Azas Black Kalor a. Pengertian Kalor

lviii Tabel 2.4 Kalor Laten Beberapa Zat pada tekanan 1 atm Zat Titik Lebur o C Kalor Fusi Titik Didih o C Kalor Penguapan kkalkg Jkg kkalkg Jkg Oksigen -218,8 3,3 0,14 10 5 -183 51 21 10 5 Air 79,7 3,33 10 5 100 539 22,6 10 5 Tembaga 327 5,9 0,25 10 5 1750 208 8,7 10 5 Perak 961 21 0,88 10 5 2193 558 23 10 5 Besi 1808 69,1 2,89 10 5 3023 1520 63,4 10 5 Harga dalam kkalkg adalah sama dengan kalg Giancoli, 1997: 500

d. Azas Black

Kalor merupakan bentuk energi sehingga harus memenuhi hukum kekekalan energi. Hukum kekekalan energi yang dimaksud adalah banyaknya kalor yang dilepaskan sama dengan banyaknya kalor yang diterima. Pernyataan ini pertama kali dikemukakan oleh Joseph Black. Oleh karena itu, pernyataan tersebut disebut dengan azas Black, yang secara matematis dapat dituliskan : Q lepas = Q terima 2.9 Azas Black ini dapat diterapkan untuk menentukan kalor jenis suatu zat, misalnya kalor jenis tembaga dan kalor laten, misalnya kalor lebur air dengan menggunakan alat yang disebut kalorimeter. Kalorimeter terdiri atas bejana logam yang jenisnya telah diketahui, dinding penyekat dari isolator yang berfungsi untuk mencegah terjadinya perambatan kalor ke lingkungan sekitar, termometer, dan pengaduk. Prinsip kerja untuk menentukan kalor jenis suatu zat, misalnya kalor jenis logam tembaga dengan alat kalorimeter adalah sebagai berikut. Bejana logam yang berisi air yang suhu awalnya dapat diketahui dari termometer. Jika sebuah bahan yang belum diketahui kalor jenisnya dipanaskan, kemudian dimasukkan dalam kalorimeter dengan cepat, maka kalor jenisnya dapat dihitung berdasarkan azas Black. lix lepas Q = terima Q logam Q  air Q  r kalorimete Q 2.10 l m l c   c l T T   a m a c   a c T T   k m k c   k c T T  l m l c   c l T T   a m a c   a c T T   k m k c   a c T T  l m l c   c l T T     k k a a c m c m    a c T T   l c      c l l a c k k a a T T m T T c m c m    2.11 dengan: l c : kalor jenis logam misalnya tembaga yang akan ditentukan a c : kalor jenis air k c : kalor jenis bejana logam kalorimeter yang sudah diketahui l m : massa logam a m : massa air k m : massa kalorimeter l T : suhu logam yang dipanaskan a T : suhu air k T : suhu kalorimeter c T : suhu campuran suhu yang setimbang Q : kalor yang diterima atau dilepas Prinsip kerja untuk menentukan kalor laten misalnya kalor fusi air atau kalor lebur es dengan alat kalorimeter adalah sebagai berikut. Sebongkah es yang telah ditimbang sedemikian sehingga massa es kira-kira seperempat massa air dalam kalorimeter. Suhu awal es dan airkalorimeter tersebut diukur. Demikian pula dengan massa es, massa air, dan massa kalorimeter. Es tersebut kemudian dicampur dengan air dalam sebuah kalorimeter. Untuk mempercepat tercapainya kesetimbangan termal, es dan air tersebut diaduk. Kesetimbangan termal terjadi jika suhu yang ditunjukan oleh termometer sudah konstan. Pada saat terjadi lx kesetimbangan termal itulah, suhu akhir campuran diukur. Selanjutnya harga kalor laten kalor lebur es ditentukan berdasarkan azas Black dengan bantuan diagram perubahan es menjadi air. Berdasarkan azas Black, diagram perubahan es menjadi air di atas maka dapat dituliskan perumusan sebagai berikut : lepas Q = terima Q air Q  r kalorimete Q  es Q 2.12 air Q  r kalorimete Q  3 2 1 Q Q Q   a m a c   c a T T  + k m k c   c k T T   es m es c   es L T T  + es m es L + a m a c   L c T T  k m k c + a m a c   c a T T   es m es c   es L T T  + es m es L + a m a c   L c T T  es L         es L c a a es L es es c a a a k k m T T c m T T c m T T c m c m       2.13 dengan: es L : kalor laten kalor fusi air kalor lebur es yang ditentukan es m : massa es Gambar 2.2. Diagram perubahan es menjadi air Q C o T  L T c T es lebur titik es T k a T T  1 Q 3 Q 2 Q    lxi a m : massa air k m : massa kalorimeter es c : kalor jenis es a c : kalor jenis air k c : kalor jenis kalorimeter es T : suhu es L T : titik lebur es 0 o C a T : suhu air k T : suhu kalorimeter c T : suhu campuran suhu setimbang thermal equlibrium

B. Penelitian yang Relevan

Berkaitan dengan penggunaan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dalam penelitian ini, sebelumnya juga pernah dilakukan beberapa penelitian yang serupa. Sudaryono dalam tesisnya pada tahun 2007 melakukan penelitian tentang pembelajaran Fisika berbasis masalah dengan metode demonstrasi dan diskusi yang ditinjau dari kemampuan awal siswa. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ” ...siswa yang mendapat pembelajaran Fisika berbasis masalah dengan metode diskusi memperoleh prestasi belajar Fisika lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran Fisika dengan metode demonstrasi” Sudaryono, 2007: 119. Pada penelitiannya, ditinjau variabel kemampuan awal siswa sedangkan penulis meninjau variabel motivasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara pembelajaran Fisika berbasis masalah dengan metode demonstrasi dan diskusi dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian lain mengenai pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning juga dilakukan oleh Dionysus pada tahun 2009 dalam tesisnya yang berjudul Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Metode

Dokumen yang terkait

Efektivitas metode demonstrasi pada pembelajaran PAI hubungan dengan motivasi belajar siswa di SMP PGRI i Ciputat Tengerang Selatan

1 12 115

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF PADA SISWA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA

0 7 79

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING DAN KETRAMPILAN PROSES DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP

1 14 115

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

1 9 90

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI SISWA SMP Eksperimen Pembelajaran Matematika Melalui Problem Solving Learning Dan Problem Posing Learning Ditinjau Dari Motivasi Siswa Terhadap Prestasi Belajar (P

0 3 18

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PROBLEM BASED Pembelajaran Matematika Melalui Problem Based Learning dan Problem Posing Ditinjau dari Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII.

0 2 16

PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING DAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA Pembelajaran Matematika Melalui Problem Based Learning dan Problem Posing Ditinjau dari Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII.

0 3 15

PENGARUH IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN. docx

0 0 9

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI SUB

0 0 13

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KEMANDIRIAN

0 0 8