Analisis pengaruh kecerdasan spritual, kinerja pelayanan perpajakan dan modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan : studi kasus pelayanan pajak kanwil Jakarta Selatan

(1)

ANALISIS PENGARUH KECERDASAN SPIRITUAL, KINERJA PELAYANAN PERPAJAKAN, DAN MODERNISASI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP MOTIVASI WAJIB PAJAK

DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN (Studi di Kantor Pelayanan Pajak Kanwil Jakarta Selatan)

Oleh:

NURUL GHANIA 106082002657

KONSENTRASI PERPAJAKAN JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

i

ANALISIS PENGARUH KECERDASAN SPIRITUAL, KINERJA PELAYANAN PERPAJAKAN, DAN MODERNISASI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP MOTIVASI WAJIB PAJAK

DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN (Studi di Kantor Pelayanan Pajak Kanwil Jakarta Selatan)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: Nurul Ghania 106082002657 Dibawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Yahya Hamja, MM Reskino, SE.,Ak.,M.Si

NIP. 194906021978031001 NIP.197409282008012004

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

ii

Hari ini tanggal 10 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Nurul Ghania NIM: 106082002657 dengan judul skripsi “ANALISIS PENGARUH KECERDASAN SPIRITUAL, KINERJA PELAYANAN PERPAJAKAN, DAN MODERNISASI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP MOTIVASI WAJIB PAJAK DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Agustus 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Reskino, SE.,Ak.,M.Si Hepi Prayudiawan, SE,Ak.,MM

Penguji II Penguji III

Rini, SE.,Ak.,M.Si Penguji I


(4)

iii

Hari ini tanggal 21 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Nurul Ghania NIM: 106082002657 dengan judul skripsi “ANALISIS PENGARUH KECERDASAN SPIRITUAL, KINERJA PELAYANAN PERPAJAKAN, DAN MODERNISASI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP MOTIVASI WAJIB PAJAK DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 21 Juni 2010

Tim Penguji Ujian Skripsi

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Yahya Hamja, MM Reskino, SE.,Ak.,M.Si

Penguji I Penguji II


(5)

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Nurul Ghania NIM : 106082002657 Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan penelitian, pengolahan, dan analisis saya bukan merupakan saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelar dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 3 September 2010


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ………... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... ... 10

A....Deskripsi Teori ... 10

1. Kecerdasan Spiritual ... 10

2. Kinerja Pelayanan Perpajakan... 14

3. Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan... 20 x


(7)

xi

4. Motivasi Wajib Pajak... 28

5. Penelitian Terdahulu ... 35

B....Kerangka Berfikir ... 39

C...Hipotesa ...40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

A. Ruang Lingkup Penelitian... 43

B. Metode Penentuan Sampel... 43

C. Metode Pengumpulan Data ... 44

D. Metode Analisa Data ... 44

1 Uji Kualitas Data... 44

2 Uji Asumsi Klasik ... 45

3 Uji Hipotesis... 47

E. Definisi Operasional Variabel ... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52

A...Gambaran Umum Objek Penelitian ... 52

B....Karakterist ik Responden... 53

C....Analisis dan Pembahasan ... 56


(8)

xii

1....Hasil Uji Kualitas Data... 56 a....Hasil Uji

Validitas ... 56 b...Hasil Uji

Reliabilitas ... 61 2...Hasil Uji

Asumsi Klasik ... 62 a....Hasil Uji

Multikolinearitas ... 62 b....Hasil Uji

Heteroskedastisitas... 62 c....Hasil Uji

Normalitas ... 63 3...Hasil Uji

Hipotesis... 64 a...Hasil Uji

Koefisien Determinasi... 64 b....Hasil Uji

Statistik t ... 66 c....Hasil Uji


(9)

xiii

4....Pembahasa n... 69 BAB V PENUTUP ... 75

A....Kesimpula n ... 75 B....Implikasi

...75 C....Saran

...76 DAFTAR PUSTAKA ... 78 LAMPIRAN... 80


(10)

xiv

DAFTAR TABEL

No. Tabel Keterangan Hal.

2.1 Penelitian-penelitian Terdahulu... 37

3.1 Skor Jawaban Responden ... 44

3.2 Operasional Variabel Penelitian ... 49

4.1 Distribusi Kuesioner Penelitian ... 52

4.2 Jenis Kelamin ... 53

4.3 Usia Responden ... 54

4.4 Tingkat Pendidikan ... 54

4.5 Status ... 55

4.6 Lama Menjadi Wajib Pajak ... 55

4.7 Lama Menjadi Petugas Pajak ... 56

4.8 Hasil Uji Validitas Kecerdasan Spiritual ... 58

4.9 Hasil Uji Validitas Kinerja Pelayanan Perpajakan ... 58

4.10 Hasil Uji Validitas Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan ... 59

4.11 Hasil Uji Validitas Motivasi Wajib Pajak ... 60

4.12 Hasil Uji Reliabilitas ... 61

4.13 Hasil Uji Multikolinearitas ... 62

4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 65

4.15 Hasil Uji Statistik t ... 67

4.16 Hasil Uji Statistik Fisher (F) ... 69


(11)

xv

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Keterangan Hal. 2.1 Model Penelitian ... 40

4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 63 4.2 Hasil Uji Normalitas ... 64


(12)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Keterangan Hal.

1 Surat Riset ... 80

2 Kuessioner ... 83

3 Skor Jawaban Kuesioner ... 91

4 Hasil Uji Kualitas Data ... 108

5 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 122


(13)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Nurul Ghania

2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Oktober 1987

3. Alamat : Jalan Inpres No. 39 Rt/Rw 008/05 Kel. Kelapa Dua Kec. Kebon Jeruk

Jakarta Barat 11550 4. Telepon : 021-5325349/085716302265

5. E-mail : sania_acan@yahoo.com II. PENDIDIKAN

1. TK (1993-1994) : TK. Islam An-Nurmaniyah I Jakarta 2. SD (1994-2000) : SD. Islam Al-Falah II Pagi Jakarta 3. SMP (2000-2003) : SLTP. Negeri 271 Jakarta

4. SMA (2003-2006) : SMA. Negeri 65 Jakarta

5. S1 (2006-2010) : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

III.LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : H. Bachrun

2. Tempat & Tanggal Lahir : Solo, 5 April 1958

3. Alamat : Jalan Inpres No. 39 Rt/Rw 008/05 Kel. Kelapa Dua Kec. Kebon Jeruk

Jakarta Barat 11550 4. Ibu : Endang Heriwan Setiawati

5. Tempat & Tanggal Lahir : Yogyakarta, 10 November 1957 6. Alamat : Jalan Inpres No. 39 Rt/Rw 008/05 Kel. Kelapa Dua Kec. Kebon Jeruk

Jakarta Barat 11550


(14)

ABSTRACT

Nurul Ghania, Analyze The Influence of The Spiritual Quotient, Tax Services Performance and Modernizing Tax Administration System Towards The Motivation Tax From Payers in Fulfilling Tax Obligatory. Stratum One (S1) Departement of Accounting Faculty of Economics and Business State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010

The purpose of this research is to analyze the influence of the spiritual quotient, tax services performance and modernizing tax administration system towards the motivation tax from payers in fulfilling tax obligatory. The sample of this research came from of 200 correspondences obtained by Non-Probability Sampling techniques. They are all registered as tax payers and tax employees in Tax Services Offices “Pratama Kebayoran Lama” and Tax Services Offices “Pratama Pasar Minggu”.

Data collected trough questionnaires are processed and analyzed by using multiple regression analysis method. The sampling method is Convenience Sampling. The test for data quality are using validity of test to use is Pearson Correlation and reliability test of the research to use is Cronbach Alpha. For hypotesis test, we are using Adjusted R square, F test and t test.

The results of this research showed that spiritual quotient variable, tax services performance, and modernizing tax administration system towards individually influence have a positive relation and significant towards the motivation tax from payers in fulfilling tax obligatory.

Simultaneously, independent variabel’s influence towards the motivation tax from payers in fulfilling tax obligatory as a dependent variabel’s.

Key Word: Spiritual quotient, tax services performance, modernizing tax administration system, and tax payers motivation.


(15)

ABSTRAK

Nurul Ghania, Analisis Pengaruh Kecerdasan Spiritual, Kinerja Pelayanan Perpajakan, dan Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan. Skripsi Strata Satu (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kecerdasan spiritual, kinerja pelayanan perpajakan, dan modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 200 orang koresponden yang diperoleh dengan teknik Non Probability Sampling. Mereka terdiri dari Wajib Pajak dan petugas pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kebayoran Lama dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar Minggu.

Hasil data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner yang diproses dan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda. Metode penentuam sampel yang digunakan adalah Convenience Sampling. Uji kualitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas Pearson Correlation dan uji reliabilitas menggunakan Cronbach Alpha. Untuk uji hipotesis dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji R2 yang sudah disesuaikan, uji F, dan uji t.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kecerdasan spiritual, kinerja pelayanan perpajakan, dan modernisasi sistem administrasi perpajakan secara individual mempunyai hubungan positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Secara simultan variabel independen berpengaruh terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sebagai variabel dependen.

vii

Kata kunci: Kecerdasan spiritual, kinerja pelayanan perpajakan, modernisasi sistem administrasi perpajakan dan motivasi Wajib Pajak.


(16)

KATA PENGANTAR Assalammualaikum Wr. Wb

Alhamdullillah, segala puji bagi Allah SWT , kapada-Nya kita memohon pertolongan dan pengampunan serta kita berlindung dari keburukan dan kejahatan diri kita. Semoga kita selalu mendapat hidayah-Nya, sehingga kita tergolong orang-orang yang berada dalam keridhoaan-Nya. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan melainkan ALLAH, sekutu baginya yang maha pengasih lagi maha penyayang dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah rasulullah. Sholawat dan salam teriring untuknya semoga kita semua akan mendapatkan syafa’at-Nya.

Skripsi yang telah penulis selesaikan merupakan salah satu dari banyak nikmat yang ALLAH SWT berikan kepada saya. Terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari bantuan beberapa pihak, oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta, yang memiliki peran sangat penting dan tidak terhingga, yang telah memberikan Do’a tulus ikhlas, motivasi dan kasih sayang serta dukungan moril & materil kepada penulis untuk tetap semangat, serta Kakak-kakakku (mas ibnu & mba eno) dan Adikku tersayang (amalia) yang telah memberikan Do’a, motivasi dan perhatian kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak. Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Pudek Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak. Dr. Yahya Hamja, MM, selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya, memberikan banyak masukan, pengarahan, motivasi serta dengan sabar dan ikhlas membimbing penulis.

viii

5. Ibu Reskino, SE.,AK.,M.Si. Selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya, memberikan banyak masukan, motivasi serta dengan sabar dan ikhlas membimbing penulis.


(17)

ix

6. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmunya yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak/Ibu.

7. Seluruh Jajaran dan Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas bantuan, perhatian dan pelayanan yang diberikan.

8. Seseorang yang spesial banged yaitu abee ‘hasan’ dan sahabat terbaikku indri. Terima kasih atas seluruh doa, motivasi, perhatian dan sayang kalian ke aku ya. 9. Sahabat seperjuangan’ku (ani, nurul, dan nunu) terima kasih atas semua masukan,

do’a dan motivasi kalian. Kalian adalah sahabatku yang sangat baik dan menyenangkan.

10.Teman-teman’ku akuntansi D (Alqi, Ata, Ratih, Lia, Murni, Zahra, Umi, nene “Syem”, Riana, Ririn, Omeh, Ono, Bowo, Iyuz, Ranggi, Rizki, Ical dan lainnya) dan tuk Sukma juga terima kasih ya Do’anya…Tetep SEMANGAT !!!!!!!!

11.Teman-Teman Pajak terima kasih atas Do’a kalian semua.

12.Sahabat’ku d’duduls ella, joan, yudit, dita, debrina, tika, elmo, ita, dan lisa. terima kasih atas Do’anya. Smoga kita sukses dan kompak slalu yah. Amin!!!!! 13.Segenap karyawan KPP Pratama Kebayoran Lama dan KPP Pratama Pasar

Minggu terima kasih sudah memberikan saya kesempatan untuk riset dan terima kasih untuk teman-teman seperjuangan risetku (alqi, Lia, Maul, Fenti, fery, dan Senja,). Sangat menyenangkan bisa bekerja sama dengan kalian.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena pengetahuan dan kemampuan penulis miliki sangat terbatas, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik serta tanggapan dari berbagai pihak yang membangun guna terciptanya skripsi yang baik dan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Hormat saya,


(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Dalam melakukan fungsinya, pemerintah memiliki tanggung jawab untuk dapat mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya dan menjadikan bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa yang mandiri. Kesejahteraan bangsa dapat diperoleh melalui pembangunan nasional. Namun, terkait dengan cita-cita untuk dapat mencapai suatu bangsa yang mandiri maka perlu diperhatikan sumber dana yang tepat untuk digunakan dalam membiayai pembangunan yaitu melalui pajak.

Begitu besarnya peran penerimaan pajak yakni sebesar 78,2% terhadap penerimaan Negara sehingga penerimaan pajak dapat mempengaruhi jalannya roda pemerintahan (Keuangan, 2010). Dana dari penerimaan pajak sebagai sumber utama Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) digunakan untuk mendanai berbagai sendi kehidupan bangsa, mulai dari sektor pertanian, pertambangan, industri, perbankan, kesehatan, pendidikan, hingga subsidi Bahan Bakar dan Minyak (BBM). Dengan demikian, betapa pentingnya sektor pajak dalam memenuhi kebutuhan pembangunan suatu bangsa dan dalam menjamin bergulirnya pemerintahan. Oleh karena itulah, sektor pajak harus benar-benar dikelola dengan manajemen yang baik yaitu pengelolaan yang berbasis ketransparanan, kejujuran, akuntabilitas dan juga dilengkapi dengan etos kerja yang tinggi dari pihak fiskus.


(19)

Oleh karena pajak merupakan sumber pendapatan yang penting bagi Negara, maka pemerintah berusaha meningkatkan pendapatan di sektor pajak melalui peningkatan pelayanan perpajakan sehingga persoalan ketidakpatuhan Wajib Pajak dapat diatasi. Keengganan Wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya kini masih fenomena umum yang menuntut institusi perpajakan. Hal inilah yang menjadi tugas penting para fiskus dalam menyusun strategi agar Wajib Pajak sadar melaksanakan kewajiban perpajakan tanpa adanya paksaan lagi dari fiskus.

Perilaku yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam diri manusia atau faktor O dan faktor yang ada di luar diri manusia atau faktor L (Atep, 2004). Salah satu faktor internal yaitu faktor yang timbul dari diri manusia yaitu nilai religius yang diperlukan untuk suatu metode pembangunan kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotation/SQ (Atep, 2004). SQ yaitu kecerdasan untuk menghadapi/memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dengan yang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk mengfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi manusia (Zohar, 2007). Kecerdasan spiritual juga terkait dengan atribut-atribut individual, termasuk nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, akuntabilitas, komitmen, konsistensi, keteladanan moral, dan etika lainnya.


(20)

Masalah kewajiban membayar pajak merupakan masalah yang terkait kuat dengan kesadaran seseorang dalam menjalankan tugas. Membayar pajak merupakan tugas yang harus dilaksanakan oleh Wajib Pajak yang sudah memenuhi syarat-syarat tertentu. Tugas tersebut menjadi tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh Wajib Pajak karena sudah mengikat secara hukum dan moral.

Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2000, Indonesia menerapkan sistem self assessment yaitu sistem yang mewajibkan dan memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang. Sistem ini tentunya menginginkan Wajib Pajak mengerti akan semua kewajiban perpajakannya, memiliki kesadaran yang tinggi, dan kejujuran dalam menghitung kewajiban perpajakannya. Hal ini sangat dilematis dengan kondisi masyarakat Indonesia yang masih banyak belum mengerti akan hak dan kewajibannya dalam bidang perpajakan dan masih banyak Wajib Pajak yang belum jujur dalam menghitung kewajibannya. Disinilah pentingnya letak kesadaran spiritual dalam mendorong kepatuhan Wajib Pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya.

Di sisi lain, faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang timbul dari luar diri Wajib Pajak dan juga berperan dalam menentukan motivasi Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. Adapun dasar-dasar pelayanan prima yakni secara garis besar instansi-instansi pemerintah biasanya dikembangkan untuk dua hal. Pertama untuk melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan, pengadministrasian, dan pengawasan yang berkaitan dengan


(21)

kewajiban-kewajiban kenegaraan; dan kedua untuk memberikan pelayanan umum. Pelanggan memilih untuk meminta pelayanan dari instansi-instansi pemerintah, antara lain karena motif-motif yang berkaitan dengan keharusan melaksanakan kewajiban kepada Negara hanya melalui instansi pemerintah tertentu saja (Atep, 2004).

Disinilah letak pentingnya faktor pelayanan perpajakan yang layak diperhitungkan sebagai upaya meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Dalam sistem self assessment, fungsi pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP) memfasilitasi agar sistem self assessment berjalan dengan baik. Konkritnya, DJP memainkan perannya dengan memberikan penyuluhan perpajakan (tax dissessmination), pelayanan perpajakan (tax service), dan pengawasan perpajakan (law enforcement).

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) pada tahun 2002 melakukan reformasi pada sistem administrasi perpajakan yang disebut dengan modernisasi. Reformasi administrasi perpajakan atau modernisasi tersebut bertujuan untuk mencapai: tingkat kepatuhan sukarela Wajib Pajak yang tinggi, tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi dan produktivitas aparatur perpajakan yang tinggi. Modernisasi perpajakan dilakukan dengan mengutamakan pemberian pelayanan prima kepada Wajib Pajak yang diimbangi dengan pengawasan intensif sekaligus menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) di seluruh unit kerja di lingkungan DJP. Hal ini didukung oleh struktur organisasi yang berbasis fungsi, sumber 4


(22)

daya yang professional dan kompeten serta pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang mudah, cepat dan akurat (Pandiangan, 2008).

Permasalahan mengenai masih rendahnya tingkat motivasi Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya bukan hanya terjadi di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tertentu saja, tetapi sudah menjadi fakta umum. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji secara ilmiah mengenai pengaruh kecerdasan spiritual, kinerja pelayanan pajak dan modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Pemerintah menginginkan agar Wajib Pajak selalu memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan beban yang harus dibayar. Namun dalam pelaksanaannya tidak sedikit dari pada mereka yang belum atau tidak memenuhi kewajiban pajaknya. Hal tersebut bisa dikatakan bahwa kesadaran dari para Wajib Pajak masih terbilang rendah dan bahkan ada kecenderungan menghindar dari kewajiban membayar pajak (tax evansion). Kondisi seperti ini mengindikasikan bahwa pungutan pajak belum berjalan secara efektif. Kesadaran Wajib Pajak dalam membayar atau memenuhi kewajiban perpajakannya yang mengarah kepada motivasi perilaku membayar pajak dari mereka, tidak terlepas dari kinerja pelayanan perpajakan yang optimal, dan modenisasi sistem administrasi perpajakan (Sartika dan Pila Sopia, 2008).

