Jaringan Sosial Kampung Nelayan Seberang: Potret Sebuah Kampung Miskin

71 Berdasarkan hal ini pulalah kemudian dapat disimpulkan bahwa keberadaan organisasi sosial yang belum disertai dengan fungsi optimalnya untuk mengatasi kesulitan hidup menjadikan kondisi masyarakat Kampung Nelayan Seberang adalah masuk dalam kategori miskin

3.1.4. Jaringan Sosial

Jaringan sosial merupakan suatu penghubung individu dalam kelompoknya maupun penghubung individu dengan kelompok lain. Masyarakat Kampung Nelayan Seberang selain berinteraksi dengan sesama warga di Kampung Nelayan Seberang, juga berinteraksi dengan warga lain di luar Kampung Nelayan Seberang. Dengan adanya interaksi ini maka dapat terjalin sebuah hubungan yang saling menguntungkan keduanya terutama ketika keduanya memiliki latar belakang yang berbeda yang tentunya banyak mendapatkan pengetahuan baru dari hubungan itu. Contoh nyata dari salah seorang warga di Kampung Nelayan Seberang yang berhasil menjadi toke 4 kepiting yang menampung kepiting hasil tangkapan warga Kampung Nelayan Seberang yang dijual kembali dengan harga tinggi pada agen besar yang ada di Kota Medan. Warga Kampung Nelayan Seberang keturunan Tionghoa-jawa yang dipanggil Aseng ini pada mulanya tidak berniat menjadi seorang Nelayan seperti ayahnya. Dia memilih untuk bekerja di luar Kampung Nelayan Seberang dan bekerja di sektor industri sebagai buruh pabrik. Pergaulannya selama bekerja mempertemukan dia salah seorang teman yang menjadi pemasok kepiting kepada agen-agen besar. Penghasilan cukup besar yang didapatkan oleh temannya 4 Toke adalah terminology local yang dipergunakan untuk menyebut orang yang berprofesi sebagai pedagang. Kajian antropologi yang membahas tentang kemiskinan mungkin mengidentikkan terminologi toke dengan juragan dari komunitas pesisir di Jawa. Oleh penduduk Kampung Nelayan Seberang, toke juga biasanya disebut dengan agen yang berfungsi sebagai pedagang perantara. 72 tersebut memotivasinya untuk terjun dalam bisnis pemasok kepiting dari Kampung Nelayan Seberang. Berkat kegigihannya, saat ini ia menjadi salah satu toke agen dari Kampung Nelayan Seberang yang termasuk berhasil dengan pekerjaannya. Apa yang dapat dilihat dari kasus ini adalah bahwa jaringan sosial yang dimanfaatkan secara ebnar untuk mendukung pencapaian tujuan yang ada. Hal lainnya yang kiranya dapat dijelaskan dari contoh keberhasilan toke Aseng adalah bahwa semakin banyak jaringan yang dimiliki seorang individu maka akan semakin banyak pengatahuan yang didapat serta akan membuka peluang-peluang baru dalam memperoleh pekerjaan. Namun kondisi masyarakat Kampung Nelayan Seberang yang sebagian besar warganya bermata pencaharian sebagai nelayan mengharuskan mereka menghabiskan mayoritas waktunya hanya di Kampung Nelayan Seberang. Hal ini dikarenakan rutinitas sebagai seorang nelayan untuk melaut dan memperbaiki kapal maupun alat tangkap tidak bisa mereka tinggalkan. Upaya mempersiapkan keberhasilan melaut merupakan aktivitas utama yang dilakukan oleh penduduk laki-laki disana. Hal ini tentunya terjadi karena tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap hasil tangkapan dari melaut merupakan sumber penghasilan utama. Dampak yang dirasakan dari rutinitas ini tentunya menghambat nelayan untuk menjalin hubungan dengan dunia luar yang mengakibatkan tertutupnya berbagai akses pengetahuan serta peluang-peluang kerja untuk anggota keluarga nelayan. Keterbatasn akses dengan masyarakat lain juga terlihat nyata dari ungkan informan sebagi berikut ini: “aktivitas orang tua di kampung ini ya kebanyakan seperti inilah dek... sambil memperlihatkan jaring yang sedang diperbaikinya. Bisa dibilang orang di kampung ini agak kurang gaul. Memang sesekali ada juganya kita ke seberang, tapi kalau waktu luang kita lebih banyak mempersiapkan keperluan melaut. Lagian kalau kita mau pergi keluar, kalau memang keperluan itu tidak begitu mendesak sayang aja duit ongkosnya. Biarapun Cuma 3000-an kalau pulang balikkan 6000-an 73 juga. Sudah bisa buak sekali makan itu 6000. Kalau kita bawa kapal sendiri jadi tambah pula kerjaan kita. Jadi agak susahnya kita orang tua di kampung ini kalau berhuungan sama orang luar. Tapi lain kalau orang luar yang datang kesini yaa. Lagian kalaupun kita bangun bisnis disini agak susah juganya berkembang. Bank tidak mau kasi pinjam sebab tempat usaha kita juga tidak jelas.”. wawancara, 25 Mei 2015 Wawancara di atas pada dasarnya memperlihatkan banyak informasi. Salah satu hal penting yang diungkap oleh hasil wawancara di atas adalah motif masyarakat untuk membangun jaringan sosial yang menjamin dia untuk lebih mudah memenuhi kebutuhan hidup secara ekonomi tidak muncul. Apa yang terjadi pada jaringan sosial yang dimiliki oleh kelmpok penduduk yang berusia tua pada dasarnya tidaklah semuanya pasif. Dari beberapa wawancara juga diketahui bahwa ada tokoh masyarakat di kampung ini yang memiliki koneksi politik dan bisnis dengan tokoh politik dan atau pedagang besar di Medan. Hanya saja, koneksi yang ada tersebut tetap tidak bisa secara maksimal dipergunakan untuk mengatasi kesulitan dasar. Selama ini, koneksi sosial yang dimiliki oleh orang tertentu di masyarakat yang menjadikan kampung ini “banjir” bantuan. Namun tetap saja bantuan yang diterima cenderung bersifat sebagai bantuan charity sumbangan dan tidak tepat sasaran. Artinya tidak menyentuh dasar persoalan di Kampung Nelayan Seberang.

3.1.5. Informasi