1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ajaran Islam yang mengandung unsur Syari‟ah berisikan hal-hal yang mengatur hubungan manusia dan pencipta hablu min Allah dan hubungan sesama manusia
hablu min Nas yang dikenal dengan Muamalah Islam. Di antara amalan Muamalah tersebut melingkupi aktivitas perekonomian seperti, perdagangan, pinjamam-
meminjam, gadaian barang dan aktifitas ekonomi lainnya. Kebutuhan masyarakat akan uang tunai terkadang menjadi kebutuhan yang
segera pada waktu-waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan yang sangat mendesak yang mencakupi kebutuhan primer, sekunder maupun pelengkap demi
keberlangsungan hidup. Namun demikian, kebutuhan tersebut adakala tidak diimbangi dengan ketersediaannya uang tunai yang dimiliki. Maka solusi untuk
mengatasi hal tersebut masyarakat akan mendatangi lembaga keuangan atau individu-individu yang bisa menalangi dengan perjanjian ada barang yang
diserahkan sebagai jaminan seperti Perbankan dan Pegadaian. Kehadiran lembaga pegadaian dan Perbankan di Indonsia bukanlah hal yang
asing lagi. Bahkan lembaga ini menjadi sangat populer dikalangan masyarakat khususnya Jakarta, ketika menjelang lebaran tiba. Sudah merupakan tradisi bagi
pemudik di ibu kota untuk menggadaikan barang berharga mereka menjelang bulan
2
syawal. Dengan menitipkan emas, kendaraan bermotor atau barang berharga lainnya sebagai jaminan atas uang yang dipinjam, keinginan untuk bertemu sanak saudara
dikampung dengan kerinduan yang sangat pun terobati. Bukan tanpa alasan karena disaat ongkos dan harga kebutuhan untuk oleh-oleh
yang semakin menggila yang tidak lagi dapat diatasi oleh gaji maupun pendapatan selama di Jakarta, maka pegadaian merupakan alternatif yang dapat menjawab
tersebut. Sekilas lembaga ini memang terlihat sangat membantu. Dan tentu saja dengan menyuarakan motto “ mengatasi masalah tanpa masalah”-nya, lembaga ini
berhasil menafsir dan mencitrakan dirinya di mata masyarakat sangat baik. Akan tetapi, disadari atau tidak ternyata dalam prakteknya lembaga ini belum dapat terlepas
dari persoalan. Dengan berkaca mata pada syariat islam, ketika perjanjian gadai ditunaikan terdapat unsur-unsur yang dilarang syariat. Hal ini dapat terlihat dari
praktek gadai itu sendiri yang menentukan adanya bunga gadai, yang mana pembayarannya dilakukan setiap 15 hari sekali. Bukan hanya riba, ketidak jelasan
gharar, dan qimar juga ikut serta menghiasi aktifitas lembaga ini. Yang secara jelas terdapat kencenderungan merugikan salah satu pihak. Memang hal ini tidaklah terlalu
diperhatikan oleh masyarakat. Tetapi, ketika mereka terjebak dengan bunga yang membengkak serta ketidak sanggupan uintuk membayar, maka di sinilah masalah
letak permasalahan itu muncul. Saat ini, bisnis gadai emas syariah terus berkembang pesat. Di Indonesia, bisnis
ini bertahun-tahun dijalankan oleh Perum Pegadaian. Selain itu, bisnis ini juga dijalankan oleh beberapa bank syariah. Hal itu karena gadai emas syariah memiliki
3
potensi pengembangan bisnis cukup signifikan pada tahun belakangan ini. Hal itu dipicu terus meningkatnya harga emas dibanding mata uang kertas dalam beberapa
tahun terakhir. Peningkatan harga itu disebabkan karena emas memiliki nilai instrinsik yang lebih stabil dan tahan inflasi dibandingkan mata uang kertas seperti
rupiah atau dolar AS, Apalagi setelah dikeluarkannya Fatwa DSN NO: 26DSN- MUIIII2002 Tentang RAHN EMAS,
1
Sehingga masyarakat lebih tertarik menggadaikan barang jaminannya berupa Emas karena nilai ekonomisnya yang
sangat tinggi dari pada barang elektronik dan kendaraan yang terkadang bisa jatuh nilai ekonomisnya disebabkan oleh fakto-faktor ekonomis lainnya.
Dengan melihat dasar itulah, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian, memberikan gambaran apa dan bagaimana Praktek Produk Rahn Gadai Emas
Syariah serta cara strategi pengembangan yang digunakan pada Bank Syariah BSM dan Perum Pegadaian Syariah UPCS Lebak Bulus I, sehingga penulis
tertarik mengambil judul
”STUDI KOMPARASI APLIKASI GADAI EMAS SYARIAH SERTA STRATEGI PENGEMBANGAN PADA BANK SYARIAH
DAN PERUM PEGADAIAN SYARIAH”.
1
Himpunan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah tentang Ekonomi Syariah
4
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah