6 psikoseksual,dan tercapainya puncak perkembangan kognitif, maupun
moral Sarwono, 1997 : 14 . Sehingga bukan tidak mungkin bahwa setiap informasi dan pengalaman mempengaruhi remaja untuk menentukan sikap
dan pandangannya terhadap sesuatu. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan tersebut, penulis tertarik
untuk mengangkat masalah tentang pengaruh sinetron remaja Jomblo terhadap perubahan prilaku remaja sebagai bahan penelitian, dan memilih
remaja di SMU swasta GBKP Kabanjahe sebagai sampel dan lokasi diadakannya penelitian ini.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka perumusan masalah adalah sebagai berikut :
“Sejauh manakah hubungan antara sinetron remaja Jomblo di RCTI terhadap perubahan prilaku remaja di SMU Swasta GBKP Kabanjahe?”
1.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membuat batasan secara
spesifik hal – hal yang akan diteliti. Adapun pembatasan yang akan diteliti adalah :
1. Responden yang dipilih adalah siswa i SMU swasta GBKP kelas I,II,III yang telah menonton sinetron remaja jomblo di televisi.
7 2. Penelitian terbatas hanya pada perubahan perilaku siswa i di SMU
swasta GBKP Kabanjahe.
1.4. Tujuan dan manfaat penelitian
1.4. 1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui minat menonton remaja terhadap sinetron remaja Jomblo.
2. Untuk mengetahui hubungan antara sinetron remaja Jomblo dan prilaku remaja.
3. Untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan oleh sinetron tersebut terhadap prilaku remaja.
1.4.2. Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah Penelitian mengenai ilmu komunikasi, terutama khususnya
pengaplikasian terhadap penggunaan teori kultivasi. 2. Secara metodologis, penelitian diharapkan dapat melengkapi penelitian
ilmu Sosial dan ilmu politik khususnya dalam meneliti hubungan antara dua variabel mengenai pengaruh sinetron remaja jomblo terhadap
perubahan perilaku remaja.
8
1.5 Kerangka Teori
Rakhmat 1986 : 6, menyatakan teori adalah himpunan konstruk atau konsep, defenisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan
sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. Kemudian Nawawi 1993 :
40, menyatakan setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang
memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disorot. Uraian di dalam kerangka teori merupakan
hasil berfikir rasional yang dituangkan secara tertulis meliputi aspek-aspek yang terdapat di dalam masalah atau sub masalah.
Adapun teori yang relevan dalam penelitian ini adalah teori kultivasi, dimana penelitian difokuskan kepada pengaruh sinetron terhadap perubahan
prilaku remaja. Teori pendukung dalam penelitian ini adalah teori kultivasi,komunikasi dan komunikasi massa, sinetron di televisi, perubahan
prilaku dan remaja.
1. Teori Kultivasi
1.1.1. Sejarah dan perkembangan teori kultivasi
Atas dedikasi terhadap kebebasan, kejujuran, dan keadilan dalam media, George Gerbner mempelopori lahirnya teori kultivasi. Meskipun
banyak teoritikus telah ikut serta membuktikan kebenaran dari analisis
9 kultivasi Gerbner bertanggung jawab atas hasil ciptaannya. Sebenarnya,
Gerbner merupkan penyair asal hongaria yang bermimigrasi ke Amerika Serikat dan memulai pendidikan jurnalisnya di Berkely. Setelah bekerja di
San Fransisco Chronicle ia kembali melanjutkan pendidikan untuk
mengambil gelar master dan melanjutkan lagi ke jenjang Doctor dimana ia menulis Toward a General Theory of Communication bersama James D.
Finn www.Colostate.edu . Dari tulisan inilah teori kultivasi bermula. Penelitian pertamanya yang berjudul Cultural Indicators Project pada
awal 1960an membuka jalan untuk menambah riwayat kerjanya pada pelaksanaan metode penelitian analisis kultivasi. Gerbner menghabiskan
waktunya di The Annenberg School of Communication University of Pensylvania. Dimana ia bertugas sebagai dekan sambil melanjutkan
penelitian kultivasi sosial pada televisi, yang menekankan pada kekerasan dan efek televisi.
Pada umumnya teori kultivasi terkenal atas penelitian mereka terhadap efek televisi yang walaupun seerhana dan bertahap tetapi juga
cukup signifikan dan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang. Mereka memfokuskan penelitian mereka pada topik tingkatan mulai dari
peranan gender, kelompok, usia, hingga kepada sikap berpolitik, tetapi mereka sangat tertarik kepada topik kekerasan www.ciadvertising.org .
