. Minimum uang
marhun bih per surat SBR adalah Rp. 20.000,- dengan pembagian uang pinjaman sebagaimana sudah dijelaskan pada plafon marhun bih dan
taksiran nilai emas. Kemudian untuk biaya tarif jasa simpanan sebesar dengan plafon tarif ijarah itu sendiri per 10 hari masa penyimpanan untuk
85
setiap kelipatan taksiran marhun emas sebesar Rp. 10.000. dimana satu hari masa penyimpanan dihitung sama dengan 10 hari.
3. Penjualan Barang Gadaian
a
Prosedur Lelang
Bank Jabar Banten Syariah
Barang yang sudah jatuh tempo dan tidak adanya kesepakatan akad baru maka Bank Jabar Banten Syariah melakukan lelang barang gadaian
dengan bersama sama nasabah. Namun data sampai 2010 belum menunjukan adanya proses pelelangan.
Perum Pegadaian Syariah UPCS Lebak Bulus I
Barang yang sudah jatuh tempo nasabah bisa memperjang pinjaman nya sampai 4 bulan kedepan dengan membuat akad baru dan biaya
administrasi baru lagi, kemudian apabila nasabah belum sanggup membayar juga biasanya nasabah akan dihubungi oleh pihak pegadaian
sebagai pemberitahuan karena waktu sudah hamper mendekati jatuh tempo, jika nasabah tersebut tidak datang juga dan tidak ada komunikasi
lebih lanjut, maka sesuai dengan perjanjian pada Surat Bukti Rahn barang tersebut akan dilelang sesuai dengan tanggal lelang yang tertera pada
SBR. b
Pengambilan Biaya dari Hasil Lelang
Bank Jabar Banten Syariah
86
Hasil dari proses lelang barang gadai pihak Bank Jabar Banten Syariah hanya mengambil biaya pinjaman dan biaya denda sebesar Rp.
1.000gram per 15 hari, tidak adanya biaya ujrah karena sudah dibayar diawal transaksi. Kemudian apabila ada kelebihan dari penjualan barang
gadaian akan dikembalikan kepada nasabah setelah dikurangi biaya pinjaman dan biaya denda.
Pegadaian Syariah UPCS Lebak Bulus I
Sistem pelelangan barang akan dijual kepada umum dengan harga sesuai dengan harga pasar saat itu. Setelah barang tersebut terjual, maka hasilnya
akan dipotong biaya lelang dan biaya administrasi yang sudah digunakan. Uang kelebihannya = harga lelang - Uang pinjaman
– Jasa simpanan – biaya pelelangan. Apabila uang kelebihan pinjaman tidak diambil juga
oleh nasabah, maka uang tersebut akan diseranhkan ke lembaga zakat yang sudah terakriditasi.
87
Tabel 4.3 Perbadingan Umum gadai emas pada BJB Syariah dan UPCS Lebak Bulus I
NO. Ketentuan Umum Bank Jabar Banten Syariah
UPCS Lebak Bulus I
1. Pemenuhan Rukun
RahinPenggadai Murtahin
Marhun Marhun bih
Shighat Ijab Qabul Segmentasi pasar:
pedagang kecil UMKM. BJB Syariah.
Emas batangan, koin, perhiasan dan lain sebagainya.
Pemindahbukuan dan tunai. Menggunakan surat
kesepakatan Surat Gadai Bermaterai.
Segmentasi pasar: ibu ibu rumah tangga.
UPCS Lebak Bulus I. Emas dan perhiasan.
Tunai pada saat akad. Menggunakan Surat
Bukti Gadai SBR.
2.
Ketentuan Biaya Emas
= Rp. 1.000.000 seberat 4 gram 16 karat.
Ujrah
= sebesar Rp.3.750 gram per bulan.
Taksiran
= emas batangan sebesar 90, coin perhiasan
lainnya sebesar 85.
Taksiran
= 25 gram x Rp..harga pasar pada
saat akad. Uang pinjaman
= Gol taksiran x hasil
taksiran. Ijarah
= TaksiranRp. 10.000 x sesuai gol
ijarah x 1010. Biaya administrasi
= Sesuai dengan golongan
ijarah.
3.
