i. Surat perintah dan berita acara membawa kapal atau ad hoc ke pelabuhanpangkalan.
j. Berita acara penerimaan kapal, ABK dan dokumen kapal. k. Berita acara penyerahan berkas perkara berikut barang bukti.
B. Penanganan Tindak Pidana di Laut oleh Penyidik Pangkalan
77
1. Penyelidikan oleh Pangkalan.
Penyelidikan bukanlah fungsi tersendiri yang terpisahkan dari penyidikan, tetapi hanya merupakan salah satu cara atau metode dari fungsi penyidikan yang
mendahului tindakan lain yaitu penindakan yang berupa penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat, pemanggilan, tindakan pemeriksaan,
penyelesaian dan penyerahan berkas perkara kepada Jaksa Penuntut Umum
78
. Pangkalan dapat melakukan penyelidikan lebih lanjut apabila bukti yang
diserahkan oleh Komandan KRI dirasa masih belum cukup. Penyelidikan yang dilakukan Pangkalan diantaranya :
a. Mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana;
b. Menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan; c. Mencari serta mengumpulkan barang bukti;
d. Membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi; e. Menemukan tersangka pelaku tindak pidana.
77
Dinas Pembinaan Hukum TNI Angkatan Laut, “Prosedur Tetap Penanganan Tindak Pidana di Laut oleh TNI AL”, 2003, hlm 47.
78
Mahmud Mulyadi, Kepolisian Dalam Sistem Peradilan Pidana, Medan : Penerbit USU Pres, 2009, hlm 10.
Adapun proses penyelidikan berakhir apabila: 1 Terdapat bukti-bukti yang kuat untuk diteruskan ke proses penyidikan
kapal harus disita. 2
Tidak terdapat bukti-bukti yang kuat untuk diteruskan ke proses penyidikan kapal harus dilepaskan.
Rangkaian tindakan penerusan ke proses penyidikan maupun pelepasan
harus dilaporkan ke Komando atas. 2. Proses rangkaian penyidikan.
Menurut ketentuan Pasal 1 ayat 2 KUHAP, penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang
untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti tersebut membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
Dalam hal penyidikan telah dimulai, maka penyidik segera memberitahukan hal itu kepada pihak kejaksaan dibuatkan SPDP. Untuk keperluan penyidikan,
penyidik melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Penggeledahan kapal.
Penggeledahan kapal adalah tindakan penyidik untuk memasuki kapal dan tempat tertutup lainnya untuk melakukan tindakan pemeriksaan kapal beserta
perlengkapannya termasuk benda lainnya yang diduga ada kaitannya dengan tindak pidana. Penggeledahan badan adalah tindakan penyidikan untuk
mengadakan pemeriksaan pada bagian anggota badan dan atau pakaian tersangka untuk disita. Pelaksanaan penggeledahan kapal dilakukan dengan memperhatikan:
1 Penggeledahan dilakukan oleh penyidik atau atas perintah penyidik. 2 Penggeledahan harus dilengkapi dengan Sprin Penggeledahan dan
pelaksanaannya dibuat Berita Acara Penggeledahan yang ditandatangani oleh petugas dan dua orang saksi. Salinan Berita Acara diberikan kepada nakhoda
kapal atau yang bertanggungjawab. 3 Izin penggeledahan diminta kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat. Dalam
hal sangat perlu dan mendesak penyidik dapat menggeledah terlebih dahulu untuk kemudian dimintakan persetujuan kepada Ketua Pengadilan Negeri
setempat. 4 Penggeledahan dilakukan dengan disaksikan oleh Nakhoda dan ABK, pastikan
tidak terjadi kerusakan atau hilangnya benda yang tidak ada hubungannya dengan tindak pidana.
5 Penggeledahan harus tertib dan cermat, kemudian Nakhoda membuat pernyataan bahwa penggeledahan tersebut tidak menimbulkan kerusakan dan
kerugian. 6 Dokumen yang harus dibuat:
a Surat Perintah Penggeledahan. b Berita Acara Penggeledahan.
b. Pemeriksaan Saksi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan saksi : 1 Pemeriksaan saksi dilakukan oleh penyidik atau pembantu penyidik yang
dituangkan di dalam Berita Acara Pemeriksaan.
