Bahan yang Digunakan 1.Bahan Baku
Gambar 1.1. Tampak Depan Ban Besar dan Ban Kecil
Gambar 1.2. Tampak Samping Ban Besar dan Ban Kecil
Proses vulkanisir adalah proses remanufaktur yang bertujuan untuk menambah umur ban yang telah digunakan. Proses ini dilakukan dengan cara
melapisi kembali ban yang telah aus terpakai dengan tapak baru. Aliran proses produksi vulkanisir ban terdiri dari sebelas stasiun kerja yaitu stasiun kerja
inspeksi awal, stasiun kerja buffing, stasiun kerja skiving, stasiun kerja repairing, stasiun kerja cementing, stasiun kerja filling rubber, stasiun kerja building, stasiun
kerja envolving, stasiun kerja chambering, stasiun kerja finishing, dan stasiun kerja inspeksi akhir.
PT Putra Sejahtera Mandiri merupakan perusahaan yang baru berdiri sekitar 2 tahun, sehingga dapat ditemui permasalahan yang berkaitan dengan
aliran proses produksi. Berdasarkan pengamatan, terlihat bahwa tidak semua
aliran produksi berjalan dengan lancar khususnya pada proses produksi ban besar. Salah satu masalah yang terjadi adalah ketidakseimbangan waktu proses pada
setiap stasiun kerja sehingga mengakibatkan bottleneck dan adanya penumpukan ban besar pada lantai produksi. Hasil perngamatan awal dapat dilihat pada Tabel
1.1.
Tabel 1.1. Hasil Pengamatan Awal Proses Produksi Vulkanisir Ban
Nama Stasiun Kerja
Jumlah Mesin Alat yang
digunakan Unit
Waktu Proses detik
Jumlah Penumpukan
Ban Besar unit
Persentase Jumlah
Penumpukan Ban Besar
Jumlah Penumpukan
Ban Kecil unit
Inspeksi Awal 2
430 -
- -
Buffing 2
254 -
- -
Skiving 1
334 170
68 -
Repairing 1
76 -
- -
Cementing 1
429 10
4 -
Filling Rubber 2
368 -
- -
Building 2
352 -
- -
Envolving 2
402 -
- -
Chambering 4
9900 -
- -
Finishing 2
392 131
52,4 -
Inspeksi Akhir 1
49 -
- -
Dari Tabel 1.1. terlihat adanya penumpukan ban besar pada lantai produksi yaitu pada stasiun kerja skiving, cementing, dan finishing. Gambaran aliran proses
produksi ini dengan penumpukan ban dapat dilihat pada Gambar 1.3.
Stasiun cementing
Stasiun filling
rubber Stasiun
building Stasiun
envolving Stasiun
chambering Stasiun
finishing Stasiun
repairing Stasiun
skiving Stasiun
buffing Stasiun
inspeksi awal
Stasiun inspeksi
akhir 170
10 131
Jumlah ban besar menumpuk
Ket :
Gambar 1.3. Aliran Proses Produksi Beserta Jumlah Ban Besar Menumpuk
Dengan adanya bottleneck dan penumpukan ban besar ditemukan kendala yang dapat menyebabkan lintasan produksi menjadi tidak seimbang dan jika ini
dibiarkan akan menyebabkan penurunan kinerja perusahaan. Oleh karena itu, kendala ini harus dapat diselesaikan agar lintasan produksi seimbang.
1
Keberhasilan penerapan theory of constraint dan line balancing untuk menyelesaikan permasalahan bottleneck dan menyeimbangkan lintasan produksi
telah dibuktikan melalui penelitian Pornthipa Ongkunarok dan Wimonrat Wongsatit Universitas Kasetsart Thailand di perusahaan frozen chicken Thailand
Theory of Constaint TOC yang juga dikenal sebagai Constraint Management CM atau Syncrohonous Management SM adalah metodologi
menejerial global yang berfokus pada masalah-masalah penting pada sebuah sistem. Inti dari TOC adalah pengidentifikasian kendala-kendala sistem dan
memutuskan bagaimana menyelesaikan kendala tersebut sehingga mencapai keadaan proses produksi yang seimbang. Dalam penelitian ini, TOC merupakan
teori yang dipakai untuk mengidentifikasi stasiun kerja bottleneck, menyelesaikan permasalahan bottleneck dan menyeimbangkan lintasan produksi yang
disesuaikan dengan kriteria line balancing.
2
1
Shamuvel.V.Pandit.,“Application Of Theory Of Constraints On Scheduling Of Drum-Buffer- Rope System”, Kolhapur: Department of Engineering. KIT’S College of Engineering,2013, h. 1
2
Ongkunaruk, Pornthipa and Wimonrat Wongsatit. “An ECRS-based Line Balancing Concept:A Case Study of a Frozen Chicken Producer”, Thailand: Department of Engineering,
Kasetsart University, h 16.
. Dalam jurnal ilmiahnya dikatakan bahwa penerapan theory of constraint dan line
balancing dapat menyelesaikan permasalahan bottleneck dan meningkatkan efisiensi lintasan produksi sebanyak 9,18 dengan mengurangi jumlah stasiun
kerja dari 6 menjadi 5 stasiun kerja. Hal ini membuktikan bahwa penerapan theory of constraint dan line balancing dapat menyelesaikan permasalahan bottleneck
dan menyeimbangkan lintasan produksi.