Teori kultivasi menegaskan bahwa sikap heavy viewers telah diolah terutama oleh apa yang mereka tonton di televisi. Gerbner menggambarkan
dunia televisi sebagai not a window on or reflection of the world, but a
10 world in itself
. Dunia rekayasa ini membujuk heavy viewers untuk membuat asumsi tentang kekerasan, masyarakat, tempat, dan kejadian khayalan
lainnya yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sebenarnya. Dalam hal ini televisi bertindak sebagai agen sosialisasi yang
mendidik penonton pada versi yang berbeda dari kenyataan. Latar belakang teori kultivasi meyatakan bahwa penonton cenderung menaruh kepercayaan
terhadap televisi ketika mereka menonton televisi lebih sering. Fokus penelitian ini terletak pada heavy viewers. Sedangkan Light Viewers
mempunyai banyak sumber – sumber lain untuk mempengaruhi pemikiran mereka terhadap realitas daripada heavy viewers yang sumber utama
informasinya hanya program televisi. Para teoritikus mencoba untuk membuktikan pemikiran seputar
peristiwa kekerasan. Penyelidikan DR. Wade Kenny menunjukan contoh dimana seorang anak yang merupakan heavy viewers mempercayai bahwa
tak masalah baginya dipukul bila hal ini memang harus terjadi padanya. Contoh lainnya adalah semakin bertambahnya ketakutan berjalan sendirian
di malam hari dan tidak percaya pada semua orang secara umum. Teoritikus kultivasi membedakan antara efek “first order” kepercayaan khalayak
tentang kehidupan dunia seperti kelaziman dari kekerasan dan efek “second order” sikap- sikap khusus seperti hukum dan tata tertib atau
keamanan pribadi. Gerbner membuktikan bahwa media massa mengolah sikap- sikap dan nilai-nilai yang sudah ada dalam suatu kebudayaan : media
memelihara dan menyebarkan nilai-nilai ini di antara anggota- anggota dari
11 suatu kebudayaan, kemudian mengikatnya bersama-sama
www.aber.ac.uk . Gerbner melihat televisi telah mendominasi ‘lingkungan simbolis’
kita. Gerbner membuktikan bahwa kekerasan yang sangat sering ditayangkan di televisi merupakan pesan simbolis tentang hukum dan tata
tertib daripada suatu penyebab sederhana dan sikap agresif penonton seperti yang telah dibuktikan oleh Albert Bandura. Contohnya, aliran
action – adventure dibuat untuk memperkuat kepercayaan terhadap hukum dan tata tertib, status quo dan keadilan sosial.
Perbedaan pola reaksi antara light viewers dan heavy viewers adalah perbedaan pengolahan cultivation diffrential, menggambarkan ditingkatan
mana suatu sikap itu dibentuk dengan menonton televisi. Orang tua cenderung digambarkan secara negatif di televisi dan heavy viewers
khususnya anak-anak muda cenderung mempunyai pandangan negatif tentang orang tua dibandingkan light viewers. Banyak heavy viewers tidak
menyadari pengaruh tayangan televisi terhadap sikap – sikap dan nilai – nilai dalam hidup mereka.
Teoritikus membuktikan bahwa heavy viewing, tidak menghiraukan tingkat pendidikan atau penghasilan, mengendalikan penonton kepada opini
yang seragam, sementara light viewing mengendalikan penonton kepada opini yang beragam. Efek kultivasi dari tayangan televisi adalah
keseragaman pendapat. Gerbner dan kawan – kawan memperlihatkan bahwa kepercayaan heavy viewers yang menonton kekerasan di televisi terhadap
12 munculnya kekerasan didalam kehidupan sehari – hari lebih tinggi
dibandingkan light viewers yang mempunyai kesamaan latar belakang dengan heavy viewers. Teoritikus mengarahkan hal ini kepada efek
mainstreaming .
Mean World Syndrome merupakan salah satu efek utama dari teori
kultivasi. Hal ini terjadi ketika heavy viewers menganggap dunia sebagai suatu tempat yang keji sedangkan light viewers tidak menganggapnya
demikian. Teoritikus menghubungkan dengan kenyataan bahwa televisi melukiskan dunia sebagai suatu tempat yang kejam dan bengis oleh karena
itu heavy viewers terlalu takut dan terlalu berhati – hati dalam aktifitasnya sehari-hari. Gerbner melaporkan bukti dari “resonance” – suatu efek
“double dose” yang dapat mendorong terjadinya kultivasi. Hal ini terjadi ketika kehidupan sehari-hari penonton sama dengan yang ditayangkan
televisi. Contohnya, semenjak wanita sering dijadikan korban kejahatan di tayangan televisi, heavy viewers tidak hanya terpengaruh oleh efek
mainstreaming tetapi juga merasa ketakutan karena dirinya adalah wanita.