2 Pemeriksaan terhadap saksi paling sedikit dua orang adalah untuk memperoleh keterangan tentang sejauh mana pengetahuannya terhadap
perbuatan tersangka pada waktu atau sebelum melakukan tindak pidana dan bagaimana peranan tersangka dalam tindak pidana tersebut.
3 Berita Acara Pemeriksaan harus memuat secara jelas tentang identitas saksi seperti nama, umur, agama, jenis kelamin, alamattempat tinggal,
kebangsaanpekerjaan tersangka dan hubungan darah dengan tersangka saksi tidak boleh ada hubungan darah langsung seperti suamiistri, anak
dan orang tua. 4 Dalam hal pemeriksaan saksi yang tidak mengerti bahasa Indonesia
maka pihak pemeriksa dapat dibantu oleh juru bahasa. 5 Berita Acara Pemeriksaan harus dibacakan ulang kepada saksi dan
apabila keterangannya sudah didengarkan, dimengerti dan disetujui maka Berita Acara ditandatangani oleh saksi, penyidik dan juru bahasa
apabila menggunakan juru bahasa. 6 Dokumen yang harus dibuat:
a Berita Acara Pemeriksaan saksi. b Berita Acara Pengambilan SumpahJanji Saksi.
c. Pemeriksaan Tersangka
Hal-hal yang harus dipedomani dalam melakukan pemeriksaan tersangka : 1 Pemeriksaan dilakukan oleh penyidik atau pembantu penyidik dan
dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Tersangka.
2 Sebelum melakukan pemeriksaan, penyidik wajib menyampaikan hak tersangka untuk mendapatkan bantuan hukum. Bantuan hukum wajib
diberikan kepada tersangka dalam hal tindak pidana yang dilakukan diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau
lebih atau bagi mereka dengan pidana tiga tahun atau lebih. 3 Dalam hal tertentu tersangka tidak mengerti bahasa Indonesia maka
penyidik dapat dibantu oleh juru bahasa yang harus disumpah terlebih dahulu bilamana diperlukan.
4 Kepada tersangka harus diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti tentang apa yang dipersangkakan terhadapnya.
5 Pada saat dilaksanakan pemeriksaan tersangka harus berada dalam kondisi yang sehat dan tidak dilakukan penekanan atau paksaan yang
berlebihan. 6 Di dalam Berita Acara Pemeriksaan harus jelas memuat identitas
tersangka. 7 Pertanyaan - pertanyaan yang diajukan adalah dimaksudkan untuk
memperoleh keterangan benar atau tidaknya ia melakukan tindak pidana sebagaimana disimpulkan dari laporan kejadian, keterangan saksi-saksi
dan alat-alat bukti. 8 Berita Acara harus dibacakan ulang kepada tersangka yang diperiksa dan
apabila keterangannya sudah benar, maka tersangka menandatangani Berita Acara tersebut disusul penyidik dan juru bahasa bila ada.
9 Dokumen yang harus dibuat: a Berita Acara Pemeriksaan Tersangka.
b Berita Acara Penyumpahan Juru Bahasa bila ada.
d. Penyitaan Pengertian penyitaan diatur dalam Pasal 1 butir ke-16 yaitu:
“Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak,
berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan”.
1 Penyitaan hanya dapat dilakukan oleh penyidik. 2 Izin penyitaan dimintakan kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat.
Dalam hal keadaan yang sangat perlu dan mendesak penyidik dapat menyita terlebih dahulu untuk kemudian dimintakan persetujuan kepada
Ketua Pengadilan Negeri setempat. 3
Benda yang dapat dikenakan penyitaan adalah: a Benda milik tersangka yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh
dari tindak pidana atau sebagian hasil dari tindak pidana misalnya: ikan, barang-barang elektronik dan lain-lain.
b Benda yang dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidanauntuk mempersiapkannya misalnya: kapal, jaring dan lain-lain.
c Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana.
d Benda yang khusus dibuat atau diperuntukan melakukan tindak pidana misalnya: jaring, bahan peledak dan lain-lain.
e Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan misalnya: potasium, racun, dan lain-lain.
