dan mampu menjalankan tata kelola pemerintahan yang baik good governance government.
4. Motivasi Wajib Pajak
a. Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan faktor penggerak individu untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, tanpa adanya motivasi orang akan pesimis dan
tidak terdorong untuk beraktivitas. Dalam organisasi, motivasi yang tinggi sangat dibutuhkan untuk melahirkan kinerja yang optimal.
Istilah motivasi motivation berasal dari bahasa latin yakni “movere” yang berarti “dorongan atau daya penggerak”. Menurut
Kamus Bahasa Indonesia Modern, karangan Muhammad Ali yang dikutip oleh Arep 2003 mengatakan bahwa:
“Motif diartikan sebagai sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang; dasar pikiran dan pendapat; sesuatu yang menjadi
pokok”. Lalu disempurnakan menjadi “motivasi adalah sesuatu yang pokok, yang menjadi dorongan seseorang untuk bekerja”.
Motivasi juga diartikan sebagai kondisi yang memberikan dorongan dari dalam diri seseorang yang digambarkan sebagai
keinginan, kemauan, dorongan, dan sebagainya. Selanjutnya, pengertian motivasi ialah sebagai pemberi daya penggerak yang
menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja
30
sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencari kepuasan Hasibuan, 2005.
Dari beberapa pengertian di atas, maka secara umum dapat didefinisikan bahwa motivasi adalah suatu proses psikologis yang
mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang dapat menggerakkan seseorang dalam melakukan
suatu aktivitas. Menurut pakar barat, motivasi yang hakiki adalah self concept
realisation yaitu merealisasikan konsep diri. Self concept realisation bermakna bahwa seseorang itu akan selalu termotivasi jika: 1 ia
hidup dalam suatu cara yang sesuai dengan peran yang lebih ia sukai, 2 diperlakukan sesuai dengan tingkatan yang lebih ia sukai, dan 3
dihargai sesuai dengan cara yang mencerminkan penghargaan seseorang atas kemampuannya.
Dari uraian di atas terdapat 3 hal yang harus diperhatikan untuk memotivasi seseorang, yaitu peran, perlakuan, dan penghargaan.
Ketiga hal itulah yang mendasari teori-teori manajemen motivasi yang berkembang di barat Arep, 2003.
Metode membangkitkan potensi diri seseorang dapat ditempuh dengan memberikan penekanan pada: 1 manajemen fisik, yaitu
bagaimana secara fisik seseorang tetap segar dan sigap serta lincah dalam bekerja, 2 manajemen intelektual, yaitu bagaimana seseorang
31
mengelola intelektualnya, sehingga kemampuan intelektual tersebut tidak menjadi bumerang terhadap dirinya sendiri, 3 manajemen
rohani, yaitu bagaimana seseorang mengelola tingkat kedekatannya dengan Tuhan dalam bekerja sehari-hari, 4 manajemen emosi, yaitu
bagaimana seseorang mengendalikan emosinya pada waktu yang tepat tempat yang tepat, dan situasi yang tepat, dan 5 manajemen konflik,
yaitu bagaimana konflik yang terjadi tidak bermuara pada penurunan kinerja, tetapi malah peningkatan kinerja Arep, 2003.
b. Model Motivasi
Secara umum model motivasi dikembangkan oleh Abraham Maslow, Frederick Hezberg, dan Mc Cleland Arep, 2003, yaitu:
1 Maslow’s Model
Aktualisasi Diri
Penghargaan Sosial
Keamanan Kebutuhan
Fisik Sumber: Arep 2003:25
32
Model Maslow ini sering disebut dengan model hierarki kebutuhan. Karena menyangkut kebutuhan manusia, maka teori ini
digunakan untuk menunjukkan kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi agar ia termotivasi untuk bekerja. Menurut A.H Maslow
Arep, 2003 pada umumnya terdapat lima hierarki kebutuhan manusia, yaitu:
a Kebutuhan fisiologis fisik, merupakan kebutuhan pertama dan
utama yang wajib dipenuhi pertama-tama oleh individu. Karena dengan terpenuhinya kebutuhan ini orang dapat mempertahankan
hidup dari kematian. Kebutuhan utama inilah yang mendorong setiap individu untuk melakukan pekerjaan apa saja karena ia akan
memperoleh imbalan, baik berupa uang maupun barang yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan utamanya.
b Kebutuhan keamananperlindungan safety needs. Setelah
kebutuhan pertama terpenuhi, timbul perasaan perlunya pemenuhan kebutuhan keamananperlindungan.
c Kebutuhan akan kebersamaan kebutuhan sosial, tiap manusia
senantiasa merasa perlu pergaulan dengan sesama manusia lain. Selama hidup manusia di dunia ini tak mungkin lepas dari bantuan
pihak lain. Walaupun sudah terpenuhi kebutuhan pertama dan kedua, jika ia tidak dapat bergaul dengan pihak lain, maka pasti ia
akan merasa sangat gelisah hidupnya.
33
d Kebutuhan penghormatan dan penghargaan kebutuhan harga
diri. Sejelek-jeleknya kelakuan manusia, tetap mendambakan penghormatan dan penghargaan. Itulah sebabnya orang berusaha
melakukan pekerjaankegiatan yang memungkinkan ia mendapat penghormatan dan penghargaan masyarakat.
e Kebutuhan aktualisasi diri, yakni senantiasa percaya kepada diri
sendiri. Inilah kebutuhan puncak paling tinggi, sehingga seseorang ingin mempertahankan prestasinya secara optimal.
