Tujuan Konsumsi Akad Perjanjian Transaksi Gadai Emas pada Pegadaian Syariah

49

B. Akad Perjanjian Transaksi Gadai Emas pada Pegadaian Syariah

Dalam gadai emas syariah yang dilakukan oleh lembaga pegadaian syariah dalam menjalankan operasionalnya minimal harus dapat menutupi seluruh biaya operasionalnya. Namun Islam mengajarkan untuk menjungjung tinggi nilai-nilai kemaslahatan agar terhindar dari riba, dengan demikian manusia akan terhindar dari ketidakadilan dan kedhaliman. Karenanya dalam akad gadai emas ini Islam menganjurkan supaya kedua belah pihak ntidak ada yang merasa dirugikan. Dalam mekanisme operasionalnya gadai syariah sendiri dapat dilakukan dengan menggunakan 6 akad. Keenam akad itu, tergantung pada tujuan pemanfaatan marhun bih. Keenam akad tersebut adalah Qard Al-Hasan, akad Ijarah, Akad Rahn, Akad Mudharabah, Akad ba‟I Muqayyadah, dan akad Musyarakah Amwal Al-Inan. 43

1. Tujuan Konsumsi

Berdasarkan pemanfaatan marhun bih untuk yang sifatnya konsumtif, Pegadaian Syariah tidak dapat memungut tambahan biaya atau diluar biaya yang jelas terjadi seperti hanya biaya administrasi dan biaya perawatan serta tempat sewa, karenanya gadai yang bersifat sosial ini, akad yang biasa digunakan adalah akad Qardhul Hasan dan Akad Ijarah. a Akad Qardhul Al-Hasan 43 Sasli Rais, Pegadaian Syariah Konsep dan Sistem Operasional, Jakarta: UI Press, 2005, h. 73. 50 Akad Qardh Al-Hasan adalah suatu akad yang dibuat oleh pihak pegadaian syariah dengan pihak penerima gadai dalam transaksi gadai emas yang bertujuan untuk mendapatkan uang tunai yang diperuntukan untuk tujuan konsumtif. Hal ini dimaksud, pemberi gadai hanya dikenakan biaya berupa upahfee dari penerima gadai, pada prinsipnya tidak boleh pembebanan biaya selain biaya administrasi. Namun, ketentuan biaya administrasi dimaksud harus berdasarkan cara:  Biaya administrasi harus dinyatakan dalam nominal, bukan presentase;  Biaya administrasi harus bersifat jelas, nyata, dan pasti serta terbatas pada hal mutlak yang diperlukan dalam akad atau kontrak. Selain itu mempunyai mekanisme dalam bentuk sebagaimana berikut: a Harta benda yang digadaikan oleh rahin berupa barang yang tidak dapat dimanfaatkan, kecuali dengan jalan menjualnya setelah mendapat persetujuan dari pemilik. b Tidak ada pembagian keuntungan bagi hasil. Oleh karena itu akad ini tetap diperkenankan menerima fee dari rahin sebagai pengganti biaya administrasi , sebagai contoh dapat diungkapkan: Ahmad membutuhkan uang tunai sebesar Rp. 10.000.000,00 untuk membeli kursi tamu dirumahnya. Karena itu Ahmad mengajukan permohonan ke kantor pegadaian syariah dengan membawa agunan berupa emas 100 gram. Berdasarkan jumlah dana permohonan, pihak pegadaian menaksir harga emas serta biaya titipannya selama tiga bulan sehingga Ahmad menerima jumlah uang yang dibutuhkan, namun pada awal ahmad meminjam pinjaman maka ia 51 harus membayar biaya taksiran agunan dan biaya sewa tempat penitipan emas 100 gram tersebut. 44 b Akad Ijarah Akad Ijarah adalah akad yang objeknya merupakan penukaran manfaat harta benda pada masa tertentu, yaitu pemilik manfaat dengan imbalan sama dengan seseorang menjual manfaat barangnya. Dalam akad ini ada kebolehan untuk menggunakan manfaat atau jasa dengan sesuatu penggantian berupa kompensasi. Dalam akad dimaksud, murtahin, dapat menyewakan tempat penyimpanan barang deposit box kepada nasabahnya. Barang titipan dapat berupa harta benda yang dapat menghasilkan manfaat atau tidak menghasilkan manfaat. Pemilik yang menyewakan disebut muajir pegadaian, sedangkan nasabah disebut muajir dan sesuatu yang dapat diambil manfaatnya disebut majur, sementara kompensasi atau imbalan jasa disebut ajran atau ujrah. Pelaksanaan akad ijarah tersebut berarti nasabah memberikan fee kepada pihak pegadaian ketika masa kontrak berakhir dan murtahin mengembalikan marhun kepada rahin. Karena itu, untuk menghindari terjadinya ribadalam transaksi ijarah maka pengenaan biaya jasa barang simpanan nasabah harus memenuhi persyaratan yaitu: a Harus dinyatakan dalam nominal, dan bukan berdasarkan presentase; b Sifatnya harus nyata, jelas dan pasti serta terbatas pada hal-hal yang mutlak diperlukan untuk terjadinya transaksi ijarah; c Tidak terdapat tambahan yang tidak tercantum dalam akad. 44 Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, h. 97. 52

2. Tujuan Produktif