Meskipun pemerintah telah meningkatkan pelayanan perpajakan terhadap Wajib Pajak yang dimaksud agar dapat meningkatkan motivasi Wajib Pajak namun pada kenyataannya hal ini masih dirasakan kurang maksimal (Sartika, 5


(23)

2008). Seperti halnya di dalam dunia usaha, yang mana pelanggannya adalah para konsumen, maka di dalam organisasi Direktorat Jenderal Pajak, para Wajib Pajak merupakan pelanggan yang harus dijaga hubungannya dengan baik. Jika masyarakat Wajib Pajak merasa puas akan pelayanan fiskus, diharapkan para Wajib Pajak akan memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan penerimaan pajak.

Birokrasi yang menyulitkan dalam membayar pajak merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh Wajib Pajak sehingga mereka merasa sungkan untuk membayar pajak dikarenakan harus melewati prosedur-prosedur yang dirasa sangat menyuitkan. Oleh karena itu, modernisasi sistem administrasi perpajakan yang efisien sangat diharapkan agar dapat meningkatkan motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Keunikan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahmawati (2008) tidak memasukan variabel kecerdasan spiritual, kinerja pelayanan perpajakan, dan motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, pada penelitian yang dilakukan oleh Sartika (2008) tidak meneliti atau memasukan variabel modernisasi sistem administrasi perpajakan dalam judul penelitiannya, sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Pila Sopia (2008) tidak memasukan/menyertakan variabel kecerdasan spiritual, kinerja pelayanan perpajakan, dan motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dalam judul penelitiannya, dan Suhartono (2006) tidak meneliti atau memasukan variabel modernisasi sistem administrasi perpajakan dan motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi


(24)

kewajiban perpajakannya. Topik penelitian ini penting untuk diteliti karena peneliti ingin menguji pengaruh kecerdasan spiritual, kinerja pelayanan perpajakan, dan modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Untuk itu penulis tertarik untuk menelitinya dengan judul “Analisis Pengaruh Kecerdasan Spiritual, Kinerja Pelayanan Perpajakan, Dan Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan (Studi di Kantor Pelayanan Pajak Kanwil Jakarta Selatan)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka penulis membuat perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya?

2. Apakah kinerja pelayanan perpajakan berpengaruh terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya?

3. Apakah modernisasi sistem administrasi perpajakan berpengaruh terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya?

4. Apakah secara bersama-sama (simultan) kecerdasan spiritual, kinerja pelayanan perpajakan dan modernisasi sistem administrasi perpajakan


(25)

berpengaruh terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan spiritual terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

b. Untuk mengetahui pengaruh kinerja pelayanan perpajakan terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

c. Untuk mengetahui pengaruh modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

d. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan spiritual, kinerja pelayanan perpajakan dan modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

2. Manfaat Penelitian ini adalah:

a. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kecerdasan spiritual, kinerja pelayanan perpajakan, dan modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban


(26)

perpajakannya di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama dan KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi pihak KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama dan KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu dalam perbaikan pelayanan kepada Wajib Pajak.

c. Dapat dipergunakan sebagai referensi atau bahan acuan lebih lanjut di bidang perpajakan.

d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesadaran bagi Wajib Pajak agar dapat meningkatkan kepatuhannya dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori

1. Kecerdasan Spiritual

a. Pengertian Kecerdasan Spiritual

Dalam pandangan tradisional, kecerdasan ditetapkan secara operasional sebagai kemampuan untuk menjawab berbagai jenis kecerdasan. Lebih lanjut terdapat sejumlah kecerdasan yang dikenal dengan multiple intelligence. Kecerdasan ini meliputi: (1) kecerdasan linguistik; (2) kecerdasan logika matematika; (3) kecerdasan persepsi ruang; (4) kecerdasan gerak tubuh; (5) kecerdasan musik; (6) kecerdasan interpersonal; (7) natural intelligence; dan (8) spiritual intelligence (Darmoyuwono, 2008). Kemudian dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kecerdasan diartikan sebagai: kepandaian, kepintaran, dan ketajaman berpikir.


(28)

Dalam perkembangan selanjutnya berkembang kecerdasan emosional (Emotional Quotation/EQ) yakni memberi rasa empati, cinta, motivasi, dan kemampuan untuk menanggapi kesedihan atau kegembiraan secara tepat (Zohar, 2007). Sedangkan pengertian lain dari EQ adalah kemampuan untuk merasa (Agustian, 2001). Kunci kecerdasan emosi ialah pada kejujuran dan suara hati.

Letupan ketakjuban EQ ternyata tidak terlalu lama berlangsung. Perkembangan terakhir menunjukkan adanya kecerdasan lain yaitu kecerdasan spiritual (Spiritual Quotation /SQ). SQ merupakan temuan terkini secara ilmiah yang pertama kali digagaskan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall. Selanjutnya Danah dan Marshall mendefinisikan SQ sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding dengan yang lain (Zohar, 2007).

Menurut Khavari dalam bukunya Spiritual Intelligence Practical Guide to Personal Happiness yang mengatakan bahwa:

“Kecerdasan spiritual adalah fakultas dimensi non material kita-jiwa manusia. Inilah intan yang belum terasah yang dimiliki oleh kita semua. Kita harus mengenalinya seperti apa adanya, menggosoknya sehingga berkilap dengan tekad yang besar dan menggunakannya untuk memperoleh kebahagiaan abadi, seperti dua bentuk kecerdasan lainnya. Kecerdasan spiritual dapat ditingkatkan dan diturunkan. Kemampuan untuk ditingkatkan tampaknya tidak terbatas (Sukidi, 2004)”.


(29)

Berdasarkan uraian tentang kecerdasan spiritual di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya dengan menyinergikan antara IQ, EQ, dan SQ secara komprehensif serta kemampuan untuk menilai pemikiran, tindakan, perilaku, kegiatan, atau jalan hidup seseorang.

b. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual

Seseorang dikatakan cerdas secara spiritual yaitu memiliki sejumlah ciri antara lain:

1) Fleksibel

Orang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi ditandai dengan sikap hidupnya yang fleksibel atau luwes. Orang ini dapat membawa diri dan mudah menyesuaikan diri dengan berbagai situasi yang dihadapi.

2) Kemampuan refleksi tinggi

Orang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi memiliki refleksi yang tinggi. Dia cenderung bertanya “mengapa” atau


(30)

“bagaimana seandainya” sebagai kelanjutan dari “apa” dan “bagaimana”.

3) Kesadaran diri dan lingkungan yang tinggi

Orang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi akan memiliki kesadaran diri dan kesadaran lingkungan yang tinggi. Kesadaran diri tinggi, berarti telah mengenal dirinya. Dengan mengenal dirinya maka ia juga mengenal orang lain. Kesadaran lingkungan tinggi mencakup kepedulian terhadap sesama, persoalan hidup yang dihadapi bersama, dan juga peduli terhadap bangsa dan Negara.

4) Kemampuan kontemplasi tinggi

Orang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi ditandai juga dengan adanya kemampuan kontemplasi yang tinggi, misalnya kemampuan mendapat inspirasi dari berbagai hal, kemampuan menyampaikan nilai dan makna kepada orang lain, mengamati berbagai hal untuk menarik hikmahnya dan memiliki kreativitas yang tinggi.

5) Berpikir secara holistik


(31)

Berpikir secara holistik berarti berpikir secara menyeluruh, mengaitkan berbagai hal yang berbeda-beda. Berpikir secara kesisteman, tidak terkotak-kotak atau tersegmentasi.

6) Berani menghadapi dan memanfaatkan penderitaan

Orang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi adalah orang yang berani menghadapi penderitaan.

7) Berani melawan arus/tradisi

Orang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi ditandai juga dengan adanya keberanian melawan arus.

8) Sesedikit mungkin menimbulkan kerusakan

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi cenderung memiliki tingkat kepatuhan perpajakan yang lebih tinggi. Karena ia menyadari bahwa hasil dari pajak yang mereka bayar akan dimanfaatkan oleh dirinya sendiri dan juga orang lain meskipun dalam bentuk yang tidak langsung (Darmoyuwono, 2008).

2. Kinerja Pelayanan Perpajakan a. Pengertian Kinerja


(32)

Pembahasan kinerja pelayanan tentu tidak dapat dipisahkan dengan pembahasan kinerja. Menurut Tika (2006), terdapat beberapa definisi kinerja, yaitu:

1) Kinerja adalah fungsi dari motivasi, kecakapan, dan persepsi peranan (Stoner).

2) Kinerja sebagai pencatatan hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu (Benardin dan Russel).

3) Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu (Prawiro Suntoro).

Dari definisi kinerja di atas, maka secara umum kinerja dapat didefinisikan sebagai hasil kerja seseorang baik secara kuantitas maupun kualitas yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Lebih lanjut dapat diketahui bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam kinerja terdiri dari:

1) Hasil-hasil fungsi pekerjaan


(33)

2) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawan/pegawai, seperti motivasi, kecakapan, persepsi peranan, dan sebagainya

3) Pencapaian tujuan organisasi

4) Periode waktu tertentu

Kinerja pada dasarnya merupakan hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Fungsi pekerjaan atau kegiatan yang dimaksud di sini adalah pelaksanaan hasil pekerjaan atau kegiatan seseorang atau sekelompok orang yang menjadi wewenang dan tanggung jawab dalam suatu organisasi (Tika, 2006).

b. Pengertian Pelayanan

Pelayanan adalah proses aktivitas atau manfaat yang ditawarkan kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud yang bersifat langsung dalam suatu organisasi atau institusi (Tumiwa, 2006). Pelayanan pajak merupakan pelayanan publik. Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.


