Pengujian Keseragaman dan Kecukupan Data

Gambar 5.3. Uji Keseragaman Waktu Perpindahan Inspeksi Awal 2. Uji Kecukupan Data Setelah data seragam maka selanjutnya dilakukan uji kecukupan data dengan rumus sebagai berikut : 2 2 2 .           − = ∑ ∑ ∑ X X X N s k N 38 , 15 312 312 3276 30 05 , 2 2 2 =         − = N Nilai N N’ maka disimpulkan bahwa data yang telah diamati sudah cukup. Uji keseragaman dan kecukupan data untuk setiap stasiun kerja dapat dilihat pada Tabel 5.16. berikut. 2 4 6 8 10 12 14 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 Uji Keseragaman Waktu Perpindahan Inspeksi Awal Waktu Perpindahan Rata-rata BKA BKB Tabel 5.16. Uji Keseragaman dan Kecukupan Data Waktu Perpindahan Stasiun Kerja Rata- rata Standar Deviasi BKA BKB Uji Keseragaman Data Uji Kecukupan Data Inspeksi Awal 10,40 1,04 12,47 8,33 Seragam cukup Buffing 9,30 0,47 10,23 8,37 Seragam cukup Skiving 50,60 1,45 53,51 47,69 Seragam cukup Repairing 12,37 0,49 13,35 11,39 Seragam cukup Cementing 5,00 0,64 6,29 3,71 Seragam cukup Filling Rubber 15,00 0,64 16,29 13,71 Seragam cukup Building 96,40 1,04 98,47 94,33 Seragam cukup Envolving 207,40 0,56 208,53 206,27 Seragam cukup Chambering 40,20 1,00 42,19 38,21 Seragam cukup Finishing 25,23 0,73 26,69 23,78 Seragam cukup Inspeksi Akhir 45,50 0,82 47,14 43,86 Seragam cukup 5.2.1.3.Perhitungan Waktu Siklus Stasiun Kerja Waktu siklus stasiun kerja diperoleh dari penjumlahan waktu elemen kerja rata-rata pada setiap stasiun kerja sesuai dengan urutan proses produksi dan precedence diagram pada Gambar 5.17. Misalnya, waktu siklus stasiun kerja inspeksi awal diperoleh dari, EK 1 + EK 2 = 253,79 + 43,45 = 297,24 detik. Perhitungan waktu siklus stasiun kerja dari inspeksi awal sampai inspeksi akhir dapat dilihat pada Tabel 5.17. Tabel 5.17. Perhitungan Waktu Siklus Stasiun Kerja Nomor Kegiatan Rata-rata Waktu Stasiun Kerja Nama Stasiun Kerja EK-1 253,79 297,24 Inspeksi Awal EK-2 43,45 EK-3 15,49 133,31 Buffing EK-4 90,38 EK-5 27,45 EK-6 356,69 356,69 Skiving EK-7 37,59 134,43 Repairing EK-8 60,56 EK-9 36,29 EK-10 127,86 429,25 Cementing EK-11 301,39 EK-12 63,55 456,71 Filling rubber EK-13 91,21 EK-14 301,95 EK-15 63,62 304,49 Building EK-16 204,66 EK-17 36,21 EK-18 120,59 181,70 Envolving EK-19 30,28 EK-20 30,83 EK-21 361,07 361,07 Chambering EK-22 36,70 499,98 Finishing EK-23 34,76 EK-24 126,86 EK-25 301,67 EK-26 30,48 51,48 Inspeksi Akhir EK-27 21,00

5.2.2. Langkah-langkah dalam Theory of Constraint TOC

Dalam proses perbaikan suatu sistem, terdapat langkah-langkah dalam theory of constraint. Adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut. 5.2.2.1.Identifikasi Kendala Contraint Sistem Kendala-kendala yang diidentifikasi dapat berupa material, orang, mesin, tingkat permintaan atau berupa manajerial. Hasil identifikasi dari kendala tersebut adalah sebagai berikut: a. Dari segi material, tidak terdapat kendala pada sistem. Hal ini dilihat dari material selalu tersedia pada saat proses produksi sehingga proses produksi tidak pernah terhenti akibat kurangnya atau ketidaktersediaan material. b. Dari segi orang, tidak terdapat kendala pada sistem. Hal ini dilihat dari kemampuan operator pada saat melakukan pekerjaannya. c. Dari segi mesin, tidak terdapat kendala pada sistem. Hal ini dilihat dari kemampuan mesin untuk memenuhi target produksi. Mesin yang digunakan bukan mesin yang tua atau rusak, sehingga