Kategorisasi Skor Penelitian Pengaruh Tuntutan Kerja dan Hubungan Atasan -Bawahan terhadap Stres Kerja

Y = 46,483 +0,574+0,5-0,022 X1 + - 0,692 + 0,522 - 0,957+ 0,151 X2 Keterangan : Y = Stres Kerja X1 = Tuntutan Kerja X2 = Hubungan Atasan-Bawahan Dari persamaan garis di atas, dapat diartikan bahwa bila tuntutan kerja dan hubungan atasan bawahan bertambah satu satuan maka terjadi perubahan tingkat stres sebanyak 4 6,559 satuan.

C. Kategorisasi Skor Penelitian

1. Kategori skor penelitian Stres kerja Data stres kerja diperoleh dengan m enggunakan skor skala stres kerja yang terdiri dari 18 item yang sahih. Pemberian skor terhadap setiap butir pernyataan bergerak dari 1 -5, dari hal tersebut maka skor harapan terendah yang dapat dicapai adalah 18 dan skor tertinggi yang diharapkan dapat dicapai adalah 90. Dari skala stres kerja diperoleh mean hipotetik µ sebesar 54 dengan standar deviasi σ adalah sebesar 12. Sementara mean empirik X yang diperoleh adalah sebesar 46,95 dengan standar deviasi S 6,95. Perbandingan data empirik dan hipo tetik dapat dilihat dalam tabel 2 3 berikut ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 23. Perbandingan Data Empirik dan Hipotetik Stres Kerja Variabel Data Empirik Data Hipotetik Stres Kerja Min Max Mean SD Min Max Mean SD 36 64 46,95 6,95 18 90 54 12 Berdasarkan hasil penelitian, didapat hasil perbandingan mean empirik dan mean hipotetik dari variabel stres kerja yang menunjukkan bahwa mean rerata empirik X = 46,95 lebih rendah daripada rerata hipotetik µ = 54. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata -rata stres kerja subjek penelitian termasuk dalam kategori rendah. Selanjutnya, subjek digolongkan dalam 3 kategori stres kerja yaitu rendah, sedang dan tinggi. Pengkategorian stres kerja dengan membagi distribusi normal atas enam bagian atau enam satuan standar deviasi. Untuk menggolongkan subjek ke dalam 3 kategori stres kerja, maka keenam satuan deviasi standar itu dibagi ke dalam 3 bagian menjadi: X µ - 1.0σ = stres kerja rendah ; µ - 1.0σ ≤ X µ + 1.0σ = stres kerja sedang ; µ + 1.0σ ≥ X = stres kerja tinggi. Skala stres kerja yang sahih terdiri dari 18 item dengan 5 pilihan jawaban yang bergerak dari 1 -5 sehingga diperoleh rentang mini mun- maksimumnya adalah 18x1 = 18 sampai dengan 18x5 = 90 sehingga luas jarak sebarannya adalah 90 – 18 = 72. Dengan demikian setiap satuan Universitas Sumatera Utara deviasi standarnya bernilai σ = 12 dan mean hipotetiknya µ = 54. Dari data tersebut, dapat dibuat kategorisasi skor s tres kerja seperti tabel 24. Tabel 24. Kategorisasi Skor Stres Kerja Rentang Nilai Kategori Stres Kerja Jumlah N Persentase X 42 Stres kerja rendah 32 22,8 42 ≤ X 81 Stres kerja sedang 108 77, 1 66 ≥ X Stres kerja tinggi - - Jumlah 140 100 Dari tabel 24 dapat dilihat bahwa subjek yang memiliki stres kerja rendah sebanyak 32 orang 22,8 , subjek yang memiliki stres kerja sedang sebanyak 108 orang 77,1 , dan subjek dengan stres kerja tinggi nol. 2. Kategori skor Penelitian Tuntutan Kerja Data tuntutan kerja diperoleh dengan menggunakan skor tuntutan kerja yang terdiri dari 12 item yang sahih. Pemberian skor terhadap setiap butir pernyataan bergerak dari 1 -5, dari hal tersebut maka skor harapan terendah yang dapat dicapai adalah 12 dan skor t ertinggi yang diharapan dapat dicapai adalah 60. Dari skala tuntutan kerja diperoleh mean hipotetik µ sebesar 36 dengan standar deviasi σ sebesar 8. Sementara mean X yang diperoleh adalah 44,94 dengan standar deviasi Universitas Sumatera Utara S 5,34. Perbandingan data empir ik dan hipotetik dapat dilihat dalam tabel 25 berikut. Tabel 25. Perbandingan Data Empirik dan Hipotetik Tuntutan Kerja Variabel Data Empirik Data Hipotetik Tuntutan Kerja Min Max Mean SD Min Max Mean SD 32 58 44,94 5,34 12 60 36 8 Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh hasil perbandingan mean empirik dan mean hipotettik dari variabel tuntutan kerja yang menunjukkan bahwa rerata empirik X = 44,94 lebih tinggi daripada rerata hipotetik µ = 36. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tuntutan kerja pada subjek penelitian lebih tinggi. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa standar deviasi empirik S = 5,34 lebih rendah dari standar deviasi hipotetik σ = 8. Hal ini menunjukkan bahwa tuntutan kerja pada karyawan perkebunan memiliki variasi yang rendah. Kemudian, subjek akan digolongkan dalam 3 kategori tuntutan kerja yaitu rendah, sedang dan tinggi. Pengkategorian tuntutan kerja dilakukan dengan membagi distribusi normal atas enam bagian atau enam satuan deviasi standar. Skala tuntutan kerja berubah yang terdiri dari 12 item yang sahih dengan 5 pilihan jawaban yang bergerak dari 1 -5, maka diperoleh rentang minimum-maksimumnya yaitu 12 x 1 = 12 sampai dengan 12 x 5 = 60 Universitas Sumatera Utara sehingga luas jarak sebarannya adalah 60 – 12 = 48. Dengan demikian setiap satuan deviasi standarnya bernilai σ = 486 = 8 dan mean hipotetiknya adalah µ = 36. Dari perhitungan di atas, dapat dibuat kategorisasi tuntutan kerja seperti tabel 2 6 berikut. Tabel 26. Kategorisasi Skor Tuntutan Kerja Rentang Nilai Kategori Tuntutan Kerja Jumlah N Persentase X 28 Tuntutan Kerja Rendah - - 28 ≤ X 44 Tuntutan Kerja Sedang 62 44,28 44 ≥ X Tuntutan Kerja Tinggi 78 55,71 Jumlah 140 100 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa subjek yang memiliki tuntutan kerja yang rendah sebanyak 0 orang , subjek dengan tuntutan kerja sedang 62 orang 44,28, subjek dengan tuntutan kerja tinggi adalah sebanyak 78 orang 55,71. 3. Kategori skor Penelitian workload Data workload diperoleh dengan menggunakan skor workload yang terdiri dari 5 item yang sahih. Pe mberian skor terhadap setiap butir pernyataan bergerak dari 1 -5, dari hal tersebut maka skor harapan terendah yang dapat dicapai adalah 5 dan skor tertinggi harapan yang dapat dicapai adalah 27. Universitas Sumatera Utara Tabel 27. Perbandingan Data Empirik dan Data Hipotetik dala m Dimensi Workload Dimensi Data Empirik Data Hipotetik Workload Min Max Mean SD Min Max Mean SD 13 25 18,86 2,25 5 25 15 3,3 Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh hasil perbandingan mean empirik dan mean hipotettik dari variabel tuntutan kerja y ang menunjukkan bahwa rerata empirik X = 18,86 lebih tinggi daripada rerata hipotetik µ = 15. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dimensi workload pada subjek penelitian lebih tinggi. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa standar deviasi empirik S = 2,25 lebih tinggi dari standar deviasi hipotetik σ = 3,3. Hal ini menunjukkan bahwa workload pada karyawan perkebunan memiliki variasi yang tinggi. 4. Kategorisasi skor emotional load Data emotional load diperoleh dengan menggunakan skor emotional yang terdiri dari 3 item yang sahih. Pemberian skor terhadap setiap butir pernyataan bergerak dari 1 -5, dari hal tersebut maka skor harapan terendah yang dapat dicapai adalah 3 dan skor tertinggi harapan yang dapat dicapai adalah 15. Berikut penjelasanya pada tabel 28. Universitas Sumatera Utara Tabel 28. Perbandingan Data Empirik dan Data Hipotetik dalam Dimensi Emotional Load Dimensi Data Empirik Data Hipotetik Emotional Load Min Max Mean SD Min Max Mean SD 5 15 10,59 2,11 3 15 9 2 Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh hasil perban dingan mean empirik dan mean hipotettik dari variabel tuntutan kerja yang menunjukkan bahwa rerata empirik X = 10,59 lebih tinggi daripada rerata hipotetik µ = 9. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dimensi emotional load pada subjek penelitian lebih ting gi. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa standar deviasi empirik S = 2,11 lebih tinggi dari standar deviasi hipotetik σ = 2. Hal ini menunjukkan bahwa emotional load pada karyawan perkebunan memiliki variasi yang tinggi. 5. Kategorisasi cognitive load Data cognitive load diperoleh dengan menggunakan skor cognitve load yang terdiri dari 4 item yang sahih. Pemberian skor terhadap setiap butir pernyataan bergerak dari 1 -5, dari hal tersebut maka skor harapan terendah yang dapat dicapai adalah 4 dan skor tertinggi harapan yang dapat dicapai adalah 20. Berikut penjelasanya pada tabel 29. Universitas Sumatera Utara Tabel 29. Perbandingan Data Empirik dan Data Hipotetik dalam Dimensi Cognitive Load Dimensi Data Empirik Data Hipotetik Cognitive Load Min Max Mean SD Min Max Mean SD 8 20 15,48 2,47 4 20 12 2,67 Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh hasil perbandingan mean empirik dan mean hipotettik dari variabel tuntutan kerja yang menunjukkan bahwa rerata empirik X = 15,48 lebih tinggi daripada rerata hipotetik µ = 12. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dimensi cognitive load pada subjek penelitian lebih tinggi. Has il perbandingan menunjukkan bahwa standar deviasi empirik S = 2,47 lebih rendah dari standar deviasi hipotetik σ = 2,67. Hal ini menunjukkan bahwa cognitive load pada karyawan perkebunan memiliki variasi yang rendah. 6. Hubungan Atasan-Bawahan Data hubungan atasan-bawahan diperoleh dengan menggunakan skor hubungan atasan -bawahan yang terdiri dari 16 yang sahih. Pemberian skor terhadap setiap butir pernyataan bergerak 1 -5, dari hal tersebut maka skor harapan terendah yang dapat dicapai adalah 16 dan skor tertinggi yang diharapkan dapat mencapai 80. Dari skala hubungan atasan-bawahan diperoleh mean hipotetik µ sebanyak 48 dengan standar deviasi σ sebesar 10,67. Sementara mean empirik X yang Universitas Sumatera Utara diperoleh adalah 57,44 dengan standar deviasi S 7,14. Perbandingan data empirik dan hipotetik dapat dilihat dalam tabel 30 berikut. Tabel 30. Perbandingan Data Empirik dan Data Hipotetik Hubungan Atasan-Bawahan Variabel Data Empirik Data Hipotetik Hub. Atasan- Bawahan Min Max Mean SD Min Max Mean SD 33 70 57,44 7,14 16 80 48 10,67 Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh hasil perbandingan mean empirik dan mean hipotetik dari variabel hubungan atasan - bawahan yang menunjukkan bahwa rerata empirik X=57,44 lebih tinggi daripada rerata hipotetik µ=48. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan atasan-bawahan pada subjek penelitian tinggi. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa standar deviasi empirik S=7,14 lebih tinggi dari standar deviasi hipotetik σ=10,67. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan atasan -bawahan pada karyawan perusahaan ini memiliki variasi yang rendah. Kemudian, subjek akan digol ongkan dalam 3 kategori hubungan atasan-bawahan yaitu rendah, sedang dan tinggi. Pengkategorian hubungan atasan-bawahan dilakukan dengan membagi distribusi normal atas enam bagian atau enam satuan deviasi standar. Skala hubungan atasan yang terdiri dari 16 item dengan 5 pilihan jawaban yang bergerak dari 1 -5, maka diperoleh rentang minimum - Universitas Sumatera Utara maksimumnya yaitu 16x1= 16 sampai dengan 16x5= 80, sehingga luas jarak sebarannya adalah 80 -16= 64. Dengan demikian setiap satuan deviasi standarnya bernilai σ646 = 10,67 dan mean hipotetiknya adalah µ= 48. Dari perhitungan di atas, dapat dibuat kategorisasi hub ungan atasan-bawahan seperti tabel 31 berikut. Tabel 31. Kategori skor hubungan atasan -bawahan Rentang Nilai Kategori Hubungan Atasan -bawahan Jumlah N Persentase X 37 Hubungan atasan-bawahan Rendah 1 0,71 37 ≤ X 58 Hubungan atasan-bawahn Sedang 64 45,71 58 ≥ X Hubungan atasan-bawahan Tinggi 75 53,57 Jumlah 140 100 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa subjek yang memiliki hubungan atasan-bawahan yang rendah sebanyak 1 orang 0,71, subjek dengan hubungan atasan -bawahan yang sedang adalah sebanyak 64 orang 45,71, dan subjek dengan hubungan atasan -bawahan tinggi adalah sebanyak 75 orang 53,57. 7. Kategorisasi skor kontribusi Data kontribusi diperoleh dengan menggunakan skor kontribusi yang terdiri dari 5 item yang sahih. Pemberian skor te rhadap setiap butir pernyataan bergerak dari 1 -5, dari hal tersebut maka skor harapan Universitas Sumatera Utara terendah yang dapat dicapai adalah 5 dan skor tertinggi harapan yang dapat dicapai adalah 25. Berikut penjelasanya pada tabel 32. Tabel 32. Perbandingan Data Empirik dan Data Hipotetik Dimensi Kontribusi Dimensi Data Empirik Data Hipotetik Kontribusi Min Max Mean SD Min Max Mean SD 10 25 17,63 3,27 5 25 15 3,3 Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh hasil perbandingan mean empirik dan mean hipotetik dari dimensi kontribusi yang menunjukkan bahwa rerata empirik X = 17,63 lebih tinggi daripada rerata hipotetik µ = 15. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dimensi kontribusi pada subjek penelitian lebih tinggi. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa standar deviasi empir ik S = 3,27 lebih rendah dari standar deviasi hipotetik σ = 3,3. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi pada karyawan perkebunan memiliki variasi yang rendah. 8. Kategorisasi skor loyalitas Data loyalitas diperoleh dengan menggunakan skor loyalitas yang terdiri dari 3 item yang sahih. Pemberian skor terhadap setiap butir pernyataan bergerak dari 1 -5, dari hal tersebut maka skor harapan terendah yang dapat dicapai adalah 3 dan skor tertinggi harapan yang dapat dicapai adalah 15. Berikut penjelasanya pada tabe l 33. Universitas Sumatera Utara Tabel 33. Perbandingan Data Empirik dan Data Hipotetik Dimensi Loyalitas Dimensi Data Empirik Data Hipotetik Loyalita s Min Max Mean SD Min Max Mean SD 4 14 9,68 1,92 3 15 9 2 Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh hasil perbandingan mean empirik dan mean hipotetik dari dimensi loyalitas yang menunjukkan bahwa rerata empirik X = 9,68 lebih tinggi daripada rerata hipotetik µ = 9. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dimensi loyalitas pada subjek penelitian lebih tinggi. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa standar deviasi empirik S = 1,92 lebih rendah dari standar deviasi hipotetik σ = 2. Hal ini menunjukkan bahwa dimensi loyalitas pada karyawan perkebunan memiliki variasi yang rendah. 9. Kategoriasi skor afeksi Data afeksi diperoleh dengan menggunakan skor afeksi yang terdiri dari 3 item yang sahih. Pemberian skor terhadap setiap butir pernyataan bergerak dari 1-5, dari hal tersebut maka skor harapan terendah yang dapat dicapai adalah 3 dan skor tertinggi harapan yang dapat dicapai adalah 15. Berikut penjelasanya pada tabel 34. Universitas Sumatera Utara Tabel 34. Perbandingan Data Empirik dan Data H ipotetik Dimensi Afeksi Dimensi Data Empirik Data Hipotetik Afeksi Min Max Mean SD Min Max Mean SD 5 15 11,45 1,88 3 15 9 2 Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh hasil perbandingan mean empirik dan mean hipotetik dari dimensi afeksi yang menunjukkan bahwa rerata empirik X = 11,45 lebih tinggi daripada rerata hipotetik µ = 9. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dimensi afeksi pada subjek penelitian lebih tinggi. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa standar deviasi empirik S = 1,88 lebih rendah dari standar deviasi hipoteti k σ = 2. Hal ini menunjukkan bahwa dimensi afeksi pada karyawan perkebunan memiliki variasi yang rendah. 10. Kategorisasi skor profesional respek Data profesional respek diperoleh dengan menggunakan skor profesional respek yang terdiri dari 5 item yang sahih . Pemberian skor terhadap setiap butir pernyataan bergerak dari 1 -5, dari hal tersebut maka skor harapan terendah yang dapat dicapai adalah 5 dan skor tertinggi harapan yang dapat dicapai adalah 25. Berikut penjelasanya pada tabel 35. Universitas Sumatera Utara Tabel 35. Perbandingan Data Empirik dan Data Hipotetik Dimensi Profesional Respek Dimensi Data Empirik Data Hipotetik P.Respek Min Max Mean SD Min Max Mean SD 5 24 18,68 3,26 5 25 15 3,3 Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh hasil perbandingan mean empirik dan mean hipotetik dari dimensi loyalitas yang menunjukkan bahwa rerata empirik X = 18,68 lebih tinggi daripada rerata hipotetik µ = 15. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dimensi profesional respek pada subjek penelitian lebih tinggi. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa standar deviasi empirik S = 3,26 lebih rendah dari standar deviasi hipotetik σ = 3,3. Hal ini menunjukkan bahwa dimensi loyalitas pada karyawan perkebunan memiliki variasi yang rendah.

D. Pembahasan