(34)

Dirjen Pajak telah melakukan reformasi administrasi perpajakan modern yang efisien dan dipercaya masyarakat dengan tujuan untuk tercapainya tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi, tingkat kepercayaan masyarakat dan meningkatkan produktivitas pegawai perpajakan. Untuk mencapai hal tersebut, DJP telah membuat program-program, salah satunya adalah program pelayanan prima dengan membuat tempat pelayanan terpadu yang dapat melakukan banyak hal dalam rangka melayani wajib pajak seperti masalah pendaftaran dan pengisian SPT.

1) Kriteria Pelayanan Prima

Pelayanan publik yang prima merupakan salah satu langkah yang tepat guna tercapainya tingkat motivasi yang tinggi, tingkat kepercayaan masyarakat dan meningkatkan produktivitas pegawai perpajakan.

Dalam buku yang berjudul “Pelayanan Prima Perpajakan” dijelaskan bahwa hakikat dari pelayanan publik yang prima, yaitu:

a) Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah di bidang pelayanan umum.

b) Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tatalaksana pelayanan, seperti pelayanan umum dapat diselenggarakan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna.


(35)

c) Mendorong timbulnya kreativitas, prakarsa, dan peran serta masyarakat dalam pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas. (Maryanto, 2001 dalam Ahmad Mawardi 2007).

Salah satu jenis pelayanan yang diberikan adalah penyelesaian SPT Tahunan Lebih Bayar. Menurut ketentuan yang berlaku standar waktu pelayanan adalah 12 bulan sejak permohonan diterima secara lengkap, akan tetapi batas waktu pelayanan ideal adalah 9 bulan sejak permohonan diterima secara lengkap.

2) Unsur-Unsur Pelayanan Prima

Menurut modul Pelayanan Prima Badan Pendidikan dan Latihan Keuangan, unsur-unsur pelayanan prima dan bermutu terdiri dari:

a) Self Esteem (kebanggaan, harga diri)

Pelayanan akan bermutu apabila hal tersebut dilakukan dengan rasa bangga dan menumbuhkan harga diri pada petugas pelayanan yang bersangkutan, antara lain tercermin dari sikap keramah-tamahan dan kesopanan.

b) Exceed Expectation (melebihi dari apa yang diharapkan pelanggan)


(36)

Walaupun telah dilakukan standarnya, namun pelayanan juga akan semakin bermutu apabila dapat dilaksanakan lebih baik dari standar yang telah ada tersebut, disamping tersedianya alternatif atau pilahan-pilihan yang dikehendaki pelanggan.

c) Recovery (memperbaiki kembali yang telah keliru)

Dalam setiap tindakan pelayanan wajar apabila suatu saat terjadi kekeliruan. Hal itu tidak akan menjadi masalah, apabila segera diikuti dengan koreksi dimana perlu disertai dengan permohonan maaf kepada pelanggan.

d) Vixion Ideal Image (visi, citra yang ideal bagi masa datang) Visi mengenai suatu pelayanan ialah sangat penting, bukan saja memacu kepekaan cepat tanggap petugas pelayanan, melainkan juga memberikan gambaran yang jelas kepada pelanggan tujuan apa yang hendak dicapai adanya prosedur pelayanan tersebut.

e) Improve (perbaikan atau pengembangan terus-menerus)

Tuntunan dan dinamika pelanggan akan semakin tinggi, oleh karena itu hal tersebut harus diimbangi dengan pemikiran-pemikiran dan inovasi baru di bidang pelayanan.


(37)

f) Care (peduli, tanggap)

Mutu pelayanan juga tergantung dari ada tidaknya atau tinggi rendahnya kepedulian terhadap kebutuhan pelanggan, misalnya mampu bersifat fleksibel dan luwes (Mawardi, 2007).

Pada umumnya masyarakat akan merasa puas apabila memperoleh pelayanan sesuai dengan standar (biaya, waktu, prosedur) yang telah disepakati, apalagi pada prakteknya pemberian pelayanan tersebut akan lebih cepat dan efisien dibandingkan dengan standar yang ditetapkan yang pada akhirnya menimbulkan persepsi positif masyarakat bahwa pelayanan yang diberikan tersebut adalah pelayanan prima yang berarti pelayanan yang bermutu. Maka semakin melebihi standar pelayanan, semakin prima dalam pelayanannya.

3) Dimensi Pelayanan Prima

Pelayanan memiliki banyak dimensi, yang secara operasional dapat dijabarkan menurut jenis pelayanannya. Namun, secara umum, dari hasil studi yang dilakukan oleh The Focus Group to The Marketing Research yang dibentuk oleh Belenger, Bemhard, dan Goldstrucker diperoleh kesimpulan bahwa ada sepuluh dimensi yang saling melengkapi dalam membentuk kualitas pelayanan. Kesepuluh dimensi tersebut seperti diutarakan oleh Zeithami (1996), yaitu dimensi tangible, reliability, responsiveness,


(38)

competence, credibility, security, access, communications, dan understanding.

Sesuai dengan perkembangan, sepuluh dimensi tersebut disederhanakan oleh Zeithami (1996) menjadi lima dimensi, sebagai berikut:

(a) Empathy, yaitu kemudahan dalam berinteraksi, komunikasi yang baik, penuh perhatian dan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan.

(b) Tangibles, yaitu kualitas pelayanan yang berupa sarana fisik, perkantoran, komputerisasi administrasi, ruang tunggu, tempat informasi, dan sebagainya.

(c) Reliability, yaitu kemampuan dan keandalan dalam

menyediakan pelayanan yang terpercaya.

(d) Responsiveness, yaitu kesanggupan untuk membantu dan menyediakan pelayanan secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap keinginan konsumen.

(e) Assurance, yaitu pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan serta sopan santun karyawan dalam memberikan pelayanan, aman dari bahaya, resiko, keraguan, dan memiliki sifat dapat dipercaya.


(39)

Untuk menciptakan suatu lingkungan yang kondusif antara Wajib Pajak dengan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) untuk memperbaiki kualitas dan kepercayaan, KPP harus mampu memenuhi kelima prinsip utama yang berlaku. Kelima prinsip tersebut sangat bermanfaat dalam membentuk dan mempertahankan lingkungan yang tepat untuk melaksanakan penyempurnaan kualitas secara berkesinambungan.

3. Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan a. Administrasi Perpajakan

Menurut Ensiklopedi perpajakan, administrasi perpajakan yaitu cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan pajak (Harahap, 2004). Peran dari administrasi perpajakan yaitu mengupayakan merealisasikan peraturan perpajakan dan penerimaan Negara sebagaimana amanat APBN yang disesuaikan dengan kondisi terkini dan pengalaman di Negara berkembang dengan menerapkan kebijakan perpajakan yang adil dan efisien.

Administrasi perpajakan berhubungan erat dengan perilaku pembayar pajak untuk memilih patuh membayar pajak atau tidak. Untuk itu perlu dilakukan reformasi administrasi perpajakan yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan pembayar pajak dan mengurangi atau menghapus perilaku yang mendorong ketidakpatuhan pembayar pajak.


(40)

Adapun delapan karakteristik administrasi perpajakan yang baik yaitu: pertama, administrasi pajak harus dapat mengamankan pendapatan Negara. Kedua, harus berdasarkan peraturan perundang-undangan dan transparan. Ketiga, dapat merealisasikan perpajakan yang sah dan adil sesuai ketentuan dan menghilangkan kesewenang-wenangan, arogansi, dan perilaku yang dipengaruhi kepentingan pribadi. Keempat, dapat mencegah dan memberikan sanksi serta hukuman yang adil atas ketidakjujuran dan pelanggaran serta penyimpangan. Kelima, mampu menyelenggarakan sistem perpajakan yang efisien dan efektif. Keenam, meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Ketujuh, memberikan dukungan terhadap pertumbuhan dan pembangunan yang sehat masyarakat Wajib Pajak. Kedelapan, dapat memberikan kontribusi atas pertumbuhan demokrasi masyarakat (Gunadi, 2004).

b. Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan

Modernisasi sistem administrasi perpajakan adalah penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomis, dan cepat dengan memanfaatkan sistem informasi dan teknologi yang handal dan terkini (Nasucha, 2004).

Adapun tujuan dilakukannya modernisasi perpajakan, yaitu:


(41)

1) Memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

2) Untuk mengadministrasikan penerimaan pajak sehingga transparansi dan akuntabilitas penerimaan sekaligus pengeluaran pembayaran dana dari pajak setiap saat bisa diketahui.

3) Untuk memberikan suatu pengawasan terhadap pelaksanaan pemungutan pajak, terutama adalah kepada aparat pengumpul pajak maupun kepada Wajib Pajak (Gunadi, 2003).

Reformasi sistem administrasi pajak memiliki delapan sasaran yang hendak dicapai. Pertama, maksimalisasi penerimaan pajak. Kedua, kualitas pelayanan yang mendukung kepatuhan Wajib Pajak. Ketiga, memberikan jaminan kepada publik bahwa DJP memiliki integritas dan keadilan yang tinggi. Keempat, menjaga rasa keadilan dan persamaan perlakuan dalam proses pemungutan pajak. Kelima, pegawai pajak dianggap sebgai karyawan bermotivasi tinggi, kompeten, dan professional. Keenam, peningkatan produktivitas yang berkesinambungan. Ketujuh, Wajib Pajak mempunyai alat dan mekanisme untuk mengakses informasi yang diperlukan. Kedelapan, optimalisasi penggelapan pajak (Pandiangan, 2004).