4 Hal-hal yang harus diperhatikan:
a Dalam hal orangnakhoda dari siapa benda tersebut disita menolak untuk menandatangani Berita Acara Penyitaan supaya dicatat dalam
Berita Acara Penyitaan dengan menyebutkan alasan penolakan tersebut.
b Barang buktibenda sitaan harus disimpan: 1 Di tempat penyimpanan yang telah ditentukan apabila tidak dapat
disimpan di Rupbasan. 2 Di rumah penyimpanan benda sitaan negara Rupbasan.
3 Di tempat penitipan barang pada bank pemerintah. c Barang buktibenda sitaan sebelum dibungkus, dicatat berat dan atau
jumlah diikat menurut jenisnya, masing-masing, ciri-ciri maupun sifat lahir, tempat hari dan tanggal penyitaan serta identitas orang dari mana
benda itu disita kemudian diberi lak dan cap jabatan serta ditandatangani penyidik.
d Barang bukti yang tidak mungkin dibungkus, diberi label yang menurut catatan seperti tersebut di atas, kemudian ditempatkan pada bagian
benda sitaan yang mudah terlihat. e Dalam hal barangbenda sitaan disimpan dalam kemasanpeti dan
jumlahnya banyak dimana benda sitaan akan disimpan ditempat semula, maka kemasanpeti-peti itu dihubungkan satu sama lain
mempergunakan tali yang kuat kemudian di lak dan di capstempel. f Barang bukti berupa kapal agar dilumpuhkan sementara.
g Barang buktibenda sitaan yang dapat dilelang. 1 Dalam hal barang bukti akan dilelang, karena keadaan atau sifatnya
sedemikian rupa mudah rusak dan lain sebagainya, maka sebagian kecil sedapat mungkin disisihkan dan di foto untuk keperluan
pembuktian dipersidangan pengadilan Pasal 45 KUHAP. 2 Pelaksanaan lelang barangbenda sitaan harus seijin Pengadilan
Negeri setempat dan sedapat mungkin mendapat persetujuan tersangka. Pelaksanaan lelang dilakukan oleh Pejabat Kantor
Lelang. 3 Uang hasil lelang yang akan dipergunakan sebagai barang bukti
harus termuat dalam Berita Acara Penerimaan Uang Hasil lelang. 5 Dokumen yang harus dibuat:
a Surat Perintah Penyitaan. b Berita Acara Penyitaan.
c Breita Acara Penyegelan Barang Bukti.
d Berita acara PenimbanganPenyisihan barang bukti. e Berita Acara penggeledahan Barang Bukti kalau dilelangkan.
e. Penahanan.
Penahanan merupakan salah satu bentuk perampasan kemerdekaan bergerak seseorang. Jadi penahanan adalah suatu kewenangan penyidik yang sangat
bertentangan dengan hak asasi manusia. Penahanan merupakan bentuk upaya untuk mengungkapkan suatu tindak pidana dan dalam hal ini penyidik haruslah
berhati-hati untuk menahan seseorang. Kekeliruan dalam penahanan dapat mengakibatkan hal-hal fatal bagi penahanan
79
. Menurut pasal 1 ayat 21 KUHAP dinyatakan bahwa Penahanan adalah
penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta cara yang
diatur dalam undang-undang ini. 1 Penahanan dilakukan oleh penyidik dengan mengeluarkan Surat Perintah
penahanan dan tembusan diberikan kepada keluarga dan atau perwakilan negara tersangka.
2 Penahanan terhadap tersangka hanya dapat dilakukan berdasarkan bukti yang cukup bahwa telah dilakukan atau mencoba melakukan tindak
pidana. 3
Penahanan dilakukan terhadap tersangka karena:
79
Ibid, hlm 10.
a Timbul kekhawatiran bahwa tersangka akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti atau mengulangi melakukan tindak
pidana. b Tersangka melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman
lima tahun ke atas atau melakukan tindak pidana lain yang ditentukan dalam Pasal 13 huruf c Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983.
