Gambaran Umum Aktivitas Ekonomi Masyarakat

58  STM Serikat Tolong Menolong sebagai wadah yang bertujuan untuk saling membantu warga di Kampung Nelayan Seberang.  Jula-Jula Arisan sebagai wadah menabung sebagian kecil penghasilan yang diperuntukkan untuk kebutuhan vital penting seperti memperbaiki perahu dan peralatan tangkap, biaya pengobatan, biaya sekolah, maupun memperbaiki rumah tinggal.  Kelompok Belajar sebagai wadah untuk menunjang pendidikan bagi anak- anak di Kampung Nelayan.  Remaja Mesjid sebagai wadah untuk memberikan kesempatan bagi pemuda dalam melaksanakan kegiatan keagaamaan.

2.7. Gambaran Umum Aktivitas Ekonomi Masyarakat

Mata pencaharian utama yang digeluti oleh sebagian besar masyarakat di Kampung Nelayan Seberang adalah Nelayan. Sebagai mata pencaharian utama, menjadikan nelayan sangat bergantung dari hasil tangkapan yang diperolehnya sebagai penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun kondisi laut dan pesisir sebagai tempat untuk mencari ikan diliputi situasi ketidakpastian Satria :2009. Dimana kondisi pasang surut air laut sangat mempengaruhi hasil tangkapan yang didapat oleh nelayan. Selain itu, rusaknya lingkungan laut dan pesisir menyebabkan biota-biota laut yang menjadi tangkapan nelayan mengalami penurunan dalam segi jumlah yang juga akan berdampak pada penurunan hasil tangkapan nelayan. Kerusakan lingkungan perairan yang terjadi di Kampung Nelayan di Sebabkan adanya alih fungsi hutan bakau yang ada di kampung nelayan seberang menjadi pemukiman dan perkebunan kelapa sawit. Semakin berkurangnya hutan 59 bakau yang merupakan tempat perkembangbiakan biota-biota laut seperti ikan, udang dan kepiting menyebabkan semakin berkurangnya jumlah hewan laut yang ada di Kampung Nelayan. Selain itu, perkebunan sawit yang terletak berdampingan dengan perairan baik itu sungai Batang Serai dan Laut yang ada di Kampung Nelayan Seberang, menyebabkan limbah pupuk sawit yang tersiram air hujan masuk ke sungai dan laut yang tentunya berdampak pada matinya berbagai biota laut. Seperti penuturan salah seorang informan yang bernama Masir 42 Tahun yaitu sebagai berikut : “di atas sana di hulu sungai sudah banyak kebun sawit dek, kalo hujan, pupuk sawit itu ngalir ke sungai,, jadi hitam sungainya kena air pupuk itu.. trus ikan- ikan pada mati dibuatknya”. Wawancara tanggal 6 Juni 2015 Penghasilan yang tidak menentu dari hasil tangkapan ketika melaut menjadikan istri dan anak-anak nelayan ikut bekerja mencari penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan selama penelitian di Kampung Nelayan Seberang, pekerjaan sampingan yang digeluti oleh keluarga nelayan adalah sebagai berikut :  Membuka Warung Kedai yang menjual makanan atau minuman serta keperluan dapur.  Menjadikan perahu yang dipergunakan sebagai kendaraan melaut sebagai alat transportasi bagi masyarakat Kampung Nelayan Seberang maupun orang luar yang akan menuju ke Kampung Nelayan Seberang.  Menjadi buruh untuk memotong kepala udang kecil hasil tangkapan nelayan Kampung Nelayan Seberang yang akan dipasarkan. Upah yang 60 diberikan untuk memotong udang kecil adalah sebesar Rp. 2.500 Kg. dalam sehari mereka dapat memotong kepala udang mencapai 10-20 Kg dengan penghasilan Rp. 25.000 – Rp. 50.000. Pekerja disini merupakan para istri dan anak perempuan nelayan untuk membantu penghasilan dari hasil melaut yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.  Memelihara hewan ternak berupa ayam, itik serta mengembala kambing yang diberikan pemilik ternak untuk dipelihara. Upah yang diperoleh pengembala dari pemilik hewan ternak bukan berupa uang, melainkan bagi hasil dengan nilai setara dimana ketika anak kambing yang dilahirkan ada dua ekor, maka pengembala mendapatkan satu anak kambing dan satu untuk pemilik kambing.  