Jika program modernisasi telah ditelaah secara mendalam atas perubahan-perubahan yang dilakukan, maka dapat dilihat bahwa modernisasi merupakan suatu terobosan yang membawa perubahan


(42)

yang cukup mendasar dan revolusioner dalam sistem administrasi pajak yang telah ada selama ini. Perubahan-perubahan tersebut didesain dan dilaksanakan secara menyeluruh dan komprehensif meliputi bidang-bidang berikut:

1) Struktur Organisasi

Untuk melaksanakan perubahan secara lebih efektif dan efisien, sekaligus mencapai tujuan organisasi yang diinginkan, penyesuaian struktur organisasi DJP merupakan suatu langkah yang harus dilakukan dan sifatnya cukup strategis. Struktur organisasi juga harus diberi fleksibilitas yang cukup untuk dapat selalu menyesuaikan dengan lingkungan eksternal yang dinamis, termasuk perkembangan bisnis dan teknologi.

Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka struktur organisasi DJP diubah, baik di level kantor pusat sebagai pembuat kebijakan maupun di level kantor operasional sebagai pelaksana kebijakan. Sebagai langkah pertama, untuk memudahkan Wajib Pajak ketiga jenis kantor pajak yang ada, yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa), digabungkan menjadi satu yaitu Kantor Pelayanan


(43)

Pajak (KPP). Dengan demikian Wajib Pajak cukup datang ke satu kantor saja untuk menyelesaikan seluruh kewajiban perpajakannya.

Struktur berbasis fungsi diterapkan pada KPP dengan sistem administrasi modern untuk dapat merealisasikan debirokratisasi pelayanan sekaligus melaksanakan pengawasan terhadap Wajib Pajak secara lebih sistematis berdasarkan analisis resiko. Unit vertikal DJP dibedakan berdasarkan segmentasi Wajib Pajak, yaitu KPP Wajib Pajak Besar, KPP Madya, dan KPP Pratama. Dengan pembagian seperti ini diharapkan strategi dan pendekatan terhadap Wajib Pajak pun dapat disesuaikan dengan karakteristik Wajib Pajak yang ditangani, sehingga hasil yang diperoleh lebih optimal.

Khusus di kantor operasional terdapat posisi yang baru yang disebut Account Representative (AR) yang mempunyai tugas antara lain memberikan bantuan konsultasi perpajakan kepada Wajib Pajak, memberitahukan peraturan perpajakan yang baru, dan mengawasi kepatuhan Wajib Pajak. Untuk lebih memberikan rasa keadilan bagi Wajib Pajak, seluruh penanganan keberatan dilakukan oleh Kantor Wilayah yang merupakan inti vertikal di atas KPP yang menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang merupakan hasil dari pemeriksaan pajak. Dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan dan sesuai dengan prinsip modernisasi, maka setiap AR harus profesional dan memiliki knowledge, skill, dan attitude yang terstandarisasi.


(44)

2) Business Process dan Technology Informasi dan Komunikasi Kunci perbaikan birokrasi yang berbelit-belit adalah perbaikan business process yang mencakup metode, sistem, dan prosedur kerja. Untuk itu business process merupakan pilar penting program modernisai DJP, yang diarahkan pada penerapan full automation dengan memanfatkan teknologi informasi dan komunikasi. Diharapkan dengan full automation akan tercipta suatu business process yang efisien dan efektif karena administrasi menjadi lebih cepat, mudah, dan akurat sehingga dapat meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak, baik dari segi kualitas maupun waktu.

Perbaikan business process dilakukan juga antara lain dengan e-system dengan dibukanya fasilitas e-filing (penyampaian SPT secara online melalui internet), e-SPT (penyampaian SPT dalam media digital), e-payment (fasilitas pembayaran online untuk PBB), dan e-registration (pendaftaran NPWP secara online melalui internet). Semua fasilitas tersebut diciptakan guna memudahkan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Untuk meningkatkan efektivitas dari administrasi perpajakan ini maka harus didukung oleh teknologi komputer yang diperbaharui secara berkesinambungan dan digunakan secara efektif oleh tenaga terlatih.

3) Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)


(45)

Fokus program ini adalah perbaikan sistem dan manajemen SDM dan direncanakan perubahan yang dilakukan sifatnya lebih menyeluruh. Hal ini diperlukan karena disadari bahwa elemen yang terpenting dari suatu organisasi adalah manusianya. Secanggih apapun struktur, sistem, teknologi informasi, metode, dan alur kerja suatu organisasi semua tidak dapat berjalan dengan optimal tanpa didukung SDM yang memadai dan berintegritas. Sistem administrasi modern harus didukung oleh sistem SDM yang berbasis kompetensi dan kinerja.

Dalam langkah perbaikan di bidang SDM, DJP melakukan pemetaan kompetensi untuk seluruh pegawai DJP guna mengetahui sebaran kuantitas dan kualitas kompetensi pegawai. Meskipun program pemetaan kompetensi ini masih terbatas mengidentifikasikan ‘soft’ competency saja, tetapi informasi yang didapat cukup membantu DJP dalam merumuskan kebijakan kepegawaian yang lebih fair. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan akuntabilitas sistem manajemen sumber daya manusia.

4) Pelaksanaan Good Governance

Elemen terakhir adalah pelaksanaan good governance, yang seringkali dihubungkan dengan integritas pegawai dan institusi. Suatu organisasi berikut sistemnya akan berjalan dengan baik


(46)

ketika terdapat rambu-rambu yang jelas dan konsisten untuk memandu pelaksanaan tugas dan pekerjaannya. Dalam praktek berorganisasi, good governance dikaitkan dengan mekanisme pengawasan internal yang bertujuan untuk meminimalkan terjadinya penyimpangan ataupun penyelewengan dalam organisasi.

DJP dengan program modernisasinya senantiasa berupaya menerapkan prinsip-prinsip good governance tersebut. Salah satunya adalah dengan cara pembuatan dan penegakkan Kode Etik Pegawai yang secara tegas mencatumkan kewajiban dan larangan bagi pegawai DJP dalam pelaksanaan tugasnya termasuk sanksi-sanksi untuk setiap pelanggaran Kode Etik Pegawai tersebut. Dan juga dibentuk complaint center di masing-masing kanwil modern untuk menampung keluhan Wajib Pajak yang merupakan bentuk komitmen DJP untuk selalu meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajaknya sekaligus pengawasan bagi internal DJP. Good governance tidak hanya terbatas pada integritas, tetapi juga menyangkut efisiensi dan efektivitas serta profesionalisme dan akuntabilitas organisasi.

Berdasarkan konsep modernisasi ini maka outcome yang diharapkan adalah terjadinya perubahan paradigma, pola pikir, dan nilai organisasi yang tercermin dalam perilaku setiap pegawai, terciptanya proses bisnis dari setiap pekerjaan yang lebih efisien,


(47)

dan mampu menjalankan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance government).

4. Motivasi Wajib Pajak a. Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan faktor penggerak individu untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, tanpa adanya motivasi orang akan pesimis dan tidak terdorong untuk beraktivitas. Dalam organisasi, motivasi yang tinggi sangat dibutuhkan untuk melahirkan kinerja yang optimal.

Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin yakni “movere” yang berarti “dorongan atau daya penggerak”. Menurut Kamus Bahasa Indonesia Modern, karangan Muhammad Ali yang dikutip oleh Arep (2003) mengatakan bahwa:

“Motif diartikan sebagai sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang; dasar pikiran dan pendapat; sesuatu yang menjadi pokok”. Lalu disempurnakan menjadi “motivasi adalah sesuatu yang pokok, yang menjadi dorongan seseorang untuk bekerja”.

Motivasi juga diartikan sebagai kondisi yang memberikan dorongan dari dalam diri seseorang yang digambarkan sebagai keinginan, kemauan, dorongan, dan sebagainya. Selanjutnya, pengertian motivasi ialah sebagai pemberi daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja


(48)

sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencari kepuasan (Hasibuan, 2005).

Dari beberapa pengertian di atas, maka secara umum dapat didefinisikan bahwa motivasi adalah suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang dapat menggerakkan seseorang dalam melakukan suatu aktivitas.

Menurut pakar barat, motivasi yang hakiki adalah self concept realisation yaitu merealisasikan konsep diri. Self concept realisation bermakna bahwa seseorang itu akan selalu termotivasi jika: (1) ia hidup dalam suatu cara yang sesuai dengan peran yang lebih ia sukai, (2) diperlakukan sesuai dengan tingkatan yang lebih ia sukai, dan (3) dihargai sesuai dengan cara yang mencerminkan penghargaan seseorang atas kemampuannya.

Dari uraian di atas terdapat 3 hal yang harus diperhatikan untuk memotivasi seseorang, yaitu peran, perlakuan, dan penghargaan. Ketiga hal itulah yang mendasari teori-teori manajemen motivasi yang berkembang di barat (Arep, 2003).