4 Surat perintah penahanan harus memuat jenis penahanan, jangka waktu penahanan, tempatnya penahanan dan tembusannya dikirimkan kepada
keluarganya atau perwakilan negaranya. Lama penahanan demi kepentingan penyidikan maksimum 20 hari dan dapat diperpanjang atas
izin Penuntut Umum selama maksimum 10 hari. 5 Dokumen yang harus dibuat:
a Surat Perintah Penahanan. b Berita Acara Penahanan.
c Surat izin Perpanjangan Penahanan bila diperlukan.
d Berita Acara Pendapat. f. Berita Acara Pendapat.
Penyidik setelah membaca dan mempelajari semua hasil pemeriksaan saksi-saksi dan para tersangka serta memperhatikan bukti-bukti yang ada, maka
penyidik membuat suatu kesimpulan pendapat tentang antara lain: a Telah terjadi tindak pidana secara tunggal, gabungan tindak pidana atau
percobaan melakukan kejahatan.
b Dilakukan oleh seorang tersangka atau oleh beberapa orang tersangka secara bersama-sama, atau sebagian sebagai pelaku, sebagian sebagai pembantu.
c Kapan pada jam ... setidak-tidaknya pada hari .... dalam bulan ..... tahun .... kejadian itu dan dimana.
Penyidik menguraikan unsur tindak pidana yang disangkakan kemudian mengkaitkan dengan rangkaian perbuatan tersangka diakui atau disangkal dan
diperkuat oleh alat bukti lain. Apabila penyidik berpendapat bahwa tersangka telah melakukan alternatif
tindak pidana, maka dalam pendapatnya pada sangkaan primair diuraikan dahulu yang paling berat ancamannya kemudian sangkaan subsidairnya.
g. Proses penghentian penyidikan oleh penyidik TNI AL
80
Penghentian penyidikan dapat dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut: a Penghentian penyidikan dilakukan karena tidak cukup bukti atas
peristiwa tersebut, bukan merupakan suatu tindak pidana atau dihentikan demi hukum.
b Penghentian penyidikan dilaksanakan dengan cara mengajukan permohonan tentang penghentian penyidikan kepada komando atas secara
berjenjang kepada Kasal U.p. Asops Kasal untuk mendapat persetujuan. c Penghentian penyidikan harus diberitahukan kepada penuntut umum,
tersangka dan keluarganya.
80
Staf Operasi Lantamal I, “Prosedur Tetap Penanganan Tindak Pidana di Laut oleh Penyidik”, 2005, hlm 18.
d Penghentian penyidikan ini juga harus diikuti dengan pengembalian barang bukti dan membuat Berita Acara Penyerahan Barang Bukti serta
memberikan tembusannya kepada Ketua Pengadilan Negeri. e Penghentian penyidikan harus dibuat Berita Acara Penghentian Penyidikan.
Dokumen yang harus dibuat: a Surat atau telegram kepada komando atas tentang permohonan penghentian
penyidikan. b Surat pemberitahuan tentang penghentian penyidikan kepada Kejaksaan
Negeri setelah ada persetujuan dari Komando atas. c Berita acara pengembalian barang bukti kepada tersangka dengan tembusan
Pengadilan Negeri.
h. Penyerahan Berita Acara Pemeriksaan tersangka dan barang bukti kepada Jaksa Penuntut Umum
Semua kegiatan penyidik pangkalan dilakukan dalam bentuk Surat Perintah dan Berita Acara Pemeriksaan yang memuat tindakanrangkaian penyidikan
diberkas menjadi satu dan dibuat dalam beberapa rangkap untuk berbagai kepentingan.
Adapun berkas perkara yang buat oleh penyidik pangkalan adalah sebagai berikut:
1 Daftar isi berkas perkara pidana atas nama tersangka. 2 Berita acara pendapat resume.
3 Surat perintah penyidikan.
4 Surat pemberitahuan kepada kejaksaan negeri tentang dimulainya penyidikan SPDP.
5 Surat perintah dan berita acara penahanan. 6 Surat pemberitahuan kepada pengadilan negeri tentang telah dilakukan
penggeledahan. 7 Surat perintah dan berita acara penggeledahan.
8 Daftar adanya barang bukti yang digeledah. 9 Surat pemberitahuan kepada pengadilan negeri tentang telah dilakukan
penyitaan barang bukti. 10 Surat perintah dan berita acara penyitaan.