Efek kultivasi juga menjadi sangat kuat ketika lingkungan penonton sama seperti yang ditampilkan televisi. Kejahatan yang ditayangkan ditelevisi
sebahagian besar terjadi dikota besar, sehingga heavy viewers yang tinggal di kota besar adalah subjek dari double dose, dan teoritikus kultivasi
membuktikan bahwa kekerasan ‘resonantes’ yang lebih bagi heavy viewers.
13
2. Komunikasi dan Komunikasi Massa
Banyak sudah definisi yang berbeda, lahir dari pakar komunikasi mengenai pengertian komunikasi. Hal ini tentu saja disebabkan oleh sudut
pandang dan latar belakang pengetahuan yang berbeda dari para ahli. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal
dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Itulah sebabnya,
komunikasi pada prinsipnya harus bersifat dua arah dalam rangka pertukaran ide dan informasi menuju pada terbentuknya pengertian bersama.
Berdasarkan pada pengertian di atas, para ahli mulai mencoba memberikan definisinya. Menurut Carl I. Hovland, Ilmu komunikasi adalah
upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas penyimpangan informasi yaitu suatu pembentukan pendapat dan sikap.
Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan atau pengoperan lambang-lambang dalam
bentuk informasi. Sejalan dengan pertumbuhan manusia dan kemajuan teknologi
komunikasi diperlukan suatu bentuk komunikasi yang mampu menjangkau khalayak yang lebih besar dan jarak yang jauh secara serempak. Bentuk
komunikasi ini dinamakan komunikasi massa mass communication. Sedangkan komunikasi massa adalah komunikasi dengan massa
audiens atau khalayak sasaran. Massa disini dimaksudkan sebagai para penerima pesan komunikan yang memiliki status sosial dan ekonomi yang
14 heterogen satu sama lainnya. Pada umumnya, proses komunikasi massa
tidak menghasilkan “feed back” umpan balik yang langsung tapi tertunda dalam waktu yang relatif.
3. Televisi
Televisi berasal dari dua kata yang berbeda yaitu “Tele” yang berarti jauh dan “Visi” yang berarti penglihatan. Dengan demikian televisi dapat
diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh dalam hal ini mempunyai pengertian melihat gambar ataupun mendengar suara yang diproduksi di
suatu tempat melalui suatu alat perangkat Wahyudi, 1986 : 49. Sebagai media elektronik, televisi memiliki ciri – ciri seperti yang
diebutkan Effendy, 1984 : 24 yakni berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya
menimbulkan keserempakan dan komunikasinya heterogen. Para pembina televisi television watcher, TV Viewer adalah sasaran
komunikasi melalui televisi siaran yang karena heterogen masing – masing mempunyai kerangka acuan Frame of reference yang berbeda satu sama
lain. Mereka juga bukan saja dalam usia dan jenis kelamin, tetapi juga dalam latar belakang sosial dan kebudayaan sehingga pada gilirannya
berbeda pula dalam pekerjaan, pandangan hidup, agama, pendidikan, cita – cita, keinginan, kesenangan dan lain sebagainya Effendy, 1984 : 73.
15
4. Sinetron di Televisi
Paket sinetron cukup banyak digemari pemirsa dan berbagai lapisan sosial. Tampilnya paket sinetron televisi mempunyai unsur yang salah
satunya, cerita sinetron umumnya sesuai dengan realitas kehidupan masyarakat. Sebagai contoh, penayangan materi siaran sinetron saat ini,
secara umum seakan sudah lepas dari “akar budaya” kita. Tema yang diangkat bahwa berputar-putar pada lingkaran saja yakni polemik
kehidupan keluarga, percintaan, persahabatan, perselingkuhan, warisan dll. Itulah gambaran yang telah terjadi pada materi sinetron di televisi saat ini.
5. Perubahan Perilaku Remaja
Menurut Hurlock Hurlock, 1980 : 206-207 masa remaja dibagi atas dua bagian.