Penjualan Barang Gadai
Prosedur lelang Pengambilan biaya
Bank
bersama nasabah
menjual emas tersebut. Biaya pinjaman dan denda,
Apabila tidak adanya kesepakatan antara
kedua belah pihak maka barang akan dilelang
secara umum. Sistem pelelangan pada
88
dari hasil lelang kemudian kelebihan lelang
diberikan ke nasabah setelah dikurangi biaya pinjaman dan
denda. UPCS Lebak Bulus I
barang akan dijual kepada umum sesuai
dengan harga pasar pada saat itu, setelah barang
tersebut dijual maka hasilnya akan dipotong
biaya lelang. Uang kelebihan = Harga
lelang
– Uang pinjaman – Jasa simpanan – Biaya
lelang.
Berdasarkan data yang telah diperoleh mengenai proses mekanisme operasional gadai emas serta lelang barang jaminan di Bank Jabar Banten Syariah dan Perum
Pegadaian UPCS Lebak Bulus I. kemudian dianalisa menurut perspektif syariah, maka yang perlu diperhatikan dalam menganalisa proses operasional rahn emas serta lelang
yang dilakukan oleh pihak pegadaian dan bank tersebut adalah mengenai rukun, syarat dan ketentuan umum mengenai rahn Gadai Syariah, sebagaimana sudah dijelaskan dan
dibahas pada BAB sebelumnya mengenai Landasan Teori. Gadai emas merupakan produk peminjaman uang tunai dengan memanfaatkan
jaminan atas suatu aset. Hanya dalam hitungan menit para nasabah sudah bisa mendapatkan uang dengan cukup menyerahkan emas, berlian, yang dimilikinya. Gadai
emas dapat dimanfaatkan oleh nasabah yang membutuhkan dana jangka pendek dan keperluan yang mendesak. Misalnya, menjelang tahun ajaran baru, hari raya, kebutuhan
modal kerja jangka pendek dan lain sebagainya. Gadai Emas di Bank Syariah dan Pegadaian Syariah secara umum menggunakan beberapa akad yaitu akad Qardh dalam
89
rangka Rahn dan akad Ijârah. Akad qardh dalam rangka rahn adalah akad pemberian pinjaman dari Bank dan Pegadaian untuk nasabah yang disertai dengan penyerahan tugas
agar pihak pegadaian menjaga barang jaminan berupa emas yang diserahkan. Akad ijârah digunakan untuk menarik ongkos sewa atas tempat penyimpanan
jaminan emas di pegadaian. Akad rahn sendiri dapat didefenisiskan sebagai perjanjian penyerahan barang untuk menjadi agunan dari fasilitas pembayaran yang diberikan.
63
Khusus untuk akad Qardh dalam rangka Rahn, ada juga pegadaian syariah yang memisahkan penggunaan kedua akad ini, sehingga akad Qardh dan akad Rahn berdiri
sendiri. K
reativitas pegadaian syariah dalam hal membuat produk baru yang dibutuhkan pasar tidak hanya memicu perkembangan pegadaian syariah secara signifikan. Di sisi
lain, kreativitas tersebut justru mengundang perdebatan seputar keabsahan dan kesesuaian hukum dari produk-produk hasil inovasi para ahli ekonomi syariah.
Perdebatan umumnya muncul dari aspek ketidaksesuaian akad-akad syariah yang digunakan dan asumsi-asumsi yang menganggap bahwa rukun syarat akad yang
menjadi landasan hukum produk pegadaian syariah telah dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi jalan belakang menuju Ribâ back door to interest yang diharamkan
dalam Islam. Perdebatan pertama adalah terdapat indikasi bahwa pegadaian syariah
membebankan tarif gadai melebihi dari riil cost yang dikeluarkan untuk operasional
63
Sutan Remy Sjahdeini.. Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia. Jakarta: PT. Utama Grafiti. 1999, hal 76.