Metode membangkitkan potensi diri seseorang dapat ditempuh dengan memberikan penekanan pada: (1) manajemen fisik, yaitu bagaimana secara fisik seseorang tetap segar dan sigap serta lincah dalam bekerja, (2) manajemen intelektual, yaitu bagaimana seseorang 31


(49)

mengelola intelektualnya, sehingga kemampuan intelektual tersebut tidak menjadi bumerang terhadap dirinya sendiri, (3) manajemen rohani, yaitu bagaimana seseorang mengelola tingkat kedekatannya dengan Tuhan dalam bekerja sehari-hari, (4) manajemen emosi, yaitu bagaimana seseorang mengendalikan emosinya pada waktu yang tepat tempat yang tepat, dan situasi yang tepat, dan (5) manajemen konflik, yaitu bagaimana konflik yang terjadi tidak bermuara pada penurunan kinerja, tetapi malah peningkatan kinerja (Arep, 2003).

b. Model Motivasi

Secara umum model motivasi dikembangkan oleh Abraham Maslow, Frederick Hezberg, dan Mc Cleland (Arep, 2003), yaitu:

1) Maslow’s Model

Aktualisasi Diri Penghargaan

Sosial

Keamanan

Kebutuhan Fisik

Sumber: Arep (2003:25)


(50)

Model Maslow ini sering disebut dengan model hierarki kebutuhan. Karena menyangkut kebutuhan manusia, maka teori ini digunakan untuk menunjukkan kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi agar ia termotivasi untuk bekerja. Menurut A.H Maslow (Arep, 2003) pada umumnya terdapat lima hierarki kebutuhan manusia, yaitu:

a) Kebutuhan fisiologis (fisik), merupakan kebutuhan pertama dan utama yang wajib dipenuhi pertama-tama oleh individu. Karena dengan terpenuhinya kebutuhan ini orang dapat mempertahankan hidup dari kematian. Kebutuhan utama inilah yang mendorong setiap individu untuk melakukan pekerjaan apa saja karena ia akan memperoleh imbalan, baik berupa uang maupun barang yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan utamanya.

b) Kebutuhan keamanan/perlindungan (safety needs). Setelah kebutuhan pertama terpenuhi, timbul perasaan perlunya pemenuhan kebutuhan keamanan/perlindungan.

c) Kebutuhan akan kebersamaan (kebutuhan sosial), tiap manusia senantiasa merasa perlu pergaulan dengan sesama manusia lain. Selama hidup manusia di dunia ini tak mungkin lepas dari bantuan pihak lain. Walaupun sudah terpenuhi kebutuhan pertama dan kedua, jika ia tidak dapat bergaul dengan pihak lain, maka pasti ia akan merasa sangat gelisah hidupnya.


(51)

d) Kebutuhan penghormatan dan penghargaan (kebutuhan harga diri). Sejelek-jeleknya kelakuan manusia, tetap mendambakan penghormatan dan penghargaan. Itulah sebabnya orang berusaha melakukan pekerjaan/kegiatan yang memungkinkan ia mendapat penghormatan dan penghargaan masyarakat.

e) Kebutuhan aktualisasi diri, yakni senantiasa percaya kepada diri sendiri. Inilah kebutuhan puncak paling tinggi, sehingga seseorang ingin mempertahankan prestasinya secara optimal.

Pajak merupakan sumber pendapatan Negara terbesar yang hasilnya bisa dipergunakan untuk melaksanakan pembangunan nasional yang bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia. Oleh karena itulah, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak terus menggalakkan berbagai program yang tujuannya untuk menyadarkan para Wajib Pajak agar termotivasi lagi untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. Selain itu, pemerintah juga terus meningkatkan transparansi kepada masyarakat agar dapat meminimalisir penggelapan pajak yang mungkin dilakukan oleh fiskus sehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Jika hal ini dikaitkan dengan Teori Maslow maka sesungguhnya tidak ada jaminan bahwa seseorang yang berpenghasilan besar akan lebih patuh pajak bila dibandingkan dengan yang berpenghasilan rendah. Namun, jika disadari bahwasanya seseorang yang


(52)

berpenghasilan lebih besar akan lebih royal untuk membayar pajak karena ia menganggap bahwa pajak hanya akan mengurangi sedikit dari penghasilan yang diterimanya. Selain itu, ia pun akan menyadari jika ia tidak ingin membayar pajak maka ia akan mendapatkan sanksi perpajakan yang dapat merugikan dirinya sendiri dan ia pun akan menyadari bahwa pajak yang akan ia bayar nanti hasilnya akan dinikmati sendiri dan orang lain meskipun tidak secara langsung. Maka sebagai bentuk penghargaan fiskus kepada Wajib Pajak yang patuh maka fiskus akan memberikan penghargaan kepada Wajib Pajak teladan yang diharapkan mampu memotivasi Wajib Pajak lainnya agar berbuat seperti itu.

2) Hezberg’s Model

Menurut Hezberg’s (Arep, 2003), kebutuhan disebut dengan istilah Two Factor View. Sebelumnya kepuasan seseorang terbagi menjadi dua, yaitu puas dan tidak puas. Selanjutnya Pitsburgh melakukan studi yang kemudian lahirlah teori Two Factor, yaitu:

a) Motivator, yaitu adanya kepuasan kerja atau perasaan positif misalnya pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain.

b) Hygiene, yaitu adanya ketidakpuasan kerja atau perasaan negatif misalnya status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang 35


(53)

individu dengan atasannya yang kurang baik, kondisi kerja yang tidak kondusif dan sistem imbalan yang berlaku tidak sesuai.

Dalam hal ini, Wajib Pajak akan merasa puas dan akan terus termotivasi untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya apabila pajak yang selama ini telah disetorkan kepada Negara benar-benar disalurkan untuk pembangunan nasional yang akan mensejahterakan masyarakat, bukan menguntungkan pihak-pihak tertentu saja.

3) Mc Cleland’s Model

Model Mc Cleland (Arep, 2003), sangat menekankan perhatian terhadap prestasi (achivement). Ada 3 kebutuhan yang penting, yaitu:

a) Achievement, adalah adanya keinginan untuk mencapai tujuan lebih baik dari sebelumnya (pencapaian prestasi). Orang yang dalam hatinya ada perasaan yang mengebu-gebu untuk meraih prestasi terbaik, akan sangat bergairah dan termotivasi dalam melaksanakan pekerjaan dan tugasnya.

b) Affiliation, adalah kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.


(54)

c) Power, adalah ada kebutuhan kekuasaan seseorang yang mendorong seseorang bekerja sehingga termotivasi dalam pekerjaannya.

Problem motivasi yang berhubungan dengan perpajakan adalah bagaimana cara merangsang sekelompok orang yang masing-masing memiliki kebutuhan mereka yang khas untuk bekerja sama menuju pencapaian sasaran pembangunan ekonomi di suatu Negara. Tujuan teori motivasi adalah memprediksi perilaku. Perlu ditekankan perbedaan-perbedaan antara motivasi, perilaku, dan kinerja. Motivasilah penyebab perilaku. Andaikan perilaku tersebut efektif atau baik, maka akibatnya adalah berupa kinerja yang tinggi. Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan, dengan kata lain perilaku kita umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Perilaku disebabkan atau dipengaruhi oleh upaya manusia untuk mencapai suatu kondisi hidup tertentu dan mencapai tujuan tertentu. Tujuan masing-masing objek yang memotivasi bersifat statik dalam arti bahwa ia terus-menerus memotivasi sekalipun hal tersebut telah tercapai (Winardi, 2002).

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebagai salah satu instansi pemerintah yang memberikan pelayanan kepada masyarakat diharapkan dapat memotivasi Wajib Pajak dengan memahami p/kebutuhan-kebutuhan sosial mereka akan pengadaan public


(55)

goods and service dan membuat mereka merasa penting dalam pelaksanaan pembangunan.

Apabila masyarakat telah memiliki motivasi yang tinggi dalam memenuhi kewajiban pajaknya, maka pembangunan di Indonesia dapat terlaksana secara optimal demi mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera.

5. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mengenai pengaruh kecerdasan spiritual, kinerja pelayanan perpajakan, dan modernisasi sistem administrasi perpajakan yang akan mempengaruhi motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajban perpajakannya sesuai dengan peraturan perpajakan, penelitian ini telah dilakukan oleh penelitian-penelitian sebelumnya dengan variabel dan metode analisis yang berbeda. Penelitian-penelitian tersebut banyak memberikan masukan dan kontribusi tambahan bagi Direktorat Jendral Pajak dan Pihak KPP untuk meningkatkan kesadaran Wajib Pajak guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembayaran pajak. Tabel 2.1 menunjukkan hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh kecerdasan spiritual, kinerja pelayanan perpajakan, dan modernisasi sistem administrasi perpajakan yang akan mempengaruhi motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajban perpajakannya.


(56)

Hasil

Modernisasi

perpajakan dalam penerimaan pajak pada KPP Bekasi Utara efektif yaitu sebesar 75%

Adanya korelasi yang kuat antara penerapan sistem administrasi modern dengan peningkatan penerimaan pajak Metode Analisis Importance performance Koefisien korelasi Pearson Tabel 2.1 Penelitian-penelitian Terdahulu Variabel Perbedaan - Efektifitas modernisasi perpajakan (Variabel X) - Penerimaan pajak (Variabel Y) - Penerapan sistem administrasi perpajakan modern (Variabel X) - Peningkatan penerimaan pajak (Variabel Y)

Bersambung pada halaman berikutnya


(57)

Persamaan - - Judul Analisis efektivitas isasi perpajakan dalam penerimaan pajak pada KPP Pratama Bekasi Utara modern Korelasi penerapan sistem administrasi perpajakan modern dengan peningkatan penerimaan pajak (studi kasus pada KPP Pratama Depok Peneliti Eka Putri Rahmawati (2008) Iklima Pila Sopia (2008) No. 1. 2. Hasil Kecerdasan spritual, kinerja pelayanan pajak dan ketegasan sanksi perpajakan secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi wajib pajak kecerdasan spiritual dan Persepsi Wajib Pajak berhubungan dengan kinerja pelayanan pajak Metode Analisis regresi berganda Koefisien korelasi Spearman Rank

Tabel 2.1 (Lanjutan) Penelitian-penelitian Terdahulu Variabel Perbedaan Sanksi administrasi perpajakan (Variabel X) Persepsi Wajib Pajak (Variabel X)

Sumber: diolah dari berbagai refrensi


(58)

Persamaan - Hubungan kecerdasan spritu al el

(Variab X) - Kinerja pelayanan pajak (Variab

el

Y) - motivasi wajib pajak (Variab

el

Y) - Hubungan kecerdasan spritu

al

(Variab

el

X) - Kinerja pelayanan pajak (Variab

el

Y)

Judul

Analisis pengaruh kecerdasan spiritual, kinerja pelayanan pajak, dan ketegasan sanksi admin

istrasi perpajakan

terhad

ap mo

tivas

i wajib pajak

dalam memenuhi kewajiban perpajakann

y

a

Hubungan kecerdasan spritual dan persepsi

Wa

jib

Pajak

terhadap kinerja pelayanan pajak Di KPP Grogol Petambu

ran

Penelit

i

Sartika (2008) Suhartono (2006)

No. 3. 4.

B. Kerangka Berfikir

Pajak merupakan penghasilan Negara yang saat ini mulai diandalkan sebagai modal pembangunan. Salah satu mendasar yang perlu diprioritaskan untuk dicarikan solusinya terkait dengan perpajakan yaitu masalah kepatuhan Wajib Pajak yang semakin rendah karena masalah ini berdampak secara signifikan terhadap penerimaan pajak.

Apabila ditelusuri lagi secara mendalam, terdapat beberapa faktor yang sangat mempengaruhi rendahnya motivasi Wajib Pajak yang enggan untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya, yaitu menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajaknya yang terutang. Pertama, yaitu mengenai 41


(59)

rendahnya tanggung jawab Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Hal ini terkait dengan nilai-nilai kejujuran dan moralitas sehingga pertanggungjawabannya bukan hanya secara horizontal tetapi juga secara vertikal. Disinilah kecerdasan spiritual Wajib Pajak sangat berperan besar. Apabila Wajib Pajak memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi, maka apa yang telah menjadi tugasnya tentu akan dilaksanakan dengan sepenuh hati, tanggung jawab dan jujur. Kedua, yaitu alasan tidak memuaskannya kinerja pelayanan perpajakan terhadap Wajib Pajak. Dan yang ketiga adalah alasan modernisasi sistem administrasi perpajakan.

Kerangka Berfikir ini dituangkan dalam sebuah model penelitian sebagai berikut:

42 Kecerdasan Spiritual

X1

Kinerja Pelayanan Perpajakan

X2

Motivasi Wajib Pajak Y

Modernisasi Sistem Administrasi

Perpajakan X3


(60)

Gambar 2.1 Model Penelitian C. Hipotesa

1. Kecerdasan Spritual terhadap Motivasi Wajib Pajak

Motivasi diartikan sebagai semua kondisi yang memberikan dorongan dari dalam diri seseorang yang digambarkan sebagai keinginan, kemauan, dorongan, dan sebagainya. Seseorang akan termotivasi melakukan suatu tindakan apabila ia mempunyai kecerdasan spiritual tinggi (Sartika, 2008). Penelitian Sartika (2008) menunjukan bahwa kecerdasan spiritual mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Suhartono (2006) yang menunjukkan bahwa kecerdasan spritual berpengaruh terhadap kinerja pelayanan pajak.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sartika (2008) dan Suhartono (2006) yang menyatakan hasil signifikan dan berpengaruh, maka penulis berhipotesa:

Ha1: Kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap motivasi Wajib Pajak

dalam memenuhi kewajiban perpajakannya

2. Pengaruh Kinerja Pelayanan

Perpajakan terhadap Motivasi Wajib Pajak


(61)

Kinerja pelayanan adalah hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang ditawarkan kepada pihak lain dalam memenuhi kebutuhannya. Wajib pajak yang merasa puas akan pelayanan fiskus maka Wajib Pajak akan termotivasi untuk memenuhi kewajiban perpajakannya (Sartika, 2008). Penelitian Sartika (2008) menunjukan bahwa kinerja pelayanan pajak tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap variabel motivasi Wajib Pajak. Hal ini mungkin terjadi karena Wajib Pajak merasa kinerja pelayanan pajak yang diberikan kepadanya dirasakan kurang maksimal.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sartika (2008) yang menyatakan hasil tidak berpengaruh secara signifikan, maka penulis berhipotesa:

Ha2:Kinerja pelayanan perpajakan berpengaruh terhadap motivasi Wajib

Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

3. Pengaruh Modernisasi Sistem

Administrasi Perpajakan terhadap Motivasi Wajib Pajak

Modernisasi sistem administrasi perpajakan adalah penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomis, dan cepat dengan memanfaatkan sistem informasi dan teknologi yang handal dan terkini (Pila Sopia, 2008 ) yang menunjukkan bahwa adanya korelasi yang kuat 44


(62)

antara penerapan sistem administrasi modern dengan peningkatan penerimaan pajak. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2008) menunjukkan bahwa modernisasi perpajakan dalam penerimaan pajak efektif yaitu sebesar 75%.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pila Sopia (2008) dan Rahmawati (2008) yang menyatakan hasil adanya korelasi kuat dan efektif, maka penulis berhipotesa:

Ha3: Modernisasi sistem administrasi perpajakan berpengaruh terhadap

motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Berdasarkan uraian hipotesis dari penelitian-penelitian terdahulu di atas maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini secara simultan adalah:

Ha4: Kecerdasan spiritual, kinerja pelayanan perpajakan, dan modernisasi

sistem administrasi perpajakan berpengaruh terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini tergolong dalam penelitian survei yaitu penelitian yang digunakan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil populasi tersebut sehingga ditemukan


(63)

kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis (Sugiyono, 2004).

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kecerdasan spiritual, kinerja pelayanan perpajakan, dan modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Objek penelitian ini adalah Wajib Pajak dan petugas Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kebayoran Lama dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Pasar Minggu.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama wilayah Jakarta Selatan dengan mengambil sampel pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kebayoran Lama dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Pasar Minggu. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan menggunakan teknik Non Probability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara tidak acak. Adapun metode yang diambil adalah dengan menggunakan Convenient Sampling yaitu metode pemilihan sampel berdasarkan kemudahan (Indriantoro, 2002) dengan kriteria jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status, dan lama menjadi Wajib Pajak serta lama menjadi petugas pajak di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Pasar Minggu.

C. Metode Pengumpulan Data


(64)

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan teknik sebagai berikut:

1. Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner yang akan disebarkan kepada responden yang dibuat dengan skala yang merujuk pada skala model Ordinal. Masing-masing jawaban dari 5 (lima) alternatif jawaban yang tersedia diberi bobot nilai (skor) sebagai berikut:

Tabel 3.1

Skor Jawaban Responden

No. Jawaban Responden Skor

1 Sangat Setuju 5

2 Setuju 4

3 Kurang Setuju 3

4 Tidak Setuju 2

5 Sangat Tidak Setuju 1

Sumber: Data primer yang diolah (2010)

2. Studi kepustakaan, dilakukan dengan cara membaca dan mengutip baik secara langsung maupun tidak langsung dari literatur-literatur yang berhubungan langsung dengan variabel penelitian.

D. Metode Analisa Data 1. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Salah satu alat ukur dikatakan valid apabila dapat menjawab secara cermat tentang variabel yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan


(65)

sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas ini menggunakan pearson correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikan di bawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid dan sebaliknya (Ghozali, 2006).

b. Uji Reliabilitas

Instrumen dinyatakan reliabel apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur bahwa variabel yang digunakan benar-benar bebas dari kesalahan sehingga menghasilkan hasil yang konsisiten meskipun diuji berkali-kali. Jika hasil dari cronbach alpha di atas 0.60 maka data tersebut mempunyai keandalan yang tinggi (Ghozali, 2006).

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen (Ghozali, 2001). Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat besarnya VIF (Variance Invelations Factor) dan Tolerance. Jika nilai VIF > 10 dan Tolerance < 0,1, hal ini berarti terjadi korelasi


(66)

antar variabel independen dan sebaliknya jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1 hal ini berarti tidak terjadi korelasi antar variabel (Ghozali, 2006).

b. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel independen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Jika grafik plot membentuk pola tertentu seperti titik-titik yang teratur (berkembang, menyebar kemudian menyempit) hal ini berarti terjadi heteroskedastisitas, dan jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006).

c. Normalitas Data

Normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2001). Uji normalitas data dilakukan dengan melihat penyebaran data pada sumbu diagonal atau grafik, jika data menyebar di sekitar dan mengikuti garis diagonal maka data tersebut memenuhi asumsi normalitas. Dan jika data tidak menyebar dan tidak mengikuti


(67)

garis diagonal, maka data tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2006).

3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi yang bertujuan untuk mengukur kekuatan hubungan antara

dua variabel atau lebih serta menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dan independen. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression).