Pajak merupakan sumber pendapatan Negara terbesar yang hasilnya bisa dipergunakan untuk melaksanakan pembangunan nasional
yang bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia. Oleh karena itulah, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak terus
menggalakkan berbagai program yang tujuannya untuk menyadarkan para Wajib Pajak agar termotivasi lagi untuk melaksanakan kewajiban
perpajakannya. Selain itu, pemerintah juga terus meningkatkan transparansi kepada masyarakat agar dapat meminimalisir penggelapan
pajak yang mungkin dilakukan oleh fiskus sehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
Jika hal ini dikaitkan dengan Teori Maslow maka sesungguhnya tidak ada jaminan bahwa seseorang yang berpenghasilan besar akan
lebih patuh pajak bila dibandingkan dengan yang berpenghasilan rendah. Namun, jika disadari bahwasanya seseorang yang
34
berpenghasilan lebih besar akan lebih royal untuk membayar pajak karena ia menganggap bahwa pajak hanya akan mengurangi sedikit dari
penghasilan yang diterimanya. Selain itu, ia pun akan menyadari jika ia tidak ingin membayar pajak maka ia akan mendapatkan sanksi
perpajakan yang dapat merugikan dirinya sendiri dan ia pun akan menyadari bahwa pajak yang akan ia bayar nanti hasilnya akan
dinikmati sendiri dan orang lain meskipun tidak secara langsung. Maka sebagai bentuk penghargaan fiskus kepada Wajib Pajak yang patuh
maka fiskus akan memberikan penghargaan kepada Wajib Pajak teladan yang diharapkan mampu memotivasi Wajib Pajak lainnya agar berbuat
seperti itu. 2
Hezberg’s Model Menurut Hezberg’s Arep, 2003, kebutuhan disebut dengan
istilah Two Factor View. Sebelumnya kepuasan seseorang terbagi menjadi dua, yaitu puas dan tidak puas. Selanjutnya Pitsburgh
melakukan studi yang kemudian lahirlah teori Two Factor, yaitu: a
Motivator, yaitu adanya kepuasan kerja atau perasaan positif misalnya pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih,
kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain.
b Hygiene, yaitu adanya ketidakpuasan kerja atau perasaan negatif
misalnya status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang 35
individu dengan atasannya yang kurang baik, kondisi kerja yang tidak kondusif dan sistem imbalan yang berlaku tidak sesuai.
Dalam hal ini, Wajib Pajak akan merasa puas dan akan terus termotivasi untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya apabila
pajak yang selama ini telah disetorkan kepada Negara benar-benar disalurkan untuk pembangunan nasional yang akan mensejahterakan
masyarakat, bukan menguntungkan pihak-pihak tertentu saja.
3 Mc Cleland’s Model
Model Mc Cleland Arep, 2003, sangat menekankan perhatian terhadap prestasi achivement. Ada 3 kebutuhan yang
penting, yaitu: a
Achievement, adalah adanya keinginan untuk mencapai tujuan lebih baik dari sebelumnya pencapaian prestasi. Orang yang
dalam hatinya ada perasaan yang mengebu-gebu untuk meraih prestasi terbaik, akan sangat bergairah dan termotivasi dalam
melaksanakan pekerjaan dan tugasnya. b
Affiliation, adalah kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
36
c Power,
adalah ada kebutuhan kekuasaan seseorang yang mendorong seseorang bekerja sehingga termotivasi dalam
pekerjaannya. Problem motivasi yang berhubungan dengan perpajakan adalah
bagaimana cara merangsang sekelompok orang yang masing- masing memiliki kebutuhan mereka yang khas untuk bekerja sama
menuju pencapaian sasaran pembangunan ekonomi di suatu Negara. Tujuan teori motivasi adalah memprediksi perilaku. Perlu
ditekankan perbedaan-perbedaan antara motivasi, perilaku, dan kinerja. Motivasilah penyebab perilaku. Andaikan perilaku tersebut
efektif atau baik, maka akibatnya adalah berupa kinerja yang tinggi. Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan, dengan
kata lain perilaku kita umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Perilaku disebabkan atau
dipengaruhi oleh upaya manusia untuk mencapai suatu kondisi hidup tertentu dan mencapai tujuan tertentu. Tujuan masing-
masing objek yang memotivasi bersifat statik dalam arti bahwa ia terus-menerus memotivasi sekalipun hal tersebut telah tercapai
Winardi, 2002. Direktorat Jenderal Pajak DJP sebagai salah satu instansi
pemerintah yang memberikan pelayanan kepada masyarakat diharapkan dapat memotivasi Wajib Pajak dengan memahami
pkebutuhan-kebutuhan sosial mereka akan pengadaan public 37
goods and service dan membuat mereka merasa penting dalam pelaksanaan pembangunan.
Apabila masyarakat telah memiliki motivasi yang tinggi dalam memenuhi kewajiban pajaknya, maka pembangunan di Indonesia
dapat terlaksana secara optimal demi mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera.
5. Penelitian Terdahulu