90
pemasaran produk tersebut. Dengan maksud lain, parameter tarif gadai sebenarnya bukan dilihat dari riil cost melainkan ada parameter lain yang dijadikan acuan mengenai tariff
ijarah yang harus disesuaikan berdasarkan kesepakatan, yang paling ekstrem adalah mengikuti besaran bunga pinjaman pegadaian konvensional. Biaya penyimpanan dan
administrasi hanya sebatas syarat hukum yang dijadikan dasar pengenaan tarif. Alhasil, muncul opini yang menyatakan bahwa Gadai Emas di Bank dan pegadaian syariah tidak
ada bedanya dengan produk kredit pada bank dan pegadaian konvensional yang berbasis aset bunga kredit atas dasar aset pribadi self asset lending bahkan relatif lebih
mahal. Merujuk
pada Fatwa
DSN MUI
nomor 26DSN-MUIIII2002
tentang Rahn Emas pada putusan nomor 3 dinyatakan : “ Ongkos sebagaimana dimaksud ayat 2 ongkos yang ditanggung penggadai besarnya
didasarkan pada pengeluaran yang nyata- nyata diperlukan”
Berdasarkan pada ketetapan di atas, artinya bilamana tarif gadai yang telah ditetapkan oleh pegadaian syariah tidak termasuk dalam kategori pengeluaran yang
nyata-nyata diperlukan atau bisa dikatakan rekayasa maka secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa pegadaian syariah telah melakukan usaha yang mendekati
celah ribâ. Oleh sebab itu, agar hal tersebut tidak terjadi, kita sebagai akademisi harus melakukan kajian secara mendalam mengenai indikator-indikator yang menjadi
parameter penentuan besaran tarif gadai. Baik dari biaya tenaga kerja, biaya sewa tempat penyimpanan, biaya promosi produk, dan lain sebagainya.
91
Selanjutnya, perdebatan kedua mengarah pada kombinasi akad yang digunakan untuk produk tersebut. Secara umum, seluruh bank syariah menggunakan 3 tiga akad
dalam produk Gadai Emas di pegadaian syariah, yaitu rahn, qardh ijârah. Kombinasi pertama adalah antara akad rahn, akad qardh dan akad ijarâh.
Perdebatan yang muncul adalah dalam konteks penggabungan akad qardh dan akad ijarâh. Penggabungan kedua akad tersebut menyebabkan muncul opini di kalangan
akademisi dan pemerhati ekonomi syariah, bahwa pegadaian syariah telah melakukan kekeliruan karena telah menggabungkan akad yang berbentuk hutang piutang dalam hal
ini akad qardh dengan akad ijârah atas sewa tempat penyimpanan emas. Kelompok yang mengkritisi, berargumen bahwa dalam produk Gadai Emas Syariah dengan kombinasi
akad tersebut bisa menjerumuskan pegadaian syariah pada ribâ. Kombinasi akad qardh dan ijârah menyebabkan terkaitnya jumlah pinjaman dengan besaran tarif gadai yang
dikenakan kepada nasabah. Dalam hal ini pegadaian syariah secara tidak langsung telah mengambil tambahan keuntungan dari perjanjian utang piutang walaupun keuntungan
tersebut diperoleh dari akad sewa yang secara hukum boleh digunakan. Artinya, pegadaian syariah sama saja telah mengambil ribâ. Sebagaimana terdapat dalam
khazanah kaidah fiqhiyyah , yaitu :
ر ف ا عفْ َرج ْر ّلك
92
“ Setiap pinjaman utang-piutang yang mendatangkan tambahan atasnya maka tambahan itulah ribâ”.
64
Kombinasi kedua adalah antara akad rahn dan ijarâh. Akad rahn pada prinsipnya adalah hutang dengan jaminan yang termasuk dalam akad bersifat
tabarru‟, sedangkan akad ijârah secara bahasa sama seperti jual beli baca :
ba‟i manfaah al-ayn, dalam hal ini telah terjadi transfer kepemilikan hak pakai. Penggabungan antara akad jual beli dan
hutang-piutang dilarang berdasarkan hadits Rasullullah SAW :
65
ﻒلس ع ع ا ﺺ ﯽ لا ع ر ر ﯽ ا ع
Dari Abu Hurairah, Rasulullah melarang jual beli yang digabung dengan pinjaman.{ HR. Ahmad}
Argumentasi lain tentang kombinasi akad adalah pegadaian syariah telah melakukan kekeliruan karena menjadikan akad qardh sebagai sebagai salah satu landasan
akad dalam produk Gadai Emas Syariah. Faktanya dalam fatwa DSN-MUI nomor 26DSN-MUIIII2002 tentang Rahn Emas, tidak ada ketetapan dari DSN-MUI yang
mengindikasikan penggunaan akad selain akad ijârah dan akad rahn dalam konteks Gadai Emas. Lantas bagaimana sebenarnya cara yang baik untuk menilai suatu produk
perbankan syariah apakah telah sesuai hukum Islam atau pun tidak, apakah terjerumus ke dalam ribâ ataupun tidak ?
64
Wahbah Al-Zuhaili.. Al-fiqh al-islâmi wa adillatuhu. Damaskus : Dâr Fikr al- Mu‟asir. Juz 6,
2004. hal 4208.