Pertama awal masa remaja yaitu berlangsung kira – kira dari umur 13 tahun-16 tahun atau 17 tahun. Kedua, akhir masa remaja yang bermula
dari usia 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu uasia matang secara hukum. Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam
gerakan sikap tidak saja badan atau ucapan perilaku dibagi atas dua yaitu : 1. Perilaku tertutup terselubung, yaitu aspek-aspek mental seperti
persepsi, ingatan dan perhatian. Perilaku ini terbagi atas : a. Kognisi yakni penyadaran melalui proses penginderaan terhadap
rangsangan dan interpretasinya. Perilaku meliputi segala hal yang
16 berupa reaksi terhadap rangsangan, menyadari dan memberi arti
atau belajar dan mengingat apa yang dipelajari. b. Emosi yakni efek, perasaan, suasana di dalam diri yang
dimunculkan oleh penyadaran terhadap isi perangsangan. c. Konasi yakni pemikiran, pengambilan keputusan untuk memilih
sesuatu bentuk perilaku. d. Penginderaan, meliputi penyampaian atau mengantar pesan
rangsangan sampai ke susunan syaraf pusat. 2. Prilaku terbuka, yaitu prilaku yang langsung dapat dilihat seperti jalan,
lari, tertawa, menulis dan lain-lain. Perilaku ini terdiri atas : a. Prilaku yang disadari, dilakukan dengan kesadaran penuh,
tergantung dari aksi dalam otak besar. b. Prilaku reflektoris, yakni gerakan refleks yang dalam tahap
pertama berkaitan dengan sumsum tulang belakang, belum disadari. Baru kemudian tingkah laku refleks disadari, bila pesan sampai ke
pusat syaraf. c. Prilaku di luar pengaruh kehendak, tidak disadari dan berpusat
pada sumsum penyambung atau gerakan otot karena kepekaan otot.
Dalam usaha mempelajari dan meneliti prilaku, hal ini selalu dilihat dalam kaitannya dengan lingkungan – lingkungan meliputi segala hal diluar
dari seseorang maupun di dalamnya, bersifat fisik maupun ide orang berpengaruh yang menjadi sumber rangsangan dan bisa menimbulkan suatu
reaksi atau respon. Lingkungan terdiri dari lingkungan dalam pada diri
17 seseorang dan lingkungan diluar diri seseorang, yakni lingkungan fisik,
lingkungan geografis dan sosial. Masa remaja dikenal sebagai suatu masa dimana ketegangan emosi
tinggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya emosi remaja pada masa ini utamanya disebabkan oleh karena anak laki – laki dan
anak perempuan berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.
1.6. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai
Nawawi,1998:40. Dalam penelitian ini ditetapkan kerangka konsep metodologi penelitian
dalam bentuk kelompok variabel sebagai berikut : 1.Variabel bebas X
Adalah varriabel yang menjadi pendahulu atau penyabab dari variabel lain, atau yang mempengaruhi munculnya variabel lain Y . Variabel X
dalam penelitian ini adalah sinetron Jomblo. Seperti yang dikatakan Gerbner, aspek yang perlu diperhatikan dalam proses belajar yaitu :
a. Attention
Yaitu tahap yang menjelaskan bahwa kita dapat mempelajari sesuatu bila kita memperhatikannya dengan seksama. Peristiwa yang
menarik perhatian adalah yang tampak menonjol, terjadi berulang – ulang.
18 b.
Capacity Yaitu jumblah frekwensi menonton khalayak terhadap sinetron
remaja jomblo. Dalam hal ini peneliti menggolongkan remaja ke dalam tiga ketegori yaitu :
- Heavy Viewers, remaja yang menonton lebaih dari 4 kali - Moderate Viewers, remaja yang menonton sebanyak 3 – 4 kali
- Light Viewers, remaja yang menonton sebanyak 1 – 2 kali c.
Focussing Strategic Yaitu cara khalayak menonton sinetro remaja Jomblo, dalam hal ini,
peneliti mengkategorisasikan remaja yang menonton di ruamah, berdasarkan cara ketika menonton sinetron tersebut seperti sambil
makan, tidur dan duduk
d. Involvement
Yaitu keterlibatan orang lain yang berada disekitar khalayak ketika menonton sinetron Jomblo seperti dengan orang tua, adik, teman,dll.
2. Variabel Terikat Y Adalah variabel yang muncul setelah adanya variabel pendahulu atau
variabel bebas X dan masih mempunyai kaitan gejala dengan Y. Variabel Y dalam penelitian ini adalah prilaku remaja, yaitu perubahan
prilaku remaja setelah menonton sinetron remaja Jomblo.
19 3. Variabel Antara Z
Adalah variabel yang berada diantara variabel bebas dan variabel terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat. Variabel Z dalam penelitian ini adalah karakteristik responden, yaitu jenis kelamin, umur, uang saku dan kelas.
1.7. Model Teoritis