BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dalam melakukan fungsinya, pemerintah memiliki tanggung jawab untuk dapat mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya dan menjadikan
bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa yang mandiri. Kesejahteraan bangsa dapat diperoleh melalui pembangunan nasional. Namun, terkait dengan cita-
cita untuk dapat mencapai suatu bangsa yang mandiri maka perlu diperhatikan sumber dana yang tepat untuk digunakan dalam membiayai pembangunan
yaitu melalui pajak. Begitu besarnya peran penerimaan pajak yakni sebesar 78,2 terhadap
penerimaan Negara sehingga penerimaan pajak dapat mempengaruhi jalannya roda pemerintahan Keuangan, 2010. Dana dari penerimaan pajak sebagai
sumber utama Anggaran Pendapatan Belanja Negara APBN digunakan untuk mendanai berbagai sendi kehidupan bangsa, mulai dari sektor pertanian,
pertambangan, industri, perbankan, kesehatan, pendidikan, hingga subsidi Bahan Bakar dan Minyak BBM. Dengan demikian, betapa pentingnya sektor
pajak dalam memenuhi kebutuhan pembangunan suatu bangsa dan dalam menjamin bergulirnya pemerintahan. Oleh karena itulah, sektor pajak harus
benar-benar dikelola dengan manajemen yang baik yaitu pengelolaan yang berbasis ketransparanan, kejujuran, akuntabilitas dan juga dilengkapi dengan
etos kerja yang tinggi dari pihak fiskus.
1
Oleh karena pajak merupakan sumber pendapatan yang penting bagi Negara, maka pemerintah berusaha meningkatkan pendapatan di sektor pajak
melalui peningkatan pelayanan perpajakan sehingga persoalan ketidakpatuhan Wajib Pajak dapat diatasi. Keengganan Wajib pajak untuk melaksanakan
kewajiban perpajakannya kini masih fenomena umum yang menuntut institusi perpajakan. Hal inilah yang menjadi tugas penting para fiskus dalam
menyusun strategi agar Wajib Pajak sadar melaksanakan kewajiban perpajakan tanpa adanya paksaan lagi dari fiskus.
Perilaku yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam diri manusia atau faktor O dan faktor yang ada di
luar diri manusia atau faktor L Atep, 2004. Salah satu faktor internal yaitu faktor yang timbul dari diri manusia yaitu nilai religius yang diperlukan untuk
suatu metode pembangunan kecerdasan spiritual atau Spiritual QuotationSQ Atep, 2004. SQ yaitu kecerdasan untuk menghadapimemecahkan persoalan
makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai
bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dengan yang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk mengfungsikan IQ dan EQ secara
efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi manusia Zohar, 2007. Kecerdasan spiritual juga terkait dengan atribut-atribut individual, termasuk
nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, akuntabilitas, komitmen, konsistensi, keteladanan moral, dan etika lainnya.
2
Masalah kewajiban membayar pajak merupakan masalah yang terkait kuat dengan kesadaran seseorang dalam menjalankan tugas. Membayar pajak
merupakan tugas yang harus dilaksanakan oleh Wajib Pajak yang sudah memenuhi syarat-syarat tertentu. Tugas tersebut menjadi tanggung jawab yang
harus dilaksanakan oleh Wajib Pajak karena sudah mengikat secara hukum dan moral.
Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2000, Indonesia menerapkan sistem self assessment yaitu sistem yang mewajibkan dan memberi wewenang
kepada Wajib Pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang. Sistem ini tentunya menginginkan Wajib Pajak
mengerti akan semua kewajiban perpajakannya, memiliki kesadaran yang tinggi, dan kejujuran dalam menghitung kewajiban perpajakannya. Hal ini
sangat dilematis dengan kondisi masyarakat Indonesia yang masih banyak belum mengerti akan hak dan kewajibannya dalam bidang perpajakan dan
masih banyak Wajib Pajak yang belum jujur dalam menghitung kewajibannya. Disinilah pentingnya letak kesadaran spiritual dalam mendorong kepatuhan
Wajib Pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya. Di sisi lain, faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang timbul dari luar diri
Wajib Pajak dan juga berperan dalam menentukan motivasi Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. Adapun dasar-dasar pelayanan prima
yakni secara garis besar instansi-instansi pemerintah biasanya dikembangkan untuk dua hal. Pertama untuk melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan, pengadministrasian, dan pengawasan yang berkaitan dengan 3
kewajiban-kewajiban kenegaraan; dan kedua untuk memberikan pelayanan umum. Pelanggan memilih untuk meminta pelayanan dari instansi-instansi
pemerintah, antara lain karena motif-motif yang berkaitan dengan keharusan melaksanakan kewajiban kepada Negara hanya melalui instansi pemerintah
tertentu saja Atep, 2004. Disinilah letak pentingnya faktor pelayanan perpajakan yang layak
diperhitungkan sebagai upaya meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Dalam sistem self assessment, fungsi
pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak DJP memfasilitasi agar sistem self assessment berjalan dengan baik. Konkritnya, DJP memainkan
perannya dengan memberikan penyuluhan perpajakan tax dissessmination, pelayanan perpajakan tax service, dan pengawasan perpajakan law
enforcement. Direktorat Jenderal Pajak DJP pada tahun 2002 melakukan reformasi
pada sistem administrasi perpajakan yang disebut dengan modernisasi. Reformasi administrasi perpajakan atau modernisasi tersebut bertujuan untuk
mencapai: tingkat kepatuhan sukarela Wajib Pajak yang tinggi, tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi dan produktivitas
aparatur perpajakan yang tinggi. Modernisasi perpajakan dilakukan dengan mengutamakan pemberian pelayanan prima kepada Wajib Pajak yang
diimbangi dengan pengawasan intensif sekaligus menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik good governance di seluruh unit kerja di lingkungan
DJP. Hal ini didukung oleh struktur organisasi yang berbasis fungsi, sumber 4
daya yang professional dan kompeten serta pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang mudah, cepat dan akurat Pandiangan, 2008.