65
Wahbah Al-Zuhaili. 2004. Al-fiqh al-islâmi wa adillatuhu. Damaskus : Dâr Fikr al- Mu‟asir. Juz
5 hal 3837 pada bahsan bentuk-bentuk ijârah ;ijârah
„alâ manâfi‟i, iii Wahbah Al-Zuhaili. 2002. Al- fiqh al-
mu‟âmalat al-mâliyah al-mu‟âshiroh. Damaskus : Dâr Fikr al-Mu‟asir. hal 72.
93
Menurut Bapak Hasanudin, Sekretaris DSN-MUI 2010 dan selaku dosen pembimbing saya dalam makalahnya yang berjudul Multi Akad Dalam Transaksi
Syariah Kontemporer Pada Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia : Konsep dan Ketentuan Dhawâbith dalam Perspektif Fiqh, salah satu parameter untuk menilai suatu
produk apakah telah memenuhi prinsip syariah atau tidak adalah dengan memperhatikan akad-akad
dan berbagai
ketentuannya yang
digunakan dalam
produk tersebut.
66
Kemudian untuk setiap multi akad yang mengantarkan pada yang haram, seperti ribâ , hukumnya haram, meskipun akad-akad yang membangunnya adalah boleh.
Penghimpunan beberapa akad yang hukum asalnya boleh namun membawanya kepada yang dilarang menyebabkan hukumnya menjadi dilarang.
67
Islam tidak membatasi manusia secara sempit dalam urusan muamalahnya. Islam adalah agama yang memberi
kemudahan bagi hambanya. Ajaran Islam memberi peluang kepada manusia untuk melakukan inovasi khususnya dalam bidang muamalah agar memudahkan dalam
kehidupan sehari-hari. Berangkat dari pemikiran di atas, bahwa analisa kesesuaian hukum seharusnya
tidak boleh kaku dengan hanya memperhatikan faktor internal, yaitu akad-akad syariah saja tanpa melihat faktor eksternal lain yang juga memberikan pengaruh terhadap aplikasi
produk syariah di lapangan. Faktor eksternal yang juga harus menjadi perhatian adalah berbagai ketentuan positif yang berlaku dan bersifat mengikat bagi bisnis Lembaga
66
Hasanudin. Multi Akad Dalam Transaksi Syariah Kontemporer Pada Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. Ciputat. 28 Mei 2009. hal 1.
67
Hasanudin. Multi Akad Dalam Transaksi Syariah Kontemporer Pada Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. Ciputat. 2009, Mei 28. hal 22.
94
Keuangan Syariah, seperti Peraturan-peraturan terkait gadai, Pedoman Akuntansi Syariah, dll, aspek keuangan meliputi sistem akuntansi, perhitungan keuntungan serta
faktor kebutuhan masyarakat terhadap jasa keuangan dan lain sebagainya.
Dalam hal perdebatan mengenai multi akad, bahwa tidak semua penggabungan antara akad bersifat
tabarru‟ dan akad bersifat tijârah dilarang sebagaimana yang terjadi dalam Produk Gadai Emas Syariah pada Bank Jabar Banten Syariah dan UPCS Lebak
Bulus I yang menggabungkan akad qardh dan akad ijârah dan atau akad rahn dan akad ijârah. Dengan menghilangkan faktor-faktor yang dapat menjerumuskan pada
praktik ribâ, gharar dan hal lain yang dilarang syariah, maka kombinasi akad tersebut dapat dibolehkan.
“Bahwa keharaman multi akad pada dasarnya disebabkan oleh tiga hal; dilarang agama atau karena dapat menimbulkan ketidakpastian gharar dan ketidakjelasan
jahâlah, menjerumuskan ke praktik riba, dan multi akad yang menimbulkan akibat hukum yang bertentangan pada objek yang sama”.
68
Dengan demikian proses operasional gadai emas syariah di Bank Jabar Banten Syariah Perum Pegadaian UPCS Lebak Bulus I telah memenuhi rukun, syarat dan
ketentuan umum Gadai Syariah serta sesuai dengan kaidah fiqh yang telah ada, tetapi masih banyak yang harus diperbaiki dan ditinjau kembali berdasarkan fatwa dan
ketentuan yang ada supaya pegadaian syariah tidak dianggap sama dengan produk pegadaian konvensional. Kemudian dalam mekanisme operasionalnya janganlah
68
Hasanudin. Multi Akad Dalam Transaksi Syariah Kontemporer Pada Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. Ciputat. 2009, Mei 28. hal 24.