11 Daftar adanya barang bukti yang disita. 12 Berita acara pemeriksaan saksi.
13 Daftar adanya saksi. 14 Berita acara pengambilan sumpahjanji para saksi.
15 Berita acara pemeriksaan tersangka. 16 Daftar adanya tersangka.
17 Berita acara pengambilan sumpahjanji para tersangka. 18 Berita acara penyumpahan juru bahasaahli.
19 Daftar adanya barang bukti. 20 Surat perintah perpanjangan penahanan kepada Kejari.
21 Berita acara pelaksanaan perpanjangan penahanan. 22 Surat perintah dan berita acara mengeluarkan tahanan.
23 Surat permohonan penitipan tahanan non justisial kepada imigrasi. 24 Berita acara penitipan.
25 Surat permohonan ijin lelang barang bukti kepada ketua pengadilan negeri.
26 Surat permohonan bantuan melelang barang bukti kepada kantor lelang negara.
27 Surat perintah pelelangan barang bukti. 28 Surat pernyataan persetujuan lelang.
29 Berita acara penerimaan hasil lelang. 30 Berita acara penyisihan barang bukti.
31 Berita acara penimbangan barang bukti. 32 Surat perintah dan berita acara pemusnahan barang bukti.
33 Surat pernyataan persetujuan pemusnahan barang bukti. 34 Berita acara serah terima BAP, tersangka dan barang bukti kepada
JakasaPenuntut Umum. 35 Foto-fotodokumen kalau ada.
Sampul berkas perkara memuat antara lain: Kop satuan, nomor berkas perkara, maksud perkara dan perkara atas nama tersangka. Begitu juga dengan daftar
isi berkas perkara pidana terdiri dari semua berkas dan tindakan yang dilakukan oleh penyidik KRI maupun penyidik pangkalan. Kemudian Penyidik menyerahkan berkas
perkara kepada Kejaksaan Negeri secepat mungkin dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a Menyerahkan berkas perkara sesuai Pasal 57 kepada Jaksa Penuntut Umum untuk dilaksanakan pemeriksaan mengenai administrasi berkas dan materi
pemeriksaan. b Surat penyerahan berkas perkara kepada Kejaksaan Negeri.
Pihak Kejaksaan Negeri segera mempelajari berkas tersebut untuk kemudian memeriksa kelengkapannya. Apabila tidak lengkap, maka berkas perkara
dikembalikan kepada penyidik dengan lampiran P.18 surat pengembalian berkas perkara yang tidak lengkap disertai dengan catatan dari Penuntut
Umum. Dalam hal pihak Kejaksaan Negeri memandang perlu danya perbaikan berkas
perkara tersebut, maka berkas perkara dikembalikan kepada penyidik dengan memberikan arahan yang dilampiri P.19 petunjukarahan dari Jaksa untuk
melengkapi berkas perkara. Apabila penyidik terlalu lama menyelesaikan perbaikan berkas perkara
tersebut, maka pihak kejaksaan negeri akan memberikan peringatan dengan memberikan P.20 surat peringatan tentang lambatnya perbaikan berkas perkara atau
tidak sama sekali menyerahkan kembali perbaikan berkas perkara. Dengan lengkapnya berkas perkara, pihak kejaksaan negeri akan
mengeluarkan P.21 surat pemberitahuan penerimaan berkas perkara dan dinyatakan lengkap, sekaligus disusul dengan tindakan penyidikan untuk menyerahkan
tersangka dan barang buktinya kepada penuntut umum dilengkapi dengan Berita Acara serah terima.
Dalam hal berkas perkara diterima oleh penuntut umum maka: a Jadwal persidangan ditentukan oleh pengadilan negeri.
b Selama itu penyidik tetap berkoordinasi dan memonitor prosesnya. Dalam hal berkas ditolak oleh Penuntut Umum dan apabila penyidik tidak
dapat melengkapi tidak cukup bukti, bukan kasus pidana, maka: a Mengusulkan SP3 surat perintah penghentian penyidikan.
b Tersangka dan barang bukti kapal dilepas setelah mendapat persetujuan dari komando atas dan segera melaporkan hasilnya.
C. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya IUU Fishing