Hubungan Antara Atasan Dengan Bawahan 1. Definisi Hubungan antara atasan dengan bawahan

peningkatan beban memori konkuren dan peningkatan apapun dar i kesulitan proses akan menyebabkan informasi hilang dari memori jangka pendek Anderson et al, 1996; Case et al, 1982; Conway Engle, 1994; Daneman Carpenter, 1980; Just Carpenter, 1992. Berdasarkan uraian di atas, cognitive load adalah jumlah kerja beban yang dialami karyawan yang berupa kerja otak dalam memproses informasi yang membutuhkan daya konsentrasi, memori dan atensi. Berdasarkan penjelasan yang ada diatas tentang dimensi job demand, dapat ditarik kesimpulan : bahwa bentuk dari tuntutan pekerjaan terdiri dari tiga dimensi yaitu beban kerja work load, beban emosi emotional load, beban kognitif cognitive load. C. Hubungan Antara Atasan Dengan Bawahan C.1. Definisi Hubungan antara atasan dengan bawahan Leader Member Exchange theory menjelaskan bagaimana pemimpin membangun suatu hubungan timbal balik secara terus menerus dengan masing-masing bawahan. Graen Cashman 1975 dalam Yulk 2006 menyatakan bahwa hubungan pertukaran yang terjadi antara atasan dan bawahan dibentuk atas dasar kema mpuan, kompetensi dan ketergantungan bawahan terhadap atasan langsungnya. LMX berawal teori vertical dyad linkage VDL yang berfokus pada hubungan dan proses pengembangan antara atasan dan bawahannya Universitas Sumatera Utara Dansereau, Graem Haga, dalam Wu 2009. Dyad merupakan dua bagian yang berinteraksi sehingga merupakan suatu kesatuan. Dyad tersebut terdiri atas member karyawan, supervisor yang bertugas untuk melapor langsung pada leader atasan, supervisor Dansereau, Graen Haga; Graen Chasman; Liden Graen, dal am Mendez, 1999. Graen dkk, mulai menganjurkan untuk melihat pentingnya kualitas hubungan timbal balik yang terjadi antara atasan dengan bawahan dimana kemudian hubungan timbal balik ini selanjutnya dikenal dengan leader Member Exchange LMX Graen, Novak Sommerkamp, 1982 dalam Wu 2009. Dienesh Liden dalam Wu 2009 menyatakan bahwa leader member exchange LMX adalah kualitas dari suatu pertukaran yang ada dalam hubungan antara atasan dan bawahan dimana atasan memiliki kualitas hubungan atasan bawa han yang berbeda dengan masing -masing bawahannya. Yukl 2009 menambahkan bahwa implikasi dari LMX adalah tercapainya efektivitas dan kemajuan organisasi. Graen dan Scandura dalam Truckenbort, 2000 menyatakan bahwa dalam LMX atasan memperlakukan bawahan secara berbeda tergantung level dan kontingennya apakah mereka merupakan bagian dari in group dengan kualitas LMX tinggi atau out-group dengan kualitas LMX rendah. Dasar dari ide tersebut adalah bahwa atasan tidak lagi membentuk suatu hubungan yang seragam dengan semua bawahannya melainkan mengembangkan hubungan yang berbeda dengan tiap -tiap bawahan Universitas Sumatera Utara sebagai dua pihak yang terlibat dalam suatu pembentukan peran yang sama Graen Uhl-Bien, dalam Wu 2009. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpul kan definisi Leader Member Exchange adalah kualitas hubungan timbal balik yang terjadi antara atasan dan bawahan dengan tujuan yang dapat meningkatkan efektivitas organisasi, dimana atasan memiliki kualitas hubungan yang berbeda dengan masing -masing bawahannya. C.2. Dimensi Leader Member Exchange LMX Dimensi Leader Member Exchange LMX menurut Dienesch Liden, yang sudah disempurnakan oleh Liden Maslyn 1998, terdiri atas 4 dimensi antara lain : 1. Kontribusi Merupakan persepsi tentang kegiatan yang berorientasi pada tugas di tingkat tertentu antara setiap anggota untuk mencapai tujuan bersama eksplisit atau implisit. Hal penting dalam mengevaluasi kegiatan yang berorientasi pada tugas adalah sejauh mana anggota bawahan bertanggung jawab dan menyel esaikan tugas-tugas yang melebihi uraian kerja, begitu juga dengan pimpinan menyediakan sumber daya dan kesempatan untuk melakukan tugas. 2. Affect afeksi Merupakan rasa kasih sayang antara pemimpin dan bawahannya yang berdasarkan pada daya tarik individu dan bukan pada pekerjaan atau nilai Universitas Sumatera Utara profesionalnya. Bentuk kasih sayang yang dimaksud disini adalah hubungan antar sahabat yang saling menguntungkan. 3. Loyalitas Merupakan kecenderungan untuk mendukung penuh tujuan dan sifat individu lainnya dalam hubungan t imbal balik antara atasan -bawahan, termasuk di dalamnya kesetiaan terhadap seseorang secara konsisten dari satu situasi ke situasi lainnya. Loyalitas dianggap penting karena membantu untuk menentukan apakah anggota dapat diberikan tanggung jawab terhadap tugas-tugas Liden Graen, 1980. Sebagai contoh anggota in-group memiliki tingkat loyalitas yang lebih tinggi dibandingkan out-group, sehingga dalam memberikan tanggung jawab diperlukan pertimbangan dan penilaian subyektif. 4. Profesional respect respek profesional Merupakan persepsi terhadap reputasi dari pihak lain baik di dalam maupun di luar organisasi karena kemampuan dan pencapaian mereka dalam penguasaan pekerjaan. Reputasi ini dapat diperoleh dari riwayat dan pengalaman kerja seseorang, pendapat -pendapat orang lain baik di dalam dan di luar organisasi, serta prestasi atau penghargaan profesional yang pernah di raih. Dengan demikian, seseorang dapat memiliki respek profesional meski ia tidak pernah bertemu sebelumnya. Berdasarkan penjelasan tentang dimensi-dimensi LMX dapat ditarik kesimpulan : bahwa menurut Liden Maslyn LMX memiliki empat dimensi yaitu kontribusi, afeksi, loyalitas dan respek profesional. Universitas Sumatera Utara Dimana dimensi LMX ini menjelaskan bentuk hubungan antara atasan dengan bawahan yang terjadi di tempat kerja.

D. Pengaruh tuntutan kerja dan hubungan atasan -bawahan terhadap stres kerja