95
melakukan usaha yang mendekati celah riba seperti indikator-indikator yang menjadi parameter penentuan besaran tarif gadai. baik dari biaya tenaga kerja, biaya sewa tempat
penyimpanan, biaya promosi produk, dan lain sebagainya. E.
Strategi Pengembangan Gadai Emas Syariah dalam Persaingan Bisnis Global
Dalam menghadapi persaingan yang ketat dan tuntutan konsumen yang semakin kritis, maka perlu ditanya lagi seberapa jauh gadai syariah mengelola usahanya secara
profesional, dengan bisnis oriented, tanpa harus meninggalkan ciri khusus dan misinya, yaitu pengeluaran uang pinjaman atas dasar hukum gadai syariah dengan sasaran utama
masyarakat golongan ekonomi lemah. Oleh karena itu, untuk melancarakan dan mewujudkannya, maka diperlukan
penyusunan strategi Pegadaian syariah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang sangat tergantung pada faktor lingkungan internal dan eksternal yang
mempengaruhi organisasi Pegadaian Syariah. Secara umum, arah strategi pengembangan usaha kedepan, diarahkan ke dalam bentuk kegiatan pokok sebagai berikut :
1 Usaha untuk membentuk lembaga pegadaian syariah terus dilakukan sebagai
usaha untuk mensosialisasikan praktek ekonomi syariah di masyarakat menengah ke bawah yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan pendanaan. Maka perlu
kerjasama dari berbagai pihak untuk menentukan langkah-langkah dalam pembentukan lembaga pegadaian syariah yang lebih baik.
2 Masyarakat akan lebih memilih pegadaian dibanding bank di saat mereka
membutuhkan dana karena prosedur untuk mendapatkan dana relatif lebih mudah
96
dibanding dengan meminjam dana langsung ke bank. Maka cukup alasan bagi pegadaian syariah untuk eksis di tengah-tengah masyarakat yang mermbutuhkan
bantuan. 3
Pegadaian syariah bukan pesaing yang mengakibatkan kerugian bagi lembaga keuangan syariah lainnya, dan bukan menjadi alasan untuk menghambat
berdirinya pegadaian syariah. Dengan keberadaan pegadaian syariah malah akan menambah pilihan bagi masyarakat untuk mendapatkan dana dengan mudah,
selain itu hal ini akan meningkatkan tersosialisasikannya lembaga keuangan syariah.
4 Pemerintah perlu untuk mengakomodir keberadaan pegadaian syariah ini dengan
membuat peraturan pemeritah atau UU pegadaian Syariah. Atau memberikan alternatif keberadaan biro pegadaian syariah dalam Perum Pegadaian Syariah.
5 Mengoptimalkan produk yang sudah ada dengan lebih profesional.
6 Mempertahankan surplus pegadaian syariah dan terus berupaya
meningkatkannya. 7
Memasarkan produk baru yang menguntungkan. 8
Meningkatkan modernisasi dan penanganan sarana dan prasarana 9
Membuat posisi keuangan yang likuid dan solvabel. 10
Meningkatkan komposisi barang gadai marhun.
97
11 Ekstensifikasi transaksi yang digunakan harus disesuaikan dengan penggunaan
dana dan lain-lain.
69
Sedangkan strategi yang digunakan Bank Jabar Banten Syariah dalam menjalankan usaha gadai emas yaitu dengan Aplikasi media promosi gadai emas pada Bank Jabar
Banten Syariah menggunakan dua media promosi yaitu media Above The Line seperti promosi melalui jalur media koran, radio, spanduk, televisi, brosur dan Below The Line
BTL yaitu promosi melalui jalur non media seperti Promosi ke lokasi pusat keramaian, kemudian media yang paling banyak diakses dan dijadikan sumber pengetahuan oleh
responden tentang gadai emas di Bank Jabar Banten Syariah adalah “koran” sebesar 33,
“spanduk” 30, “radio” 19, “brosur” sebesar 18.
Analisis SWOT Gadai Emas
Dengan analisa SWOT, maka dapat didefinisikan berbagai faktor yang secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan lembaga gadai syariah. Analisis ini
berdasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan Strength, dan peluang Oppourtunities, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan Weaknes,
dan ancaman Threath. Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan lembaga gadai syariah.
Dengan demikian strategic planer harus menganalisis faktor- faktor strategis perusahaan SWOT dalam kondisi yang ada saat ini.