jika waktu proses produksi berlangsung lama bukan dikarenakan adanya gangguan pada mesin. d. Tingkat permintaan, tidak terdapat kendala ini pada sistem. Hal ini dilihat dari data permintaan vulkanisir ban besar dari April 2014 sampai Maret 2015 pada Gambar 5.4. Permintaan ban besar tidak mengalami penurunan yang drastis malah mengalami kenaikan. Gambar 5.4. Permintaan Ban Besar Vulkanisir 5000 6000 7000 Ap ri l M ei Juni Ju li Agu s… S ep t… Ok to … N o ve … D e se … Jan u ar i F eb r… M a ret Permintaan Ban Besar Vulkanisir 20142015 Permintaan Ban Besar Vulkanisir 20142015 e. Dari segi manajerial, terdapat kendala pada sistem. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya Standar Operating Procedur SOP pada perusahaan ini. Sehingga pengaturan elemen kerja pada setiap stasiun kerja belum seimbang. Selain itu kelima hal diatas, constraint yang membatasi dan terdapat dalam sistem adalah adanya keterbatasan waktu proses pada setiap stasiun kerja sehingga mengakibatkan adanya waktu delay dan waktu mengganggur idle time . Jika dianalisis berdasarkan precedence diagram dan flow process chart maka lintasan yang menjadi lintasan kritis adalah stasiun kerja skiving dan stasiun kerja finishing. Hal ini terjadi karena pada saat proses produksi, kemacetan aliran proses sering terjadi dan mengakibatkan adanya penumpukan ban. 5.2.2.2.Tentukan Bagaimana Mengetahui Masalah dari Kendala yang Ada Langkah-langkah untuk mengetahui kendala ini adalah sebagai berikut: 1. Perhitungan Waktu Standar Waktu standar diperoleh dari waktu normal yang telah ditambahi dengan kelonggaran–kelonggaran allowance yang dilakukan pekerja untuk memenuhi kebutuhan pribadi, menghilangkan fatigue kelelahan, atau untuk hambatan–hambatan yang tak terhindarkan. Sedangkan waktu normal diperoleh dari waktu siklus dan rating factor. Sebagai contoh perhitungan waktu normal dan waktu standar adalah sebagai berikut. Waktu Normal Wn inspeksi awal = Ws x Rf = 297,24 x 1 = 297,24 detik Perhitungan waktu standar stasiun kerja inspeksi awal adalah �� = �� � 100 100 − ���������� �� = 297,43 � 100 100 − 13,5� = 343,85 detik Untuk perhitungan waktu standar dari semua proses pada vulkanisir ban dapat dilihat pada Tabel 5.18. berikut. Tabel 5.18. Perhitungan Waktu Standar Stasiun Waktu Siklus Rating Factor Waktu Normal detik Allowance Waktu Standar detik Inspeksi Awal 297,24 1,00 297,24 13,50 343,63 Buffing 133,31 1,18 157,31 10,50 175,76 Skiving 356,69 1,00 356,69 14,00 414,75 Repairing 134,43 1,00 134,43 13,00 154,52 Cementing 429,25 1,00 429,25 13,00 493,39 Filling Rubber 456,71 1,05 479,55 11,50 541,87 Building 304,49 1,16 353,21 10,50 394,64 Envolving 181,70 1,18 214,40 12,00 243,64 Chambering 361,07 1,18 426,07 8,50 465,65 Finishing 499,98 1,08 579,98 11,00 606,72 Inspeksi Akhir 51,48 1,00 51,48 13,00 59,17 Lead time manufactured dari setiap stasiun kerja dapat dilihat pada Tabel 5.19. Tabel 5.19. Perhitungan Lead time manufactured Stasiun Kerja Waktu Standar detik Waktu Delay detik Waktu Setup detik Waktu Menganggur detik Waktu Proses dengan Mesin detik Waktu Perpindahan detik Lead time manufactured detik Inspeksi Awal 343,63 585 10,40 939,03 Buffing 175,76 698 90 9,30 973,06 Skiving 414,75 500 151 50,60 1116,35 Tabel 5.19. Perhitungan Lead time manufactured Lanjutan Stasiun Kerja Waktu Standar detik Waktu Delay detik Waktu Setup detik Waktu Menganggur detik Waktu Proses dengan