Hasil Uji Hipotesis 4: Pengaruh kecerdasan spiritual, kinerja pelayanan perpajakan, dan modernisasi sistem administrasi
perpajakan terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban Perpajakannya.
Tabel 4.16 menunjukkan nilai F sebesar 21.304 dengan tingkat signifikansi 0.000. karena tingkat signifikansi di bawah 0.05, berarti
kecerdasan spiritual, kinerja pelayanan perpajakan, dan modernisasi sistem administrasi perpajakan secara bersama-sama berpengaruh
motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Dengan demikian hipotesis pengaruh kecerdasan spiritual, kinerja
pelayanan perpajakan, dan modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya secara simultan diterima.
4. Pembahasan
a. Pengaruh kecerdasan spiritual terhadap motivasi Wajib Pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya Tabel 4.15 menunjukkan bahwa variabel kecerdasan spiritual
mempunyai nilai signifikansi 0.000. Angka sebesar 0.000 tersebut lebih kecil dari 0.05. sehingga hal ini menjelaskan bahwa kecerdasan
spiritual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Dengan demikian
hipotesis alternatif kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan diterima. Hal ini
74
konsisten dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Suhartono 2006 dan Sartika 2008 yang menjelaskan terdapat
hubungan positif antara kecerdasan spiritual dengan motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
Hasil penelitian ini mendukung teori yang menjelaskan bahwa orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi akan memiliki
kesadaran tinggi self awareness yang tinggi dan bersedia mengendalikan dirinya termasuk mengendalikan emosi untuk
melakukan penyimpangan. Pengendalian diri dari emosi dan kemampuan mengendalikan dorongan-dorongan untuk melakukan
penyimpangan akan selaras dengan konsep Good Corporate Governance dan penegakkan etika yang sedang digalakkan
Darmoyuwono, 2008. Hal ini membuktikan bahwa kecerdasan spiritual merupakan dasar
kecerdasan yang harus ada dalam diri seseorang untuk mengendalikan emosi seseorang, mempengaruhi kesadaran seseorang untuk
menunaikan apa yang menjadi tugas, tanggung jawab, dan kewajibannya. Meskipun, tampaknya berat, namun dengan
dilaksanakan maka hal itu menjadi ringan, dan tidak menjadi beban yang semakin berat. Untuk itu dalam kehidupan kita, cobalah kita buat
daftar mengenai kepada siapa saja kita memiliki kewajiban. Misalnya kita memiliki tanggung jawab kepada Tuhan, kepada diri sendiri,
kepada keluarga, kepada pekerjaan, kepada masyarakat, kepada bangsa 75
dan Negara, dan lain-lain. Kita lihat betapa banyaknya kewajiban kita. Apakah masing-masing kewajiban itu telah terlaksana sebagaimana
mestinya? Hal ini membuktikan bahwa kecerdasan spiritual berperan besar di dalam diri seseorang dalam memotivasi seseorang untuk
memenuhi kewajibannya termasuk memotivasi seseorang dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak.
b. Pengaruh kinerja pelayanan perpajakan terhadap motivasi Wajib Pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya Tabel 4.15 menunjukkan bahwa variabel kinerja pelayanan
perpajakan mempunyai nilai signifikansi 0.000. Angka sebesar 0.000 tersebut lebih kecil dari 0.05. sehingga hal ini menjelaskan bahwa
kinerja pelayanan perpajakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakan. Dengan demikian hipotesis alternatif kinerja pelayanan perpajakan berpengaruh terhadap motivasi Wajib Pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakan diterima. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Suhartono 2006 dan
Sartika 2008 yang menjelaskan terdapat hubungan positif antara kinerja pelayanan perpajakan dengan motivasi Wajib Pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakan. Adanya hubungan antara kinerja pelayanan perpajakan dengan
motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dapat dipahami. Pelayanan merupakan produk yang diberikan oleh
76
pemerintah, sehingga baik buruknya pelayanan yang diberikan akan berpengaruh terhadap perilaku orang yang dilayani, khususnya Wajib
Pajak. Kinerja pelayanan perpajakan yang dipersepsi tidak memuaskan oleh Wajib Pajak tentu akan membuat kecewa Wajib Pajak sehingga
enggan berurusan dengan kantor pajak. Bagaimanapun alasan ini tidak boleh dipandang sebelah mata,
dengan alasan Wajib Pajak akan tetap butuh, karena hanya institusilah yang mampu memberikan pelayanan dan tidak ada alternatif lain.
Dapat dimengerti apabila Wajib Pajak enggan berhubungan dengan Kantor Pelayanan Pajak KPP, karena melihat pengisian formulir
Surat Pemberitahuan SPT yang begitu rumit dan mungkin hanya bisa diisi dengan benar oleh orang yang pernah kursus perpajakan atau
petugasnya sendiri. Belum lagi peraturan yang sering berubah tanpa ada sosialisasi memadai dari petugas KPP, sehingga membuat Wajib
Pajak tidak tahu. Persoalan seperti itulah yang harusnya segera dibenahi. Bagaimana membuat formulir yang sederhana dan membuat
peraturan perpajakan yang benar-benar matang sehingga tidak cepat berubah. Berbagai kemudahan pelayanan yang diberikan tentu akan
mendorong Wajib Pajak untuk taat menjalankan kewajibannya. c.
Pengaruh modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa variabel modernisasi sistem administrasi perpajakan mempunyai nilai signifikansi 0.053. Angka
77
sebesar 0.053 tersebut lebih kecil dari 0.05. sehingga hal ini menjelaskan bahwa modernisasi sistem administrasi perpajakan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Dengan demikian hipotesis
alternatif modernisasi sistem administrasi perpajakan berpengaruh terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan
diterima. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Eka Putri Rahmawati 2008 dan Iklima Pila Sopia
2008 yang menjelaskan terdapat hubungan positif antara modernisasi sistem administrasi perpajakan dengan motivasi Wajib Pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakan. Modernisasi sistem administrasi perpajakan merupakan salah satu
langkah yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak DJP dalam usaha meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak
agar hal tersebut dianggap merupakan kewajiban sebagai warga negara yang baik dan bukanlah merupakan beban, meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap administrasi perpajakan bahwa setiap besarnya uang yang mereka setorkan kepada Negara akan dikelola dengan baik
untuk kesejahteraan mereka juga, dan meningkatkan produktivitas para petugas pajaknya sendiri agar mereka senantiasa bekerja dengan
dedikasi yang tinggi sehingga tidak akan melakukan hal-hal yang akan merugikan bangsa dan Negara.
78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
79