Dapat disimpulkan bahwa dasar pengambilan keputusan penerimaan atau penolakan sebagai berikut:

a. Jika siginfikan kurang dari 0.05 maka Ha diterima, dan

b. Jika signifikan lebih dari 0.05 maka Ha ditolak (Ghozali, 2006).

Namun, bila terdapat nilai yang melebihi 0.05 tetapi tidak melebihi rentang jarak 0.055 maka masih dapat dikategorikan signifikan. Namun bila nilainya di atas itu maka tidak signifikan.

Nilai yang perlu diperhatikan apabila kita menggunakan regresi berganda, yaitu:

a. Analisis koefisien determinasi (uji adjusted R Square), untuk mengukur


(68)

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi antara nol dan satu. Secara sistematis jika nilai adjusted R2 = (1-k) / (n-k). Jika k > 1 maka adjusted akan bernilai negatif.

b. Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

c. Uji Siginifikan Parameter Individual (Uji t Statistik)

Uji signifikan parameter individual bertujuan untuk menginterprestasikan koefisien variabel independen.

E. Definisi Operasional Variabel 1. Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai serta menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas


(69)

dan kaya serta kemampuan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.

2. Kinerja Pelayanan Perpajakan

Kinerja pelayanan perpajakan didefinisikan sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan aparatur perpajakan dengan memberi kepuasan kepada Wajib Pajak yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang ditawarkan kepada pihak penelitian Wajib Pajak mengenai baik buruknya pelayanan perpajakan.

3. Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan

Modernisasi sistem administrasi perpajakan didefinisikan sebagai penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi baik secra individu, kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomis, dan cepat dengan memanfaatkan sistem informasi dan teknologi yang handal dan terkini.

4. Motivasi Wajib Pajak

Motivasi Wajib Pajak didefinisikan sebagai kemauan wajib pajak untuk melakukan kewajiban dalam perpajakan yang diukur berdasarkan indikator self assessment system, melaksanakan pembukuan, pelaksanaan pemeriksaan, dan melaksakan setoran pajak. Penelitian ini melibatkan tiga variabel independen yang terdiri dari Kecerdasan Spiritual (X1), Kinerja Pelayanan Perpajakan (X2), dan

Modernisasi Administrasi Perpajakan (X3) dan satu variabel dependen (Y)

yaitu motivasi Wajib Pajak


(70)

Tabel 3.2

Operasional Variabel Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Pengukuran

1. Kesad

aran Diri

a. Kesadaran yang tinggi dari Wajib Pajak

2. Fleksi

bel

b. Kesediaan untuk diperiksa jika terbukti melakukan kesalahan

3. Tangg

ung Jawab

c. Membayar pajak

merupakan bentuk tanggung jawab kepada bangsa

4. Keped

ulian

d. Kesiapan membantu Wajib Pajak lain yang mengalami kesulitan Kecerdasan Spiritual (Variabel X) 5. Renda h Hati

e. Kemampuan menerapkan

nilai-nilai luhur dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya

Skala Ordinal

Penampilan Fisik (Tangible)

a. Penampilan peralatan dan material yang digunakan untuk menginformasikan layanan Kinerja Pelayanan Perpajakan (Variabel X) Keandalan (Reliability)

b. Keinginan dan ketulusan untuk membantu mengatasi masalah WP

Skala Ordinal

Lanjut ke halaman berikutnya.

Tabel 3.2 (Lanjutan) Operasional Variabel Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Pengukuran

c. Keinginan dan ketulusan untuk membantu mengatasi masalah WP

Keandalan (Reliability)

d. Kemampuan

melaksanakan pelayanan yang sama pada semua Wajib Pajak

e. Kemampuan

melaksanakan layanan pada waktu yang telah dijanjikan

Daya Tanggap (Responsiveness)

f. Petugas pajak mengetahui peraturan perpajakan yang berlaku

Keyakinan (Assurance)

g. Kesediaan untuk

senantiasa membantu Wajib Pajak


(1)

Tabel Lanjutan Variabel Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan

Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Total

67 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55

68 2 1 4 4 4 5 2 1 2 1 4 30

69 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 44

70 2 2 4 4 4 5 4 3 2 2 3 35

71 4 3 4 4 4 5 5 5 4 4 5 47

72 4 2 4 4 4 4 4 2 2 2 4 36

73 4 2 4 4 4 4 4 2 2 2 4 36

74 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

75 4 2 4 3 1 2 4 1 3 3 2 29

76 3 1 3 3 3 5 5 4 4 5 4 40

77 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 41

78 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

79 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 41

80 2 2 4 2 4 2 5 3 4 2 4 34

81 3 4 5 4 4 3 5 4 4 4 4 44

82 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 27

83 4 4 4 3 4 4 5 3 4 4 4 43

84 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 44

85 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 5 51

86 5 4 4 4 5 5 4 4 3 3 4 45

87 4 4 4 5 4 5 3 4 5 5 5 48

88 3 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 43

89 5 5 4 5 4 4 3 4 4 4 3 45

90 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 54

91 5 5 5 5 4 4 4 5 4 3 5 49

92 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 44

93 5 4 3 4 5 4 4 4 5 3 3 44

94 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5 4 49

95 5 4 5 5 3 4 4 5 5 5 5 50

96 5 5 5 5 5 1 4 4 2 5 5 46

97 5 5 5 4 5 3 4 4 3 5 4 47

98 4 4 3 4 4 2 2 4 3 4 4 38

99 4 4 4 4 4 1 4 4 3 4 4 40

Lanjut ke halaman berikutnya


(2)

Tabel Lanjutan Variabel Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan

Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Total

100 4 3 4 4 4 3 2 4 2 4 4 38

Sumber: Data primer yang diolah (2010)


(3)

Tabel Variabel Motivasi Wajib Pajak

Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Total

1 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 47

2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

3 4 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 48

4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 5 45

5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 51

6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

7 4 5 4 3 3 4 4 5 4 5 5 46

8 5 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 49

9 4 5 4 4 4 4 3 5 5 4 4 46

10 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 43

11 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 46

12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

13 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 47

14 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 46

15 4 5 4 4 5 4 4 5 4 5 5 49

16 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 53

17 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 43

18 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 45

19 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 47

20 4 4 3 2 3 5 3 3 4 3 4 38

21 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

22 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 43

23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

24 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 42

25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

26 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

27 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

28 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55

29 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55

30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

31 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 41

32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

33 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

Lanjut ke halaman berikutnya


(4)

Tabel Lanjutan Variabel Motivasi Wajib Pajak

Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Total

34 4 4 2 3 4 4 4 4 4 5 5 43

35 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55

36 4 5 4 4 4 3 3 5 4 4 5 45

37 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 45

38 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 52

39 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 45

40 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 52

41 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

42 4 5 3 4 5 5 5 5 5 5 4 50

43 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

44 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4 51

45 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

46 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 42

47 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

48 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

49 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

50 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 41

51 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

52 5 5 3 4 4 4 5 5 5 3 4 47

53 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 48

54 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

55 4 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 51

56 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

57 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 37

58 3 3 3 4 4 4 4 4 5 5 5 44

59 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 52

60 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

61 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 42

62 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

63 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 42

64 4 3 3 3 4 4 4 5 4 3 4 41

65 4 4 3 4 4 4 4 5 4 3 4 43

66 4 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 51

Lanjut ke halaman berikutnya


(5)

Tabel Lanjutan Variabel Motivasi Wajib Pajak

Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Total

67 3 4 2 3 3 4 2 4 4 4 4 37

68 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 38

69 5 5 4 5 3 3 4 4 4 4 4 45

70 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 42

71 4 3 2 4 3 4 3 3 4 4 4 38

72 4 4 3 4 3 4 4 4 5 5 4 44

73 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 38

74 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 39

75 4 4 2 2 2 2 2 3 4 4 5 34

76 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 54

77 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 45

78 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 43

79 4 4 2 5 5 4 4 4 4 4 4 44

80 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 50

81 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 5 42

82 5 5 5 4 4 4 5 1 5 2 5 45

83 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

84 4 4 3 3 4 2 3 4 3 4 4 38

85 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 51

86 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

87 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 45

88 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 53

89 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 36

90 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 34

91 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 47

92 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

93 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55

94 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

95 4 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 51

96 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 41

97 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 41

98 4 3 4 4 4 3 3 4 4 5 4 42

99 4 4 3 4 4 5 4 3 4 4 4 43

Lanjut ke halaman berikutnya


(6)

107 Tabel Lanjutan Variabel Motivasi Wajib Pajak

Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Total

100 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 43


Dokumen yang terkait

Pengaruh reformasi administrasi perpajakan, pengetahuan dasar wajib pajak tentang perpajakan, dan kesadran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak : studi empiris Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Jakarta Selatan

3 25 146

Pengaruh Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak dan Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Perpajakan (Pada Kantor Pelayanan Pajak di Kanwil DJP Jabar I)

0 11 30

Analisis Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakannya (survey Pada KPP Pratama Soreang)

0 4 1

Pengaruh efektivitas sanksi pajak dan pelaksanaan sistem modernisasi administrasi perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak :(survey pada Kantor Pelayanan Pajak di Kanwil Jabar I)

0 23 52

Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban Perpajakan

1 15 80

Pengaruh Kecerdasan Spiritual, Kinerja Pelayanan Pajak Dan Ketegasan Sanksi Perpajakan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kawajiban Perpajakan

0 3 71

Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

0 1 20

Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas.

0 0 22

PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, MODERNISASI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURABAYA KARANG PILANG

0 3 14

PENGARUH MODERNISASI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN, SOSIALISASI PERPAJAKAN, KESADARAN PERPAJAKAN, SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Memiliki Usaha Yang Terdaftar Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pu

1 18 15