Permasalahan mengenai masih rendahnya tingkat motivasi Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya bukan hanya terjadi di Kantor
Pelayanan Pajak KPP tertentu saja, tetapi sudah menjadi fakta umum. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji secara ilmiah mengenai pengaruh
kecerdasan spiritual, kinerja pelayanan pajak dan modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya. Pemerintah menginginkan agar Wajib Pajak selalu memenuhi kewajiban
pajaknya sesuai dengan beban yang harus dibayar. Namun dalam pelaksanaannya tidak sedikit dari pada mereka yang belum atau tidak
memenuhi kewajiban pajaknya. Hal tersebut bisa dikatakan bahwa kesadaran dari para Wajib Pajak masih terbilang rendah dan bahkan ada kecenderungan
menghindar dari kewajiban membayar pajak tax evansion. Kondisi seperti ini mengindikasikan bahwa pungutan pajak belum berjalan secara efektif.
Kesadaran Wajib Pajak dalam membayar atau memenuhi kewajiban perpajakannya yang mengarah kepada motivasi perilaku membayar pajak dari
mereka, tidak terlepas dari kinerja pelayanan perpajakan yang optimal, dan modenisasi sistem administrasi perpajakan Sartika dan Pila Sopia, 2008.
Meskipun pemerintah telah meningkatkan pelayanan perpajakan terhadap Wajib Pajak yang dimaksud agar dapat meningkatkan motivasi Wajib Pajak
namun pada kenyataannya hal ini masih dirasakan kurang maksimal Sartika, 5
2008. Seperti halnya di dalam dunia usaha, yang mana pelanggannya adalah para konsumen, maka di dalam organisasi Direktorat Jenderal Pajak, para
Wajib Pajak merupakan pelanggan yang harus dijaga hubungannya dengan baik. Jika masyarakat Wajib Pajak merasa puas akan pelayanan fiskus,
diharapkan para Wajib Pajak akan memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan penerimaan pajak.
Birokrasi yang menyulitkan dalam membayar pajak merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh Wajib Pajak sehingga mereka merasa sungkan
untuk membayar pajak dikarenakan harus melewati prosedur-prosedur yang dirasa sangat menyuitkan. Oleh karena itu, modernisasi sistem administrasi
perpajakan yang efisien sangat diharapkan agar dapat meningkatkan motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Keunikan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahmawati 2008 tidak memasukan variabel kecerdasan spiritual,
kinerja pelayanan perpajakan, dan motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, pada penelitian yang dilakukan oleh Sartika 2008
tidak meneliti atau memasukan variabel modernisasi sistem administrasi perpajakan dalam judul penelitiannya, sedangkan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Pila Sopia 2008 tidak memasukanmenyertakan variabel kecerdasan spiritual, kinerja pelayanan perpajakan, dan motivasi Wajib Pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dalam judul penelitiannya, dan Suhartono 2006 tidak meneliti atau memasukan variabel modernisasi sistem
administrasi perpajakan dan motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi 6
kewajiban perpajakannya. Topik penelitian ini penting untuk diteliti karena peneliti ingin menguji pengaruh kecerdasan spiritual, kinerja pelayanan
perpajakan, dan modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Untuk itu penulis
tertarik untuk menelitinya dengan judul “Analisis Pengaruh Kecerdasan Spiritual, Kinerja Pelayanan Perpajakan, Dan Modernisasi Sistem
Administrasi Perpajakan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan Studi di Kantor Pelayanan Pajak
Kanwil Jakarta Selatan”. B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka
penulis membuat perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap motivasi Wajib Pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya?
2. Apakah kinerja pelayanan perpajakan berpengaruh terhadap motivasi
Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya?
3. Apakah modernisasi sistem administrasi perpajakan berpengaruh terhadap
motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya?
4. Apakah secara bersama-sama simultan kecerdasan spiritual, kinerja
pelayanan perpajakan dan modernisasi sistem administrasi perpajakan
7
berpengaruh terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian