Dimana dimensi LMX ini menjelaskan bentuk hubungan antara atasan dengan bawahan yang terjadi di tempat kerja.
D. Pengaruh tuntutan kerja dan hubungan atasan -bawahan terhadap stres kerja
D. 1. Pengaruh tuntutan pekerjaan terhadap stres kerja
Stres kerja dipandang sebagai perasaan subyektif individu yang dimana tuntutan kerja melebihi kapasitas indivi du Edward, 1992.
Karyawan yang mengalami stres kerja menunjukkan sikap nervous dan merasakan kekhawatiran secara kronis, mudah menjadi marah, agresif ,
tidak relaks atau pun tidak menunjukkan sikap yang tidak kooperatif dimana semua itu merupakan gejala -gejala stes yang dapat dilihat.
Sejumlah penelitian menghubungkan stres kerja dengan masalah kesehatan lain seperti gangguan jantung, burnout dan insomnia. Stres
juga memiliki efek yang penting pada kinerja perusahaan, khususnya kreativitas, produktivitas, inovasi dan komitmen.
Setiap orang dalam kehidupan sehari -hari akan diwarnai dengan stres kerja baik yang bersifat positif maupun negatif pada dirinya.
Banyak faktor yang dapat menghasilkan stres dan berdasarkan literatur studi setiap individu bereaksi berbeda terhadap faktor-faktor stres ini.
Dengan kata lain, gejala atau penyakit yang terkait dengan stres kerja dapat bervariasi pada individu.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Cary L Cooper 1999 salah satu sumber stres kerja adalah beban kerja yang berlebihan, kondisi ini dib edakan secara kuantitatif dan
kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian Jehangir, dkk 2011 yang melakukan penelitian terhadap perawat mengatakan bahwa kelebihan
beban kerja pada perawat merupakan penyebab utama stres kerja. Beban kerja yang berlebihan dan kurangnya kendali atau kewenangan terhadap
pekerjaan merupakan salah satu bentuk dimensi dari job demand tuntutan pekerjaan.
Tuntutan pekerjaan mengacu pada aspek fisik atau mental yang berkelanjutan Demerouti, Bakker, Nachreiner Shaufeli, 2001. Be ntuk
nyata tuntutan pekerjaan diperusahaan antara lain : tuntutan emosional Tufte et al, 2008, pemecahan masalah yang sederhana namun harus
segera diselesaikan Peter, 2007, serta beban kerja dan Kecepatan Kerja Nielsen et al, 2009.
Menurut Karasek 1979 pekerjaan dapat menjadi sumber tantangan eustress bila disertai dengan sumber daya yang tepat seperti
kontrol pekerjaan, wujud bentuk kontrol pekerjaan adalah diberikan kesempatan untuk mengatur jadwal istirahat kerja Peter, 2000.
Karyawan tidak terlepas dari tuntutan pekerjaan yang membuat mereka untuk memenuhinya. Tuntutan pekerjaan dapat berubah menjadi stres
kerja dimana saat karyawan dihadapkan pada peningkatan kompleksitas tugas, peningkatan jumlah tugas, ataupun perubahan jenis tugas yang
diperlukan untuk melakukan pekerjaan. Untuk mengatasi tuntutan
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan individu memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus untuk melakukan pekerjaan mereka secara efektif Loon, 2008.
Berdasarkan hasil penelitian Demerouti dkk 2009 terhadap perawat mengatakan seiring dengan waktu tuntutan pekerjaan dapat
meningkatkan kelelahan emosi. Dengan kata lain beban kerja yang tinggi seiring waktu dapat menimbulkan stres kerja. Beban kognitif yang
dikemukakan oleh Sweller 1998, merujuk pada konsep tentang beban pada memori kerja working memory dalam proses penyelesaikan
masalah problem solving, berpikir dan pendayagunaan pikiran lain termasuk persepsi, memori, bahasa dan lain sebagainya. Selain itu,
pekerjaan yang selalu berinteraksi dengan berbagai pihak dalam
organisasi dapat memicu konflik sehingga akan membutuhkan beban emosional yang lebih besar Van Veldhoven, 2002.
D.2. Pengaruh kualitas hubungan atasan – bawahan terhadap stres kerja
Bentuk lain dari sumber penyebab stres kerja adalah kepe mimpinan organisasi. Kepemimpinan yang kaku memperlihatkan bentuk hubungan
yang hanya sebatas rekan kerja. Menurut Kahn dkk, hubungan yang unik antara pimpinan dan karyawan mempengaruhi persepsi dan harapan
karyawan di tempat kerja. Dengan hubungan LMX pos itif, pemimpin dapat memberikan pekerjaan yang menantang, sebaliknya hubungan
LMX negatif cenderung mengarah pada tuntutan pekerjaan yang harus
Universitas Sumatera Utara
dipenuhi. Dengan kata lain pemimpin memainkan peran penting dalam stres kerja.
Disamping itu berdasarkan hasil penelitian Lagace et al dkk 1993 ; Culbertson 2011 mengatakan hubungan antara atasan dan bawahan
yang berkualitas tinggi dapat memberikan dukungan emosional, meningkatkan komuniksi dan dapat memberikan peran yang jelas untuk
bawahan mereka, mempengaruh i persepsi karyawan dan dapat menurunkan stres kerja. Dengan kata lain LMX dapat menurunkan
tingkat stres melalui interaksi sosial yang baik. hubungan organisasi yang berdasarkan hubungan pribadi juga dapat memperkuat hubungan bisnis
organisasi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sherman 2002 juga
menyatakan bahwa kualitas hubungan atasan -bawahan yang baik akan membawa dampak pada menurunkan stres kerja bawahan. Penurunan
tingkat stres kerja ini adalah efek dari terbentuknya hubungan atasan - bawahan yang positif, karena dalam hubungan atasa -bawahan yang
positif atasan akan melepaskan sanksi dan pengaruh yang sifaknya memaksa bawahan sehingga bawahan menjadi lebih percaya pada atasan
dan termotivasi untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
E. Hipotesis