Mencari Kayu untuk pancang rumah dan sebagai pancang untuk perangkap ikan serta kepiting. Kayu-kayu diambil dari hutan bakau yang ada disekitaran Kampung Nelayan Seberang. Ada peraturan yang harus diikuti oleh para pencari kayu tentang bagaimana jenis dan besar kayu yang boleh diambil. Peraturan itu berupa larangan untuk mengambil kayu jenis bakau yang sangat mudah mati apabila ditebang. Kampung Nelayan Seberang yang dipisahkan oleh laut dari daratan utama Kecamatan Medan Belawan menyebabkan aliran barang didistribusikan melalui jalur laut yaitu dengan alat transportasi kapal motor. Selain itu, masyarakat Kampung Nelayan Seberang terutama istri nelayan juga sering melakukan mobilitas ke daratan utama Kec. Medan Belawan untuk membeli keperluan pangan untuk dapur dan sandang seperti pakaian untuk memperoleh harga yang sedikit lebih murah dibandingkan dengan harga yang ada di warung-warung yang 61 menjual kebutuhan yang sama di Kampung Nelayan Seberang. Mobilitas itu dilakukan tidak menentu, tergantung kondisi dan situasi yang ada. Jika keadaan ekonomi sedang bagus, maka istri nelayan bisa melakukan mobilitas itu setiap hari, namun jika kondisi ekonomi keluarga sedang lesu, tidak jarang para istri harus mengurungkan niatnya untuk berbelanja di pajak 2 yang berada tidak jauh dari dermaga tempat bersandarnya kapal motor sebagai moda transportasi satu- satunya menuju Kampung Nelayan. Penangkapan ikan dengan mengunakan perahu kecil di Bawah 5 GT serta dengan alat tangkap sederhana seperti jaring, pukat dan bubu perangkap, mengkategorikan nelayan yang ada di Kampung Nelayan Seberang sebagai nelayan tradisional. Dalam penelitian-penelitian mengenai nelayan tradisional, terdapat banyak penelitian yang membicarakan tentang kemiskinan yang terjadi pada nelayan tradisonal. 2 Pajak adalah terminologi lokal untuk menyebut pasar tradisional. Oleh karena itu, penggunaan kata “pajak” dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Kecamatan Medan Belawan akan memiliki arti yang tidak sama dengan konsep „Pajak” dalam sistem ekonomi fiskal sebagai sebuah pungutan wajib yang dilakukan negara pada warga negara. 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan salah satu masalah klasik yang dihadapi oleh berbagai negara di dunia tidak terkecuali Indonesia. Di Indonesia sendiri jumlah penduduk miskin pada maret 2013 berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik mencapai 28,07 juta orang atau 11,37 persen dan kembali mengalami kenaikan pada september 2013 sebanyak 0,48 juta orang sehingga mencapai 28,55 juta orang penduduk yang dikategorikan miskin di Indonesia. 1 Data tersebut menggambarkan masih banyaknya penduduk Indonesia yang mengalami kemiskinan. Salah satu kelompok yang tergolong di dalamnya adalah kelompok nelayan yang secara umum mata pencaharian nelayan merupakan lapisan sosial paling miskin dibandingkan dengan kelompok sosial lainnya Kusnadi, 2008. Selain itu, Kusnadi 2004 secara tersirat menjelaskan bahwa zaman orde baru merupakan zaman kelam bagi nelayan di Indonesia. Hal itu disebabkan oleh orientasi pembangunan pemerintah berdasarkan perspektif daratan. Artinya bahwa sektor-sektor yang ada di daratan seperti pertanian dan perindustrian dikembangkan dengan cara sedemikian rupa sehingga terkesan mengabaikan sektor kelautan. Sekalipun terlihat secara umum pemerintah kurang memperhatikan kehidupan nelayan dan sektor kelautan, namun secara nasional pemerintah juga mencoba melakukan pembangunan di sektor ini dengan meluncurkan program revolusi biru pada tahun 1970-an. Tujuan utama program 1 http:www.bps.go.id diakses 15 Maret 2015