Mesin detik Waktu Perpindahan detik Lead time manufactured detik Repairing 154,52 352 60 12,37 578,88 Cementing 493,39 300 151 5,00 949,39 Filling Rubber 541,87 353 15,00 909,87 Building 394,64 151 150 96,40 792,04 Envolving 243,64 151 480 60 207,40 1142,04 Chambering 465,65 625 9900 40,20 11030,85 Finishing 606,72 1950 152 25,23 2733,95 Inspeksi Akhir 59,17 152 120 45,50 376,67 2. Perhitungan kapasitas terpasang dan kapasitas terpakai Kapasitas terpasang merupakan kapasitas maksimum dari suatu fasilitas produksi. Kapasitas terpakai merupakan kapasitas yang digunakan untuk memproduksi dalam satu periode operasi. Kapasitas terpasang dan kapasitas terpakai dari setiap stasiun kerja dapat dilihat pada Tabel 5.20. Tabel 5.20. Kapasitas Terpasang dan Kapasitas Terpakai dari setiap Stasiun Kerja Stasiun Kerja Kapasitas Terpasang unitjam Kapasitas Terpakai unitjam Inspeksi Awal 9 7 Buffing 12 7 Skiving 8 6 Repairing 15 7 Cementing 5 5 Filling Rubber 6 6 Building 8 8 Envolving 7 7 Chambering 16 16 Finishing 20 12 Inspeksi Akhir 53 9 3. Perhitungan waktu yang dibutuhkan Waktu yang dibutuhkan diperoleh dari total waktu standar untuk menghasilkan kapasitas produksi harian dalam satu hari setiap satu stasiun kerja. Waktu tersedia diperoleh dari total waktu keseluruhan dalam satu hari dikalikan dengan jumlah mesin yang dimiliki setiap stasiun kerja. Contoh perhitungan kapasitas harian, waktu yang dibutuhkan dan waktu tersedia pada stasiun inspeksi awal adalah sebagai berikut. Kapasitas harian = jumlah shift x jumlah jam kerja x laju produksi x utilitas x effisiensi = 2 x 8 x 11 x 0,86 x 0,93 = 118 unit Waktu yang dibutuhkan pada stasiun kerja inspeksi awal dalam satu hari = = kapasitas harian x lead time manufactured = 118 unit x 939,03 detik = 110457,85 detik Waktu tersedia pada stasiun kerja inspeksi awal= = 2 shift x 8 jam kerja x 3600 detik x 2 mesin = 115200 detik Rekapitulasi perhitungan waktu yang dibutuhkan dari semua stasiun kerja dapat dilihat pada Tabel 5.21. Tabel 5.21. Waktu yang Dibutuhkan Stasiun Kerja Kapasitas Harian unit Lead time manufactured detik Waktu yang dibutuhkan detik Waktu Tersedia detik Inspeksi Awal 118 939,03 110457,85 115200 Buffing 118 973,06 114821,33 115200 Skiving 99 1116,35 110638,04 57600 Repairing 118 578,88 68308,25 57600 Cementing 83 949,39 79094,03 57600 Filling Rubber 90 909,87 81887,85 115200 Building 130 792,04 102965,83 115200 Envolving 118 1142,04 134760,51 115200 Chambering 260 11030,85 220616,95 230400 Finishing 190 2733,95 519450,96 115200 Inspeksi Akhir 118 376,67 56500,48 57600 3. Menentukan stasiun kerja bottleneck Bottleneck terjadi apabila waktu yang dibutuhkan lebih besar dari waktu yang tersedia dalam artian stasiun kerja tersebut tidak bisa memproduksi sesuai dengan target produksi ban yang telah ditentukan. Stasiun kerja bottleneck dapat dilihat pada Tabel 5.22. Tabel 5.22. Penentuan Stasiun Kerja Bottleneck Stasiun Kerja Waktu yang Dibutuhkan detik Waktu yang Tersedia detik Selisih Waktu detik Inspeksi Awal 110457,85 115200 4742,15 Buffing 114821,33 115200 378,67 Skiving 110638,04 57600 -53038,04 Repairing 68308,25 57600 -10708,25 Cementing 79094,03 57600 -21494,03 Filling Rubber 81887,85 115200 33312,15 Building 102965,83 115200 12234,17 Envolving 134760,51 115200 -19560,51 Chambering 220616,95 230400 9783,05 Finishing 519450,96 115200 -404250,96 Inspeksi Akhir 56500,48 57600 1099,52