70
69
Tony Ronald, “Analisis Konsumen Kota Malang terhadap Jasa Kredit Gadai Perum Pegadaian Kantor Daerah Malang”, Tesis program Pascasarjana UI, Magister Managemen, UI, 2001,
h. 3
70
Freddy Rangkuty, Analisis SWOT Teknik Membedah kasus bisnis: Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002, h. 18-19
98
Berdasarkan analisa SWOT, dapat dilihat kelebihan maupun kekurangan gadai emas syariah apabila dibandingkan gadai konvensional. Hasil analisa SWOT tersebut
adalah sebagai berikut: 1
Kekuatan Strength gadai emas syariah, bersumber dari: a
Dukungan umat islam yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia; b
Dukungan lembaga keuangan Islam di seluruh dunia; c
Pemberian pinjaman lunak qardhul hasan dan pinjamanpembiayaan mudharabah dan
ba‟i al-muqayadah dengan sistem bagi hasil pada gadai syariah sangat sesuai dengan kebutuhan pembangunan.
2 Kelemahan Weakness gadai emas syariah, adalah:
a Berprasangka baik kepada semua nasabahnya dan berasumsi bahwa semua
orang yang terlibat dalam perjanjian bagi hasil adalah jujur, yang mana ini akan menjadi bumerang bagi lembaga pegadaian syariah sehingga ini
menjadi sasaran empuk bagi nasabah yang beriktikad tidak baik; b
Memerlukan metode perhitungan yang rumit, apabila digunakan bagi hasil terutama dalam menghitung biaya yang dibolehkan dan pembagian laba
untuk nasabah-nasabah kecil, sedangkan juklak dan juknis masih belum sempurna;
c Karena menggunakan konsep yang berlandaskan syariah, maka pegadaian
syariah lebih banyak memerlukan tenaga-tenaga profesional yang handal, bukan hanya mengerti operasional gadai syariah, namun juga mengerti
99
tentang aturan Islamnya itu sendiri yang hal ini masih minim dimiliki oleh pegadaian syariah;
d Keterbatasan murtahin yang dapat dijadikan jaminan;
e Memerlukan adanya seperangkat peraturan dalam pelaksanaannya untuk
pembinaan dan pengawasannya. 3
Peluang Oppourtunity dan Keunggulan gadai emas syariah, adalah: a
Munculnya berbagai lembaga bisnis syariah lembaga keuangan syariah; b
Sangat profitable karena memiliki margin keuntungan yang relative tinggi;
c Resiko sangat kecil, jika dikelola dengan benar;
d Adanya peluang ekonomi bagi berkembangnya pegadaian syariah karena
mayoritas penduduk Indonesia adalah Islam. 4
Ancaman Threath gadai emas syariah, adalah: a
Dianggap adanya fanatisme agama karena berlabel Syariah; b
Susahnya menghilangkan mekanisme “Bunga” yang sudah mengakar dan menguntungkan bagi sebagian kecil golongan umat Islam.
71
71
Muhammad dan Solikhul Hadi, Pegadaian Syariah: Suatu Alternatif Konstruksi Sistem Pegadaian Nasional, Edisi 1, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003, hlm. 47-48.
100
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penulis pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut:
1. Pembiayaan gadai emas syariah adalah produk pembiayaan dimana lembaga
keuangan syariah Pegadaian Syariah memberikan fasilitas pinjaman kepada nasabah dengan jaminan berupa emas dengan mengikuti prinsip gadai syariah,
emas tersebut ditempatkan dalam penguasaan dan pemeliharaan pegadaian syariah dan atas pemeliharaan tersebut pegadaian syariah mengenakan biaya
sewa atas dasar prinsip Ijarah. 2.
Mekanisme akad Rahn Gadai Emas Syariah, Nasabah Rahin mendapat pembiayaan pinjaman qard pada akad ini nasabah dibebani biaya administrasi
untuk menutup cost proses pencairannya. fee penakasiran barang, penganti ATK, dll kemudian sebagai jaminannya, nasabah menyerahkan barang bergerak
berupa emas dan selanjutnya Pegadaian menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh BankPegadaian. Akibat yang timbul dari proses
penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi nilai investasi tempat penyimpanan, biaya perawatan dan keseluruhan proses kegiatannya. Atas dasar
ini dibenarkan bagi Bank dan Pegadaian mengenakan biaya sewa biaya ijarah