Latar Belakang Masalah Penilaian Kewajaran harga Saham Dengan Pendekatan Analisis Fundamental Pada Sektor Telekomunikasi Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pergerakan harga dipasar saham sangat sulit untuk ditebak sehingga para pakar pasar modal mengatakan bahwa harga suatu saham, pada suatu saat telah mencerminkan segala sesuatu yang diketahui tentang saham tersebut pada saat tersebut. Ini menjelaskan bahwa pergerakan harga menjadi sulit untuk ditebak Fahmi, 2006:14. Oleh karena itu, saham dikenal dengan karakteristik high risk - high return yang merupakan surat berharga yang memiliki risiko tinggi tetapi memberikan peluang keuntungan tinggi pula. Saham memungkinkan pemodal mendapatkan return atau keuntungan capital gain dalam jumlah besar dalam waktu singkat, namun seiring dengan pergerakan harga saham, maka saham juga dapat membuat pemodal mengalami kerugian besar dalam waktu singkat seperti halnya tidak mendapat dividen dan capital loss harga jual lebih rendah daripada harga beli. Investor harus berhati-hati dalam pembuatan keputusan investasi dengan memahami informasi yang berhubungan dengan perusahaan yang menerbitkan saham sehingga dengan informasi tersebut investor melakukan berbagai analisis. Analisis tersebut berguna untuk menilai saham-saham yang akan dipilih dan untuk mengetahui tingkat return yang diharapkan dalam menentukan strategi investasi yang akan dilakukan. Universitas Sumatera Utara Analisis fundamental menyatakan bahwa saham memiliki nilai intrinsik nilai yang seharusnya tertentu. Analisis ini membandingkan antara nilai intrinsik suatu saham dengan harga pasarnya guna menentukan apakah harga pasar saham tersebut sudah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum. Nilai intrinsik tersebut memberikan ukuran mengenai nilai dasar dari suatu saham dan merupakan standar untuk mempertimbangkan apakah saham tersebut dinilai terlalu rendah undervalued, wajar fairly priced atau dinilai terlalu tinggi overvalued Brigham dan Houston, 2006:360. Investor sering dihadapkan pada pertanyaan mendasar dalam melakukan rencana investasi seperti apakah saham di pasar mencerminkan nilai sebenarnya dari perusahaan. Nilai sebenarnya dari perusahaan digambarkan oleh nilai intrinsik dan nilai buku dari saham yang merupakan nilai fundamental fundamental value. Nilai intrinsik dapat dicari dengan menggunakan pendekatan dividen yaitu Dividend Discount Model DDM. Nilai buku merupakan selisih antara total aktiva dengan total kewajiban kemudian dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Model penilaian saham DDM menyatakan bahwa nilai intrinsik suatu saham adalah nilai sekarang dari penjumlahan arus kas yang diharapkan diterima pemegang saham dimasa datang. Arus kas tersebut didiskontokan dengan menggunakan tingkat biaya modal cost of capital yang mencerminkan adanya tingkat risiko saham yang bersangkutan mengingat arus kas yang diterima oleh pemegang saham dalam bentuk dividen, maka nilai intrinsic saham menunjukkan nilai sekarang dari seluruh dividen yang akan dibayar perusahaan tersebut dimasa datang. Universitas Sumatera Utara Harga saham cenderung mengikuti naik turun besarnya dividen yang dibayarkan. Pembayaran dividen yang tinggi memunculkan anggapan bahwa perusahaan emiten mempunyai prospek keuntungan yang baik. Demikian pula sebaliknya, penurunan pembayaran dividen dianggap sebagai penurunan tingkat keuntungan. Nilai buku dihitung dengan membagi nilai bersih net worth perusahaan dengan jumlah saham yang beredar. Nilai Buku Book Value dianggap sebagai nilai akuntansi saham sebuah perusahaan yaitu nilai aset perusahaan yang secara teoritis akan diterima oleh pemegang saham jika perusahaan tersebut dijualdilikuidasi. Dengan kata lain, nilai buku book value merupakan nilai dari sebuah perusahaan jika hanya mengambil aset serta laba ditahan sebagai perhitungan. Industri Telekomunikasi tumbuh dengan cepat dan semakin menjanjikan. Peran telekomunikasi menjadi sangat dominan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat modern. Berbagai kemudahan begitu saja muncul dan telekomunikasi menjadi faktor utama lalu lintas informasi, sementara informasi menjadi unsur penunjang terbesar dalam upaya manusia menguasai dunia. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta orang merupakan pasar potensial bagi perkembangan industri telekomunikasi apalagi industri ini merupakan kebutuhan yang sangat mendasar. Pelanggan industri telekomunikasi di dalam negeri pada tahun 2009 mendatang diperkirakan bakal melonjak 20 dari 75 juta menjadi 90 juta pelanggan.Pasar industri telekomunikasi di dalam negeri sebenarnya masih besar. Hal tersebut terkait dengan perkembangan industri telekomunkasi di Universitas Sumatera Utara dalam negeri sejak beberapa tahun lalu tumbuh dengan pesat, karena para vendor telekomunikasi aktif mengembangkan usahanya. Ada 3 perusahaan emiten dari sektor telekomunikasi yang terdaftar di BEI yang masuk kedalam indeks LQ45 yaitu PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk, Indosat,Tbk dan Bakrie Telkom,Tbk artinya bahwa perusahaan ini merupakan perusahaan yang telah terbukti memiliki tingkat likuiditas yang baik dan kapitalisasi pasar yang cukup besar. Hal ini tentu menjadi pemikat bagi para investor karena perusahaan ini diperkirakan dapat memberikan dividen yang cukup besar bagi investor dengan demikian sektor telekomunikasi menjadi salah satu sektor yang diminati investor. Penelitian ini ingin meneliti kewajaran harga saham sejak tahun 2003-2007 sehingga Bakrie Telkom tidak termasuk kedalam target populasi karena perusahaan ini listing di BEI sejak tahun 2006. Dengan kata lain saham Bakrie Telkom diperdagangkan sejak tahun 2006 sehingga harga saham tahun-tahun sebelumnya tidak diketahui. Berikut bisa dilihat pernyataan dividen dari kedua perusahaan yaitu PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk dan Indosat,Tbk: Universitas Sumatera Utara Tabel 1.1 Pernyataan dividen PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk dan Indosat,Tbk Sumber: www.idx.co.id , icmd 2004 Februari dan April 2009, diola Tahun Dividen PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk Indosat,Tbk Dividen per Lembar Rp Perubahan Dividen Harga Pasar Saham Rp Perubahan Harga Saham Nilai Buku Rp Perubahan nilai Buku Dividen Per Lembar Rp Perubahan Dividen Harga Pasar Saham Rp Perubahan Harga Saham Nilai Buku Rp Perubahan nilai buku 2002 331,16 - 3.850 - 1650,15 - 146,13 - 9.250 - 2700,40 - 2003 301,95 8,82 6.750 75,32 1576,28 4,47 144,55 1,08 15.000 62,16 2990,35 10,73 2004 152,01 49,66 4.825 28,51 1005.03 36,24 154,23 6,70 5.750 61,66 2494,57 16,57 2005 218,86 43,97 5.900 22,27 1155,38 14,95 149,32 3,17 5.550 3,84 2672,68 7,14 2006 254,80 16,42 10.100 71,18 1392,30 20,50 129,75 13,06 6.750 21,62 2797,56 4,67 2007 309,59 21,50 10.150 0,5 1674,04 20.23 187,90 44,76 8.650 28,14 3044,71 8,83 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Tabel 1.1 menunjukkan bagaimana perubahan dividen berpengaruh terhadap harga saham PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk dan Indosat,Tbk dimana kenaikan dividen menyebabkan kenaikan harga saham demikian sebaliknya. Kenaikan maupun penurunan dividen pada PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk menyebabkan kenaikan maupun penurunan harga saham pada tahun 2003-2007. Hal ini tidak sepenuhnya terjadi pada Indosat,Tbk karena sekalipun dividennya turun harga sahamnya tetap naik seperti yang terjadi pada tahun 2003 dan tahun 2006. Nilai buku yang ditunjukkan kedua perusahaan juga mengalami naik turun seperti halnya harga saham. Nilai buku Telkom terendah adalah pada tahun 2004 yaitu sebesar Rp1005.03 dan tertinggi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp 1674,04. Kenaikan nilai buku Telkom menyebabkan kenaikan harga sahamnya pada tahun 2003-2007. Berbeda dengan Telkom, harga saham Indosat,Tbk tidak sepenuhnya merespon kenaikan maupun penurunan nilai buku saham seperti yang terjadi pada tahun 2005 dimana nilai buku naik menjadi Rp2672,68 namun harga sahamnya turun dari Rp5.750 menjadi Rp5.550. Fluktuasi dividen yang dialami kedua perusahaan tersebut menggambarkan bahwa dividen yang dibayarkan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk dan Indosat, Tbk memiliki pertumbuhan dividen yang tidak tetap dari tahun 2003-2007 artinya bahwa kedua perusahaan ini memiliki dividen dengan pertumbuhan supernormal dan jika dihubungkan dengan harga saham maka dapat dilihat fenomena yang terjadi dimana penurunan dividen tidak sepenuhnya membuat harga aktual saham juga turun. Hal ini Universitas Sumatera Utara menunjukkan adanya indikasi bahwa harga pasar dari PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk dan Indosat, Tbk tidaklah wajar. Calon investor maupun investor tentunya sangat berkepentingan terhadap informasi penilaian kewajaran dari harga saham yang akan maupun sudah dimilikinya sehingga dapat mengambil keputusan investasi yang tepat dalam arti yang menguntungkan. Dengan melihat perbandingan antara pergerakan dividen yang tidak sesuai dengan pergerakan harga pasar saham maka penelitian ini ingin mengkaji lebih dalam apakah harga saham pada sektor telekomunikasi sama atau tidak dengan nilai kewajaran saham dengan mengambil judul “Penilaian Kewajaran Harga Saham dengan Pendekatan Analisis Fundamental Pada Sektor Telekomunikasi di BEI” . Untuk melihat nilai kewajaran saham pada penelitian ini akan digunakan Dividend Discount Model pertumbuhan supernormal dan dengan melihat nilai bukunya book value.

B. Perumusan Masalah